MATRANEWS.id — Misteri keris Pangeran Diponegoro yang disebut keramat, masih simpang siur. Apakah berada di Belanda atau tempat lain. Hingga kini, menjadi buah bibir kalangan kurator, karena keris itu disebut tergolong langka.
Sosok pahlawan nasional asal Yogyakarta yang konon memiliki kesaktian luar biasa itu memiliki keris bernama Kiai Nogo Siloeman. Belasan ribu benda kebudayaan Indonesia berada di Gedung Weltmuseum, termasuk keris yang diduga milik Pangeran Diponogoro. Belum jelas juga, apakah keaslian senjata tradisional khas Jawa tersebut termasuk yang sudah dikembalikan ke Indonesia.
Pasalnya, ada yang memberi info keris yang asli itu disebut berada di museum etnologi Wina, yang terletak di pusat ibu kota Austria tersebut. Ada yang menyebut, keris itu raib secara misterius. Saat keris Kiai Naga Siloeuman diberikan Pangeran Diponegoro kepada utusan Jenderal De Kock, Kolonel Jan-Baptist Cleerens, setelah dirinya ditangkap pada 28 Maret 1830.
Oleh Cleerens, keris itu dihadiahkan kepada Raja Willem I pada 1831. Keris itu kemudian disimpan di Koninklijk Kabinet van Zeldzaamheden (KKZ) atau koleksi khusus kabinet Kerajaan Belanda. Setelah KKZ bubar, koleksinya tersebar ke sejumlah museum.
Namun banyak informasi mengenai koleksi ikut hilang, termasuk keris Kiai Naga Siloeman yang diserahkan kepada Museum Volkenkunde di Leiden. Pencarian kembali keris Kiai Naga Siloeman dimulai pada 1984 oleh Peter Pott, kurator Museum Volkenkunde dan kemudian menjadi direktur museum.
Namun, penelitian Pott kemudian terhenti. Pencarian kembali dilakukan Prof. Susan Legene dari Vrije Universiteit Amsterdam, Johanna Leigjfeldt (2017) dan Tom Quist (2019).
Keris Diponegoro di Belanda dibuktikan dari tiga dokumen penting.
Pertama, korespondensi antara De Secretaris van Staat dengan Directeur General van het department voor Waterstaat, Nationale Nijverheid en Colonies antara tanggal 11-15 Januari 1831.
Dalam korespondensi itu disebutkan bahwa Kolonel J.B. Clerens menawarkan kepada Raja Belanda Willem I sebuah keris dari Diponegoro.
Keris itu kemudian disimpan di Koninkelijk Kabinet van Zelfzaamheden (KKVZ). Setelah itu, pada 1883 keris ini diserahkan ke Museum Volkenkunde Leiden.
Dokumen kedua adalah kesaksian dari Sentot Prawirodirjo, mantan perwira perang Diponegoro, yang ditulis dalam bahasa Jawa kemudian diterjemahkan dalam bahasa Belanda.
Dalam surat itu Sentot menyatakan bahwa ia melihat sendiri Pangeran Diponegoro menghadiahkan Keris Kiai Naga Siluman kepada Kolonel Clerens.
Dokumen ketiga adalah catatan dari Raden Saleh, pelukis yang pernah tinggal di Belanda dan melukis penangkapan Pangeran Diponegoro. Catatan Raden Saleh ini dituliskan di bagian sisi kanan surat kesaksian Sentot Prawirodirjo.
Namun, hinggga kini Kiai Nogo Siloeman disebut tidak diketahui keberadaannya. Hilangnya keris yang merupakan pusaka Jawa itu dari museum di Belanda sejak abad ke-19 sulit dimengerti. Kiai Nogo Silowman kini tidak bisa diidentifikasi. Hal itu membuka ruang bagi kemungkinan munculnya interpretasi mistik dan spekulasi.
Bagaimana Sih Bentuk dan Asal-usul Keris Kyai Nogo Siloeman?
Secara bentuk, keris ini hampir sama dengan keris pada umumnya. Hanya saja, pada bagian bawah terdapat motif naga yang sangat indah. Keris ini juga memiliki 21 lekuk pada permukaannya sehingga tampak indah namun juga sakti. Konon, keris ini memiliki kekuatan gaib yang bisa keluar jika digunakan oleh orang yang tepat.
Di masa hidupnya, Pangeran Diponegoro memiliki sejumlah senjata berupa keris dan tombak. Sebagian besar pusakanya diberikan kepada putra dan putrinya. Selain keris Kiai Naga Siloeman, sang pangeran memiliki keris Kiai Bromo Kedali, keris Kiai Blabar, keris Kiai Wreso Gemilar, dan keris Kiai Hatim.
Keris yang turut dikubur bersama jasad Diponegoro adalah Kiai Ageng Bondoyudo. Sejumlah benda pusaka Diponegoro yang telah dikembalikan dari Belanda pada 1978, yakni tombak, pelana kuda dan payung kehormatan, serta tongkat Kyai Cokro yang telah dikembalikan pada 2015.
Atribut pangeran ini menyatakan statusnya, Keris tersebut kemudian dihadiahkan kepada Raja Willem I pada 1831 dan masuk dalam koleksi khusus kabinet Kerajaan Belanda. Memasuki tahun 1883, keris Diponegoro dipindahkan ke sejumlah museum dan tersebar bersama dengan peninggalan bersejarah lainnya.
Senjata itu berbahan dasar besi berwarna hitam dengan ukiran berwarna emas. Terdapat wujud naga yang tubuhnya memanjang di sekujur bilah keris. Tubuh naga ini dulunya dilapisi emas namun sekarang hanya beberapa jejak emas yang tersisa.
Ada satu lagi wujud naga yang membuat keris ini dinamai Kiai Naga Siluman. Ukiran naga itu tersembunyi di bagian bawah bilah keris yang berdekatan dengan gagang keris. Sosok naga ini hanya bisa terlihat dari posisi tertentu.
Pangeran Diponegoro ditangkap untuk diadili.
Setelah melakukan pemberontakan kepada Belanda hingga Perang Jawa akhirnya pecah, Pangeran Diponegoro akhirnya ditangkap untuk diadili. Dalam penangkapan ini, beliau dibuang ke Makassar hingga akhirnya wafat di sana dengan tenang. Saat ditangkap, apa yang ada pada tubuh dan pakaian dari Pangeran Diponegoro diambil termasuk keris Kiai Nogo Siloeman.
Saat keris itu diambil, pihak Belanda tidak tahu kalau keris itu merupakan ibu dari segala jenis pusaka yang ada di tanah Jawa. Tanpa memperhatikan hal itu, keris yang sangat berharga itu dibawa ke Belanda untuk dikumpulkan.
Secara kekuatan, keris ini memiliki kekuatan yang sangat besar. Sayangnya, kekuatan yang dimiliki oleh Kiai Nogo Siloeman tidak digunakan dan cenderung tidak terpancar dengan sempurna. Kalau saja keris ini bisa kembali, Indonesia akan mendapatkan benda berharga yang tidak ternilai harganya. Tertarik?