
MATRANEWS.id — Menteri Kebudayaan Dr. Fadli Zon menyampaikan bahwa Uzbekistan kini tengah merenovasi kompleks makam Imam Al-Bukhari dan akan menambahkan memorabilia Bung Karno di area tersebut sebagai bentuk penghormatan.
“Ini adalah bentuk penghormatan Uzbekistan terhadap jasa Bung Karno dalam memuliakan peninggalan Islam di Asia Tengah. Mereka memang tidak pernah melupakan jasa beliau,” ujarnya saat menghadiri Pertunjukan Teater Indonesia-Uzbekistan: Diplomasi Budaya dan Sejarah Jadi Jembatan Persahabatan
Fadli menegaskan pentingnya merawat diplomasi sejarah dan kebudayaan, yang menjadi pilar penting dalam hubungan internasional modern. Menurutnya, acara ini menjadi contoh konkret bagaimana sejarah dan seni dapat menjadi jembatan diplomasi yang kuat dan bermakna antara dua bangsa.
Hadir di momen itu Presiden Kelima Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, menghadiri pertunjukan teater seni musik kolaborasi Indonesia-Uzbekistan di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa malam (15/4).
Pertunjukan bertajuk “Imam Al-Bukhari dan Soekarno” ini menjadi simbol eratnya hubungan historis dan spiritual antara kedua bangsa.
Sebelumnya, pada pagi hari, diselenggarakan Forum Bisnis Indonesia-Uzbekistan di Hotel Four Seasons Jakarta, yang turut dihadiri oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, Duta Besar Uzbekistan untuk Indonesia Oybek Eshonov, serta Duta Besar Indonesia untuk Uzbekistan, Prof. Siti Ruhaini.
Sementara pada sore harinya, pertunjukan teater di Gedung Kesenian Jakarta tersebut dihadiri sejumlah tokoh nasional lintas bidang—politik, budaya, dan diplomasi. Di antaranya Menteri Kebudayaan Dr. Fadli Zon, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno, dan Dubes Uzbekistan Oybek Eshonov.
Hadir pula keluarga besar Megawati Soekarnoputri, antara lain putranya M. Prananda Prabowo (Ketua DPP PDIP), Ketua DPR RI Puan Maharani, serta adik-adiknya Sukmawati Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputra. Sejumlah elite PDI Perjuangan seperti Ganjar Pranowo, Djarot Saiful Hidayat, Bintang Puspayoga, dan Ronny Talapessy juga turut hadir, bersama budayawan Butet Kartaredjasa dan Ketua BPIP Yudian Wahyudi
Tampak pula pengamat internasional Ismeth Wibowo yang merupakan cucu Pahlawan Nasional Ir. Djuanda.
Pertunjukan yang disutradarai Ahmad Fauzi (Indonesia) dan Valikhon Umarov (Uzbekistan) ini menghadirkan kisah lintas sejarah dan budaya, membingkai perjalanan spiritual dan diplomasi dua sosok besar dunia: Imam Al-Bukhari dan Soekarno.
Dalam sambutannya, Megawati menekankan pentingnya sejarah sebagai fondasi peradaban bangsa. Ia mengingatkan kembali pesan ayahandanya, Proklamator RI Ir. Soekarno, tentang prinsip JASMERAH: Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah.
“Sebab, jika suatu bangsa telah lupa akan sejarahnya di masa lampau, maka suatu saat bangsa tersebut akan tergelincir dan jatuh,” tegas Megawati di hadapan para tamu undangan.
Megawati juga mengisahkan momen diplomasi sejarah yang dilakukan Bung Karno pada 1956 saat kunjungan kenegaraan ke Uni Soviet. Saat itu, Bung Karno secara khusus meminta kepada Presiden Soviet Nikita Khrushchev agar membantu menemukan makam Imam Al-Bukhari—permintaan yang semula ditolak, namun akhirnya membuahkan hasil dengan ditemukannya makam di Desa Hartang, sekitar 25 km dari Samarkand, Uzbekistan, yang kemudian dipugar oleh pemerintah Soviet.
“Dari langkah kecil itu, lahirlah perubahan besar. Imam Bukhari pun kembali hadir dalam kesadaran umat, bukan hanya sebagai tokoh agama, tetapi sebagai simbol pengetahuan, moralitas, dan kebesaran peradaban Islam,” ucap Megawati.
Ia mengakhiri pidatonya dengan kutipan dari peribahasa Asia Tengah: “Jika hati kita dekat, jarak bukanlah penghalang.”