Jangan Salah Arah

MATRANEWS.id — Ada yang berlari begitu kencang, hingga deru napasnya seperti diiris angin. Ada yang mengejar tanpa henti, seakan dunia memberi hadiah bagi siapa yang paling dulu sampai.

Namun, di antara riuh langkah itu, ada pertanyaan kecil yang sering tak terdengar: “Ke arah mana aku berlari?”

Hidup, kata orang, adalah perjalanan panjang. Tetapi banyak dari kita justru tersesat di jalan tol yang salah—memasuki gerbang yang bukan tujuan, hanya karena papan petunjuknya tampak meyakinkan.

Dan di ujung jalan, yang kita temukan bukan kemenangan, melainkan ruang kosong yang dipenuhi kecewa: waktu yang terbuang, tenaga yang meluruh, hati yang kehilangan arah pulang.

Kesalahan arah tidak selalu berbentuk besar dan dramatis. Kadang ia hadir diam-diam dalam rutinitas sederhana: kesibukan yang kita kira produktif, padahal sekadar berputar di lingkaran yang sama; interaksi di layar yang terasa riuh, tetapi menyisakan sunyi di hati.

Kita terbangun setiap pagi, menyingsingkan lengan, tetapi jarang bertanya: “Apakah ini mendekatkanku pada yang benar-benar aku cari?”

Mungkin yang kita butuhkan bukan berlari lebih cepat, melainkan berhenti sejenak. Menatap peta yang kita abaikan—peta itu bisa berupa nilai yang kita yakini, prinsip yang kita genggam, atau visi yang pernah kita tulis dengan jujur pada kertas yang kini menguning di laci.

Lalu bertanya: “Apakah aku masih di jalan yang sama dengan hatiku?”

Tak ada yang salah dengan berbelok, jika belokan itu membawa kita pulang. Tak ada yang lemah dalam memperlambat langkah, jika pelan itu menyelamatkan jiwa.

Karena pada akhirnya, kesuksesan bukanlah siapa yang tercepat, melainkan siapa yang tiba di tempat yang benar—dengan hati yang utuh.

Jangan salah arah. Kadang, menemukan jalan pulang lebih penting daripada memenangkan lomba.

default