MATRANEWS.id — Perkembangan teknologi dari generasi X ke generasi Y (milenial) bahkan generasi Z menjadi tantangan yang harus dihadapi. Startup demikian biasa disebut fintech alias financial technology tumbuh subur.
Kemudahan akses yang ditawarkan fintech berasal dari regulasi yang belum terlalu ketat mengatur pergerakannya, seperti yang dialami perbankan. Era Fintech terus bergulir.
Asosiasi Media Digital Indonesia meluncurkan kartu all-in-one. Hanya saja, masih terus menjajaki mana Fintech yang terbaik, karena demikian banyak perusahaan Fintech yang ingin mengadakan kerjasama dengan Forum Pimpinan Media Digital Indonesia (FPMDI) dan Asosiasi Media Digital Indonesia (AMDI)
Sekjen Asosiasi Media Digital Indonesia (AMDI) Edi Winarto mengatakan, organisasinya siap menjadikan media online seluruh Indonesia yang tergabung dalam asosiasinya menjadi media terpercaya dan menolak pemberitaan berbau isu SARA.
Dalam konteks itu, Asosisasi Media Digital sudah menjalankan dan punya program literasi media digital, dengan berbagai pihak.
“Kami juga terbuka kerjasama dengan pihak yang ingin integrasi ke digital, atau siapapun ingin mensosialisasikan dan memasuki era digital,” ujar Edi Winarto, pemilik dan CEO Editor.id.
Edi Winarto mengaku, sosok yang tergabung di Asosiasi Media Digital banyak dari media maintream yang melebarkan sayap ke media online.
Sehingga, untuk kode etik jurnalistik, di lembaga masing-masing sudah sering disosialisasikan. Namun, Asosiasi punya tanggung jawab mengingatkan.
Bahwa ada beberapa motivator (coach) yang menjadi bagian dari Asosiasi Media Digital yang tergabung di organisasi, karena memiliki buku-buku yang dipasarkan dalam media digital. Karena, memang, banyak pihak semua memasarkan lewat digital, adalah bagian dari yang juga di literasi.
“Anggota organisasi kami lebih banyak para pemilik media digital atau CEO, Direktur Utama dari media digital. Ada yang berlatar belakang wartawan, banyak juga yang pengusaha lain yang ingin dan tahu media digital,” ujar Asri Hadi, Pemimpin Redaksi Indonews.id.
Asri Hadi yang kini menjadi Bendahara Asosiasi Media Digital mengingatkan, sejarah telah mencatat, pada awal Oktober 2016 silam, Asosiasi Media Digital Indonesia (AMDI) menjadi organisasi pertama di bidang media digital.
Dirintis oleh sekitar 10 wartawan senior yang juga pemilik media, orang-orang yang aktif di Forum Pimpinan Media Digital Indonesia. Harus diakui, sekarang ini banyak yang mengikuti, langkah dari Asosiasi Media Digital.
Reformasi menjadikan banyak organisasi. Namun, yang membedakan, Asoasiasi Media Digital Indonesia (AMDI) adalah organisasi yang berupaya si anggota mendapat manfaat juga saling mengisi di dalam organisasi itu.
Masih menurut Asri Hadi, dalam perkembangannya, organisasi ini berdiri dengan harapan bisa menjadi wadah bagi pebisnis media tradisional cetak yang “hijrah” atau menjadi penopang para start up di media digital.
Menolak media abal-abal, penyebar berita hoax atau media penyebar berita kebencian tidak hanya terjadi di Indonesia.
Selain memantau dan mengedukasi serta meyakini anggota Asosiasi bekerja profesional sesuai kode etik jurnalistik, yang lebih penting lagi adalah bisa survive menjadi bisnis yang bisa menghidupi keluarga.
Asosiasi Media Digital menjadi garda terdepan untuk meliterasi dan mengedukasi start up (media kecil) yang tengah dirintis hingga perusahaan media digital yang sudah bisa menggaji jurnalis serta karyawannya sesuai upah standart upah minimum.
Yang ditekankan oleh Asosiasi Media Digital adalah, media konvensional di cetak, jangan merasa diri lebih tahu dan profesional.
“Karena era digital terus berkembang dan punya hukum-hukum tersendiri, bahkan ada pihak yang menyebut dirinya profesional dengan label sebagai aktivis medsos sebagai profesi,” tutur S.S Budi Rahardjo, Ketua Asosiasi Media Digital y ang juga Ketua Forum Pimpinan Media Digital.
Yang juga penting adalah, di Asosiasi Media Digital terjalin hubungan dengan pelbagai startup untuk berkembang untuk mendapatkan angel investor. “Termasuk berupaya agar para pemain media digital dalam bisnisnya bisa dibantu oleh perbangkan,” ujar Jojo.
Bahwa media kecil yang tengah dirintis tapi komitmen bekerja profesional juga bisa berkembang diyakini oleh Asosiasi Media Digital.
“Jika rekan-rekan media startup yang baru merintis tapi tidak punya komitmen bekerja profesional sesuai kode etik jurnalistik, ya silahkan berjalan sendiri. Asosiasi Media Digital punya aturan yang harus dipatuhi,” ungkap Jojo menekankan.
AMDI diharapkan menjadi wadah organisasi bagi perkembangan media digital dan memberi manfaat, seperti misalnya Kartu Anggota Asosiasi Media Digital bisa menjadi alat pembayaran digital untuk membayar listrik, telepon juga jalan tol.
“Bukan sekedar kartu anggota manual atau kartu biasa, tapi bisa menjadi kartu sakti, all in one,” ujar S.S Budi Rahardjo alias Jojo yang sedang menjajaki kerjasama sama dengan pelbagai pihak untuk itu.