KSAD mengatakan, pendidikan calon Taruna di Akmil berlangsung selama empat tahun. Sehingga masih banyak waktu untuk menilai Enzo.
MATRANEWS.id — Tak hanya Badan Intelejen Strategis (BAIS) turun mengecek soal rumors di medsos. Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa menegaskan, TNI itu objektif.
Pihak TNI, menurut jenderal berbintang empat itu, sudah punya mekanisme, apakah orang tersebut terpapar radikalisme atau tidak.
“Termasuk, mengetahui siapapun yang melanjutkan sebagai calon prajurit Akmil TNI AD,” katanya menyinggung sosok simpatisan organisasi massa terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Andika berharap janganlah menghakimi, apakah TNI kecolongan atau tidak. “Kami tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah,” ujarnya.
Ketika disinggung, apakah benar Enzo kini dalam pemeriksaan saintifik atau ilmiah. “Ya, menggunakan yang sudah teruji,” kata Andika.
Pemeriksaan tersebut, untuk melihat kondisi sebenarnya yang bersangkutan, bukan orang tuanya. Saat ini Enzo baru saja masuk.
KSAD mengatakan, pendidikan calon Taruna di Akmil berlangsung selama empat tahun. Sehingga masih banyak waktu untuk menilai Enzo.
“TNI tak ingin mengadili seseorang tanpa ada pembuktian apakah orang itu memang salah atau tidak,” ujarnya.
Andika menyebutkan hasil pemeriksaan menyeluruh pemeriksaan kepada calon prajurit lainnya. “Bukan hanya kepada dia (Enzo), tetapi kepada semua yang ada di sana (Akmil),” demikian Andika menerangkan.
Mantan Komandan Paspampres ini menuturkan, dalam proses seleksi, media sosial juga dipakai untuk melihat rekam jejak seorang calon anggota TNI.
Namun, Andika menyebut, rekam jejak dari penelusuran di media sosial hanya menjadi salah satu variabel dari banyak variabel lainnya yang harus dilihat.
“Medsos menjadi salah satu bahan penilaian. Tapi, tidak bisa serta-merta kemudian membuat judgement atau penilaian kita terhadap yang bersangkutan. Itu salah satu variabel saja,” tegas Andika.
Enzo Zenz Allie (18) seorang remaja blasteran Perancis (Ayah) dan Indonesia (Ibu) ramai diperbincangkan. Videonya berdialog dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dalam bahasa Perancis, viral.
Selain bahasa Perancis, Enzo juga fasih bahasa Inggris, Italia, Arab, dan tentu bahasa Indonesia. Kemampuan bahasa Arabnya dia peroleh di pesantren.
Fisik Enzo juga jempolan. Dari hasil tes Samapta, Enzo mampu melakukan pull up 19 kali, sit up 50 kali dan push up 50 kali masing-masing dalam waktu 60 detik.
Enzo juga mampu berlari 7,5 putaran X 400 meter atau 3.000 meter dalam 12 menit, renang 50 meter dalam 60 detik.
Dilihat dari kecerdasan linguistik dan ketangguhan fisik, Enzo diperkirakan akan menjadi prajurit yang mumpuni. Paripurna. Cocok dengan cita-citanya menjadi prajurit komando.
Satu lagi modalnya yang jarang dimiliki calon taruna, adalah pemahaman keagamaannya. Dia pernah menjadi santri di sebuah pondok pesantren di Serang, Banten.
Tak lama setelah video Enzo viral, buzzer yang terinditifikasi dengan paslon 01 mulai menggoreng isu Enzo. Mereka menemukan di akun medsosnya, Enzo berfoto dengan bendera hitam bertulis kalimat tauhid (Tiada Tuhan selain Allah).
Bendera bernama Ar-Rayah itu merupakan panji perang di masa Rasululloh Muhammad SAW.
“Temuan” itu kemudian dikait-kaitkan dengan organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang juga mempunyai bendera yang mirip.
Enzo diduga sebagai pemuda yang terpapar kelompok radikal. Stigma yang bisa menjadi hukuman mati bagi karir militernya. Tak ada ampun, Enzo dan ibunya digoreng habis para buzzer.
Para buzzer ini juga menelusuri akun media sosial Hadiati Basjuni Allie.
Di akun Hadiati yang tergabung dalam emak-emak militan Prabowo-Sandi ini juga didapati memposting sejumlah bendera tauhid. Namun, memang tidak ada kalimat spesifik yang menyatakan dukungannya terhadap HTI.
baca juga: majalah Matra edisi cetak terbaru — klik ini