MATRANEWS.id — Nyanyian Krisdayanti kali ini, urusan PCR. Kemarin, sempat bikin heboh juga saat artis yang menjabat sebagai anggota DPR RI buka-bukaan soal gaji anggota DPR dan fasilitasnya.
Mewakili fraksi PDI-P, Krisdayanti menjabat sebagai wakil rakyat untuk periode 2019-2024. Ia membuktikan lagu ciptaan Iwan Fals, dengan komit: “Wakil Rakyat Seharusnya Merakyat, Jangan Tidur Waktu Sidang Soal Rakyat.”
Krisdayanti ungkap dirinya disindir terlalu Rajin Jadi Wakil Rakyat. Besaran gaji dan tunjangan yang didapatkan para anggota dewan itu sebesar Rp 66.141.813.
Jumlah tersebut belum ditambah dengan Tunjangan Komunikasi Intensif yang mencapai Rp15,5 juta per bulan.
Bahkan, dalam satu periode menjabat, Krisdayanti dan anggota DPR RI lain mendapatkan fasilitas kredit mobil senilai Rp 70 juta.
Hitungan gaji Krisdayanti sebagai wakil rakyat.
Hitungan gaji Krisdayanti sebagai wakil rakyat.
Krisdayanti benar, ingin menjawab keluhan Iwan Fals yang kecewa dengan wakil rakyat kita selama ini.
Masyarakat diberi info menarik, yang sensitif juga apalagi di tengah pandemi COVID-19 seperti saat ini, di mana kondisi ekonomi masyarakat sedang porak-poranda.
Penyanyi papan atas Indonesia itu mengaku menerima gaji setiap tanggal 1 sebesar Rp 16 juta. Empat hari berselang, masuk lagi ke rekeningnya tunjangan sebesar Rp 59 juta.
Tak sampai di situ. Ada juga dana aspirasi Rp 450 juta yang diterima Krisdayanti. Dana aspirasi ini didapat 5 kali dalam setahun, serta dana reses sebesar Rp 140 juta.
“(Dana reses) Rp 140 juta. Itu 8 kali setahun,” kata Krisdayanti. Yang kemudian, ditanggapi bahwa pernyataan Krisdayanti benar, “Dan itu bisa dengan mudah dicek di kesekjenan,” ucap Wakil Ketua MKD DPR Habiburokhman.
PCR Sudah Turun Tapi Masih Mahal
Kali ini, Krisdayanti turut meingomentari harga tes PCR di India yang lebih murah dibandingkan di Indonesia.
Krisdayanti meminta agar Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengevaluasi sistem pengadaan alat kesehatan (alkes) di RI.
Krisdayanti awalnya memaparkan beberapa penyebab harga tes polymerase chain reaction itu berbeda-beda di berbagai negara. Perbedaan harga itu, kata Krisdayanti dipengaruhi oleh merek alat PCR hingga reagen yang digunakan.
Harga Tes PCR di India Cuma Rp 96 Ribu, di Indonesia Rp 900 Ribu
Kebijakan India yang menurunkan harga PCR kata Krisdayanti, harus dibedah lebih jauh. Politikus PDIP itu mengatakan harga di setiap negara sangat berbeda.
“Kalau India sekarang menurunkan harga, kita harus liat dulu PCR apa yang digunakan?
Ketika disamakan merek, fasilitas dan lain-lain tetapi masih ada selisih harga, banyak yang harus di hitung, satu barang dengan merek dan jenis yang sama setiap negara bisa memiliki harga yang berbeda. Toh produk lokal pun banyak yang harga antar pulaunya berbeda. BBM di pulau jawa dan Papua saja beda. Apalagi membandingkan harga fasilitas kesehatan antar negara,” jelasnya.
Kepada Menteri Kesehatan, Krisdayanti meminta agar sistem pengadaan alkes dikaji kembali. Dia mendorong agar produksi dalam negeri dimaksimalkan sehingga bisa menekan harga.
“Kalau meminta saran saya untuk memberi masukan kepada Pak Menkes, saya berharap pemerintah dan pihak terkait untuk mengkaji lagi sistem pengadaan alkes,” ujarnya.
“Peralatan untuk tes PCR tidak perlu lagi impor. Dengan demikian harga tes PCR bisa ditekan menjadi lebih murah,” masih kata Krisdayanti.
“Tanpa mengurangi kualitas dan akurasi hasil tes PCR itu sendiri. Sebab diproduksi di dalam negeri dan tidak kena pajak masuk sebagai barang impor,” jelas Krisdayanti.
BACA JUGA: Majalah MATRA edisi Oktober 2021