MATRANEWS.id — JUJUR dan kejujuran menjadi dua kata yang kembali menyeruak hari-hari ini.
Dua sosok manusia sederhana memperlihatkan kepada kita bahwa _ternyata watak jujur dan konsep kejujuran itu masih ada di tengah dunia masa kini yang cenderung berwatak culas.
*Negeri ini seperti ditampar oleh dua petugas di KRL commuter Jakarta-Bogor, Egi Sandi Saputra, 24, dan Mujenih, 34.*
Mereka tanpa ragu mengembalikan uang tunai Rp500 juta yang ditemukan di dalam plastik hitam di bawah bangku gerbong kereta KRL commuter, Senin (6/7) lalu.
*Sudah tentu tidak ada niat mereka menampar seluruh negara karena sejatinya mereka hanya sedang menjalankan ’tugas’ sebagai manusia beradab, yaitu berbuat jujur*.
Akan tetapi, seperti dunia pada umum nya, negeri ini pun terus mengalami kemerosotan kejujuran. *Jujur menjadi semakin langka*.
Pada saat itu, tak mengagetkan bila satu kejujuran sederhana pun akan menjadi tamparan keras.
*Apalagi di Republik ini ketidakjujuran justru banyak dimulai dari figur, sosok, tokoh yang semestinya menjadi teladan*.
Mereka anutan, tetapi selama ini malah memelihara perilaku-perilaku yang jauh dari sifat jujur. *Rajin korupsi, gemar melempar kebohongan, hobi mempermainkan hukum, dan banyak lagi*.
*Sebagian virus ketidakjujuran itu tentu sudah meluas dan menyebar ke golongan lapisan bawah*.
Namun, beruntunglah kita masih memiliki stok orang-orang ‘kecil’ yang tekun merawat nilai kejujuran seperti Egi dan Mujenih. *
Mereka orang-orang yang konsisten menjaga kewarasan berpikir bahwa kejujuran ialah fondasi bangunan kemanusiaan_, bukan golongan orang yang malah mencari untung dari menjual ketidakjujuran*.
*Merekalah yang semestinya menjadi teladan buat orang-orang yang selama ini gagal menjadi teladan*.
Kejujuran harus dimuliakan. Karena itu, orang-orang jujur pun sudah selayaknya diberikan tempat yang mulia. *Sebaliknya, orang-orang yang menegasikan kejujuran tak semestinya mendapat tempat*.
*Inilah salah satu pekerjaan rumah terbesar bangsa ini, yakni menyemai spirit kejujuran*.
Seorang arif bijaksana pernah berkata sebuah komunitas atau bangsa tidak akan hancur oleh karena persoalan politik, ekonomi, hukum, pendidikan yang tidak berkualitas, tetapi oleh kebohongan dan ketidakjujuran yang terus menerus dilakukan.
*Artinya, bangsa ini sejatinya akan cepat menjadi besar bila semua elemennya memegang erat nilai kejujuran dan kemudian mengaplikasikannya dalam tindakan*.
Akan tetapi, kalau kejujuran semata dijadikan jargon dan berhenti sebatas ucapan, yang akan muncul hanyalah manipulasi berkedok kejujuran.
*Egi, Mujenih, dan orang-orang jujur lain harus menjadi role model ketika bangsa ini serius ingin memuliakan kejujuran*.
Sudah cukup negeri ini dibikin limbung oleh orang-orang tak jujur. *Oleh mereka, uang rakyat dirampok, hukum pun mudah dimain-mainkan, lalu masih pantaskah kita meneladani mereka?*
*Jujur tak boleh luntur, perjuangannya tak boleh kendur*.
Egi dan Mujenih telah mengingatkan kita semua, meski orang jujur memang semakin langka di negeri ini, *kita tak boleh kehilangan konsistensi dan persistensi merawat kejujuran*.
(sumber: Editorial MI)