Maraknya Judi Online Disuport Peran Artis dan Influenser

Liputan Majalah MATRA edisi Desember 2024

Maraknya Judi Online Disuport Peran Artis dan Influenser

MATRANEWS.id — Maraknya Judi Online Disuport Peran Artis dan Influenser

Pada awalnya, judi online lebih terbatas di taruhan olahraga dan permainan kasino sederhana. Akan tetapi, dengan berkembangnya teknologi, perjudian online kini meliputi berbagai jenis permainan, termasuk poker, blackjack, roulette, dan mesin slot.

Kemunculan judi online dimulai di negara Karibia, tepatnya di Antigua dan Barbuda pada tahun 1994. Pemerintah setempat pada saat itu mengesahkan Undang-Undang Perdagangan dan Pemrosesan Bebas (Free Trade & Processing Act), yang membuka jalan bagi pengeluaran lisensi untuk kasino online.

Dengan adanya regulasi ini, proses pendirian kasino online menjadi lebih mudah, sehingga memicu revolusi dalam dunia perjudian.

Untuk mendukung perkembangan kasino online, perusahaan perangkat lunak Microgaming yang berbasis di Pulau Man mulai mengembangkan perangkat lunak untuk permainan judi online.

Perangkat lunak ini kemudian diamankan menggunakan sistem enkripsi yang diciptakan oleh CryptoLogic, perusahaan yang fokus pada solusi keamanan online.

Kolaborasi antara Microgaming dan CryptoLogic memungkinkan transaksi perjudian dilakukan secara aman di dunia maya, yang menjadi salah satu faktor kunci dalam kesuksesan perjudian online.

InterCasino: Situs Judi Online Pertama yang Menawarkan Taruhan Uang Asli

Pada 1995, perusahaan CryptoLogic luncurkan InterCasino, situs kasino online yang merupakan salah satu tertua dan masih beroperasi hingga saat ini.

Pada 2006, industri judi online mengalami tantangan besar di Amerika Serikat dengan diterapkannya Undang-Undang Penegakan Perjudian Internet yang Melanggar Hukum atau UIGEA (Unlawful Internet Gambling Enforcement Act).

Undang-undang ini melarang penyedia layanan perjudian untuk menerima pembayaran yang terkait dengan taruhan atau taruhan yang dilakukan oleh pemain yang berada di Amerika Serikat.

Meskipun UIGEA memberi tekanan besar pada industri judi online, banyak kasino dan situs perjudian luar negeri tetap melanjutkan operasi mereka dan masih menerima pemain dari AS. Sementara itu, sebagian besar perusahaan perjudian yang terdaftar di AS terpaksa berhenti beroperasi atau beralih ke pasar luar negeri.

Promosi dan Marketing-nya Uang Besar

Facebook, Google, dan WhatsApp bahkan kadang konten dan iklan judi menyisip di website media massa mainstream. Bahkan iklan “judol” bisa masuk ke online instansi pemerintah. Semakin masif penyebaran iklan judi, seiring banyaknya kasus kebocoran data yang melibatkan nomor kontak WhatsApp.

Aplikasi WA menjadi sarana penyebaran iklan judi secara langsung. Iklan-iklan tersebut sering kali datang dalam bentuk pesan pribadi yang dikirimkan ke individu-individu kita semua.

Tak terkecuali, cewek cantik yang mendadak minta pertemanan di medsos FaceBook. Peran artis hingga selebgram dalam penyebaran judi online dimainkan secara sistematis oleh “operator” judi online.

“Dua ratus lima puluh juta rupiah jika artis mau endorse judi, itu baru saya tahu belakangan ini,” kata Dedy Corbuzier membocorkan angka sejumlah artis yang diduga terlibat dalam promosi judi online.

 28 Artis

Saat semua terkuak, ternyata polisi sudah lebih dulu meng-interogasi sekitar 28 artis Indonesia. Terkait keterlibatan mereka dalam dugaan mempromosikan situs judi online di media sosial.

Adapun nama yang beredar didapat dari orang dalam kepolisian, yakni bernama Chelsea Veronnia – promosikan Jaya Bet, Tyas Mirasih – promosikan RGO Togel (2017),  Zaskia Gotix – promosikan Jelas Poker (Februari 2017).

Kemudian Nikita Mirzani – promosikan Jaya Bet (Mei 2017), Amanda Manopo – promosikan Jaya Bet (Juni 2017), Cupi Cupita – promosikan Jaya Poker (Desember 2020) dan Denny Cagur – promosikan Agen 138 (Desember 2020).

Gilang Dirga – promosikan Agen 138 (Desember 2020), Jessica Iskandar – promosikan WYM BET (Desember 2020) dan Vicky Prasetyo – promosikan Sakti 123 (Desember 2020) serta Wulan Guritno – promosikan Sakti 123 dan Lumbung 88 (Desember 2020) termasuk Ari Lasso – -promosikan Agen 138 (Januari 2021)

Arif Muhammad (Mak Beti) – promosikan Agen 138 (Januari 2021), Boy William – promosikan Agen 138 (Januari 2021), Ghea Youbi – promosikan Daya Togel (Februari 2021), dan Kalina Ocktaranny – Promosikan DJ Togel (Februari 2021).

Ayu Ting Ting – promosikan Mewah Bet (Mei 2021), Angela Lee – promosikan Koin 138 (Juli 2021), Charly Van Houten – promosikan Koin 138 (Juli 2021) dan Sule – promosikan Receh 88 (Juli 2021) serta Onadio Leonardo – promosikan Indo Genting (Oktober 2021).

Hana Hanifah – promosikan Big Win 138 (Juni 2022), Dewi Perssik – promosikan Indo Genting (Oktober 2022) serta Dianna Dee – promosikan Indo Genting (Oktober 2022) dan Young Lex – promosikan Indo Genting (Oktober 2022).

Dinar Candy – promosikan Indo Genting (Maret 2023), Yuki Kato – (Belum ada detail lebih lanjut terkait promosi judi), YouTuber Katak Bhizer – promosi judi online di luar negeri.

Denny Cagur Ngaku Tak Tahu Promosi Judol.

Artis yang kini jadi wakil rakyat ini mengaku juga, bahwa dirinya sudah dipanggil oleh Bareskrim Polri lantaran diduga mempromosikan situs judi online. Denny membeberkan bersama 27 artis lainnya mempromosikan judol lantaran ketidaktahuan.

“Jadi prosesnya memang sudah berjalan, semua artis sudah dipanggil ke Bareskrim, saya sudah datang mengikuti aturannya sebagai warga negara yang baik saya datang,” kata Denny di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (6/11)

Banyak dari artis-artis tersebut mengklaim bahwa mereka tidak tahu menahu mengenai ilegalitas dari situs-situs tersebut. Meski begitu, promosi mereka, tetap menjadi salah satu faktor yang mempercepat penyebaran perjudian online di kalangan masyarakat Indonesia.

Para influencer atau selebgram ini biasanya membuat konten yang menarik dan menyertakan link atau tautan yang mengarah langsung ke situs judi online. Mereka menggunakan berbagai platform, seperti Instagram, TikTok, atau YouTube, yang memiliki audiens sangat besar.

Dengan popularitas yang mereka miliki, promosi semacam ini tentu saja bisa mempengaruhi banyak pengikut mereka untuk mencoba peruntungan dalam perjudian online.

Penggunaan influencer dan pesohor sebagai sarana promosi diseting khusus. Sebagai orkestrasi para operator judi untuk menarik minat pengguna muda, yang kerap tidak menyadari bahayanya judi.

Berdasarkan temuan terbaru, sebanyak 2 persen atau sekitar 80.000 pemain judi online terdeteksi berasal dari usia di bawah 10 tahun. Selain itu, sekitar 11 persen atau 440.000 pemain berusia antara 10 hingga 20 tahun.

Persentase ini meningkat pada usia 21-30 tahun, yang mencatatkan sekitar 13 persen atau 520.000 pemain. Meskipun jumlah pemain di rentang usia muda cukup signifikan, namun sebagian besar pemain judi online berada pada kelompok usia dewasa, yaitu antara 30 hingga 50 tahun yang mencakup 40 persen atau 1,64 juta orang.

Bahkan, angka tersebut masih lebih tinggi pada kelompok usia di atas 50 tahun, yang mencatatkan 34 persen atau sekitar 1,35 juta pemain.

Banyak Platform Judi Online Beroperasi dari Luar Negeri.

Negara yang disebut sebagai basecamp seperti Kamboja, Filipina, dan Malaysia. Strategi beberapa operator judi, misalnya, menyewa tempat atau kantor di luar negeri untuk menghindari regulasi di Indonesia.

Memanfaatkan media sosial dan platform digital orang Indonesia untuk mempromosikan situs judi mereka dan menarik perhatian pemain baru.

Selain itu, dicari gencar juga seorang penjual chip dan pencari talent yang berperan dalam ekosistem judi online ini. Mereka mencari pemain-pemain yang memiliki modal besar dan bahkan membuat rekening bank untuk memudahkan transaksi keuangan judi.

***

Judi pada awalnya hanya bisa dimainkan secara langsung di kasino-kasino yang terletak di berbagai penjuru dunia. Namun, dengan kemajuan teknologi dan akses internet semakin mudah, perjudian kini bisa diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.

Judi online dikemas dalam berbagai bentuk permainan yang menarik, seperti permainan kartu, catur, atau dadu. Semua jenis permainan tersebut memiliki unsur hiburan dan tantangan yang dapat menarik perhatian banyak orang, membuat mereka merasa tertantang untuk terus bermain dan berusaha mendapatkan kemenangan.

Salah satu alasan mengapa judi online begitu populer adalah karena kemudahan aksesnya. Pemain tidak perlu pergi ke kasino fisik untuk bermain; cukup dengan menggunakan ponsel atau komputer, mereka bisa bergabung dalam permainan kapan saja.

Kemudahan ini membawa dampak serius, salah satunya adalah kecanduan judi online atau yang dikenal dengan istilah pathological gambling.

Banyak orang yang awalnya hanya ingin mencoba peruntungan dalam permainan judi online, namun akhirnya terjebak dalam pola perilaku sulit dihentikan. Pemain judi online sering kali merasa optimis bahwa kemenangan besar akan datang, meskipun kenyataannya peluang tersebut sangat kecil.

Harapan yang terus-menerus muncul membuat mereka terjebak dalam lingkaran perasaan “mungkin kali ini saya akan menang”. Kecanduan ini lama-kelamaan dapat mengganggu keseimbangan hidup mereka secara keseluruhan.

Judi online sudah diseting algoritma untuk pemain kalah, tapi menawarkan hiburan. Hanya iming-iming kesempatan memperoleh keuntungan.

Menurut Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), sekitar 2,1 juta warga miskin di Indonesia terlibat dalam perjudian online. Mereka berasal dari beragam kalangan, mulai dari buruh, petani, ibu rumah tangga, hingga mahasiswa Taruhan terbilang kecil, dengan kisaran Rp100 ribu atau bahkan kurang, dampaknya tetap besar.

Dengan adanya platform judi yang bisa diakses kapan saja dan di mana saja, tanpa batasan geografis, perjudian online menjadi lebih mudah dan sulit dikendalikan. Pengguna tidak perlu lagi takut ditangkap atau diuber polisi saat bermain, karena permainan ini bisa dilakukan secara anonim.

Keberadaan perjudian online yang semakin mudah diakses juga didukung oleh beragam pilihan permainan, mulai dari slot, togel, poker, hingga permainan populer seperti Higgs Domino. Setiap jenis permainan itu menawarkan harapan besar akan kemenangan, yang sering kali membuat pemain terjebak dalam lingkaran setan.

Baca juga :  #Bernilai

Para bandar judi ini menggunakan berbagai trik, termasuk memanipulasi sistem permainan untuk memastikan bahwa pemain akan terus kalah dan terus melakukan deposit.

Penggunaan Uang dan Aliran Keuangan dalam Judi Online

Permainan judi online berbeda dengan game biasa, karena judi melibatkan uang sungguhan. Pemain harus melakukan deposit untuk membeli chip atau koin, yang nantinya digunakan untuk bertaruh dalam permainan.

Kalau permainan, jika mereka menang, koin atau chip tersebut dapat ditukarkan dengan uang, meskipun prosesnya tidak selalu mudah. Pemain harus menjual kemenangan mereka kepada pihak tertentu, yang bisa jadi adalah bandar atau agen yang mengelola situs judi tersebut.

Di dalam dunia judi online, peran bandar sangatlah dominan. Dengan hanya memiliki sedikit variasi permainan dan sedikit jumlah bandar (sekitar 5-6 bandar utama), mereka mampu mengendalikan ribuan permainan yang ada di pasar.

****

Memerangi Judi online bukanlah tugas mudah, namun hal tersebut bukanlah sesuatu mustahil.

Desk Pemberantasan Perjudian Daring telah berhasil menutup lebih dari 104.000 situs judi online yang beroperasi di Indonesia. Di samping itu, untuk mencegah aliran dana ilegal, pemerintah telah mengajukan permohonan pemblokiran terhadap 651 rekening bank yang terindikasi digunakan dalam aktivitas judi online.

“Rekening bank merupakan nadi dari judi online, oleh karena itu, kami terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk OJK dan Bank Indonesia untuk memantau dan memblokir rekening yang terkait dengan perjudian daring,” kata Meutya.

Rekening bank yang diajukan diblokir berasal dari berbagai bank besar di Indonesia. Di antaranya, Bank BCA mencatatkan jumlah rekening paling banyak diajukan untuk pemblokiran, yaitu 517 rekening, diikuti oleh Bank BRI dengan 126 rekening, dan Bank Mandiri dengan 75 rekening. Selain itu, ada juga Bank BNI, CIMB Niaga, BSI, Danamon, serta bank-bank lainnya yang turut terlibat dalam jaringan transaksi judi online ini.

BI mengimbau penyedia jasa pembayaran, baik bank maupun non-bank, untuk memperkuat sistem pendeteksi penipuan (fraud detection system) agar bisa lebih mudah mengidentifikasi rekening-rekening yang digunakan dalam transaksi judi online dan tindak pidana lainnya.

Selain rekening bank, platform dompet digital (e-wallet) juga menjadi sarana yang sering digunakan untuk transaksi judi online.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Meutya Hafid, DANA mencatatkan angka tertinggi dalam penggunaan untuk transaksi judi online, dengan persentase mencapai 25,68%. GoPay berada di posisi kedua dengan 24,84%, sementara LinkAja mencatatkan 21,47%, dan OVO dengan 21,26%. Penggunaan dompet digital lainnya, seperti Sakuku dan ShopeePay, tercatat lebih rendah, masing-masing 2,32% dan 2,11%.

Kerja Sama dengan Industri Perbankan dan E-Wallet

Meutya menekankan bahwa pemberantasan judi online tidak dapat dilakukan tanpa kerja sama yang solid antara pemerintah, industri perbankan, dan penyedia layanan dompet digital.

Menurut Ruby Alamsyah, seorang Peneliti Digital Forensic Indonesia, cara pemblokiran yang selama ini dilakukan, seperti memblokir rekening adalah sangat tepat. Tidak perlu repot blokir alamat situs.  Pasalnya, meskipun situs tertentu diblokir, masih banyak cara bagi pengguna untuk mengakses situs-situs tersebut, salah satunya melalui penggunaan VPN.

“Blokir web judi bukan solusi,” ujarnya, mengingat banyaknya alat dan teknologi yang dapat mengakali pemblokiran tersebut. Di Indonesia, terdapat lebih dari 1.500 penyedia layanan internet. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Jasa Internet Indonesia, Muhammad Arif, menjelaskan situs judi online biasanya memiliki banyak domain cadangan yang dapat segera dipakai ketika satu domain diblokir.

Bahkan, mereka seringkali mengubah alamat situs mereka secara otomatis, sehingga proses pemblokiran menjadi seperti sebuah pertempuran yang tiada habisnya.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun pemerintah memblokir situs judi online, pemain di Indonesia masih bisa mengakses situs tersebut dengan menggunakan VPN (Virtual Private Network). Dengan menggunakan VPN, mereka dapat menyamarkan lokasi mereka dan mengakses situs judi yang sebelumnya diblokir.

Pratama Persadha, Chairman dari Communication and Information System Security Research Center (CISSReC), menyebutkan bahwa operator judi daring terus mengembangkan teknologi dan perangkat lunak canggih untuk menyembunyikan jejak mereka.

Bahkan beberapa situs judi online memberikan layanan VPN secara gratis kepada penggunanya untuk mengatasi pemblokiran yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

Sistem pemblokiran yang dilakukan oleh Kominfo seringkali terkesan tidak efektif. Sistem pemblokiran juga kerap gagal mengatasi penyamaran IP address yang digunakan oleh situs judi online. Banyak situs yang menggunakan teknologi seperti Cloudflare atau Amazon Web Services (AWS) untuk menyembunyikan alamat IP mereka, sehingga lebih sulit untuk diblokir secara langsung.

***

Penjudi pintar mulai gunakan cryptocurrency dan dark web untuk transaksi judol. Ini menjadi tantangan baru dalam perang melawan judi online. Berdasarkan hasil analisis, PPATK mendeteksi sekitar 2.000 rekening yang digunakan untuk menampung aliran dana dari bisnis ilegal tersebut.

Data terbaru dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkapkan angka yang sangat mencemaskan: 3,2 juta warga Indonesia terjerat dalam dunia judi online, dengan total nilai transaksi yang mencapai lebih dari Rp100 triliun hanya dalam kurun waktu Januari hingga Maret 2024.

Jika melihat akumulasi perputaran uang judi daring sejak 2017 hingga kuartal pertama 2024, angka tersebut melonjak menjadi lebih dari Rp600 triliun.

Judi online seringkali dihubungkan dengan praktik-praktik ilegal lainnya, seperti peminjaman online (pinjol) yang banyak digunakan untuk mendanai perjudian.

Follow the Money untuk berantas Judi Online.

Pakar cyber security Alfons Tanujaya sarankan metode: Follow the Money untuk berantas Judi Online. Alfons menjelaskan bahwa metode follow the money berfokus pada pelacakan transaksi keuangan yang dilakukan oleh pemain judi online.

Menurutnya, setiap kali iklan judi online muncul, alih-alih hanya diblokir, pihak berwenang harus bisa melacak informasi yang terkait, termasuk nomor WhatsApp yang digunakan oleh pemain untuk melakukan transaksi.

Salah satu kunci utama dalam pendekatan ini adalah nomor WhatsApp yang digunakan oleh pemain untuk melakukan transaksi. Alfons menjelaskan bahwa judi online biasanya meminta pemain untuk mengirimkan uang ke rekening tertentu dan memasukkan nomor WhatsApp mereka sebagai bagian dari proses transaksi.

“Jika nomor WhatsApp ini sudah berhasil diamankan, pihak kepolisian bisa langsung bergerak untuk melacaknya,” jelas Alfons. Menurutnya, pihak Kepolisian dapat bekerja sama dengan provider layanan telekomunikasi untuk mengetahui identitas pemilik nomor WhatsApp yang terhubung dengan aktivitas judi online. Setelah itu, penegakan hukum dapat dilakukan dengan menindak para pelaku.

Peran OJK dan PPATK dalam Menyelesaikan Kasus Judi Online

Alfons juga menyoroti peran penting OJK dan PPATK dalam melacak transaksi finansial antara pemain judi dan bandar. Dengan data yang ada, OJK dan PPATK dapat melacak alur uang oleh bandar judi dan mengetahui siapa saja yang terlibat dalam transaksi tersebut.

Meskipun metode follow the money terbukti efektif, Alfons mengakui bahwa tantangan terbesar dalam penerapannya adalah koordinasi antar lembaga dan akses terhadap data yang dibutuhkan.

Online bentuk daring (online) di awal 2000-an. Ada operator judi seperti PT Indobet Online yang mengklaim sebagai perusahaan yang sah dengan izin dari Departemen Sosial dan Departemen Kominfo.

Sementara keberadaan lima perusahaan yang diduga terlibat dalam praktik judi online dan darat. Adalah PT Gateway Guna Selaras, PT Patron Aptika Utama, PT Proteksi Dunia Emas, PT Protokol Sasana Janawi. Kelima perusahaan tersebut didirikan pada periode tahun 2018.

“Dari kelima perusahaan ini, PT. Proteksi Dunia Emas menjadi perhatian khusus karena merambah bisnis judi darat dengan izin mendirikan kasino,” kata Uchok menerangkan, adapun legalitas hukum atas aktivitas empat perusahaan lainnya diperoleh melalui keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara atau PN Jakut.

Uchok Sky Khadafi juga menyoroti aturan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dengan kode 92000 yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebagai pintu masuk legalisasi praktik perjudian darat ini.

Mantan polisi Susno Duadji menjelaskan, memberantas judi online sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan dengan perjudian offline, yang biasanya dilakukan secara tersembunyi di kamar-kamar hotel atau rumah pribadi.

Menurutnya, judi offline sulit untuk diungkap karena para peserta biasanya hanya segelintir orang, dan tindakan penegakan hukum memerlukan bukti yang cukup kuat. Sebaliknya, judi online memiliki jejak digital jelas, termasuk data-data transaksi terdaftar, baik dari Indonesia maupun negara seperti Vietnam, Kamboja dan Filipina.

“Memberantas judi online itu jauh lebih gampang daripada memberantas judi offline di kamar-kamar hotel atau di rumah-rumah yang pesertanya tidak sampai jutaan. Itu lebih susah ditangkap karena harus ada buktinya. Tapi, kalau judi online itu semua terdaftar, termasuk soal pinjaman online,” ujarnya.

Menurut mantan Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri ini, praktik judi online bisa dilacak dengan mudah karena semua transaksinya diawali dari Indonesia. Artinya, meskipun bandar judi mungkin berada di luar negeri, transaksi yang dilakukan oleh pemain judi di Indonesia tetap bisa ditelusuri dengan bantuan teknologi dan kerja sama antara pihak-pihak terkait.

“Permasalahannya itu satu, tinggal kemauan, mau memberantas atau tidak, itu saja,” jelas Susno dengan tegas. Menurutnya, jika semua pihak berkomitmen dan bekerja sama, judi online di Indonesia bisa diberantas. Namun, ia menekankan bahwa yang lebih penting adalah adanya kemauan politik dan niat yang kuat untuk menyelesaikan masalah ini.

Baca juga :  Buah Penurun Kolesterol Setelah Lebaran

**Inisial T Diduga Kontrol Jaringan Besar Bisnis Judi online di Indonesia.

Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Benny Rhamdani sempat mengungkapkan tokoh ber-inisial T pengontrol jaringan besar bisnis judi online di Indonesia.

Penempatan ilegal pekerja migran ke luar negeri, yang banyak di antaranya terjebak dalam bisnis judi online dan scam.

Sosok yang dikenal dengan kiprahnya dalam melindungi pekerja migran Indonesia (PMI), tidak hanya menyoroti masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerja migran, tetapi juga memberikan perhatian serius terhadap praktik bisnis ilegal yang merugikan banyak pihak.

“T” diyakini memiliki peran sentral dalam mengendalikan jaringan judi online besar di Indonesia. “Orang ini adalah orang yang selama Republik ini berdiri mungkin tidak bisa disentuh oleh hukum,” ujar Benny mengungkapkan bahwa banyak pekerja Indonesia yang ditempatkan di negara tersebut tidak bekerja di sektor formal, melainkan dipaksa bekerja dalam industri judi online dan penipuan daring (scam).

Praktik penempatan ilegal ini, menurut Benny, merupakan bagian dari jaringan perdagangan manusia yang merugikan banyak pihak, termasuk pekerja yang mayoritas lulusan SMA hingga perguruan tinggi (S1 dan S2).

Dengan makin meluasnya perjudian online, kelompok-kelompok sindikat ini mulai menargetkan pasar Indonesia, sebuah negara dengan populasi besar dan akses internet yang luas.

Untuk memperluas operasi mereka, kelompok perjudian ini kemudian merekrut sejumlah orang dari Indonesia untuk menjadi operator judi online. Ratusan orang Indonesia diberangkatkan ke negara-negara seperti Kamboja, Laos, dan Myanmar untuk bekerja sebagai operator judi online yang terlibat dalam pengelolaan situs-situs judi ilegal.

Para operator ini direkrut dan dilatih untuk menjalankan tugas-tugas terkait dengan pengelolaan situs judi online, termasuk pemasaran, pengelolaan akun pemain, serta kegiatan promosi yang bertujuan untuk menarik lebih banyak pemain.

Selain itu, mereka juga terlibat dalam berbagai kegiatan administratif yang mendukung jalannya bisnis judi online tersebut. Sebagian besar operator ini bekerja di bawah kendali sindikat yang sudah mapan dan berpengalaman dalam mengelola perjudian ilegal.

Fenomena yang cukup mengkhawatirkan adalah peran warga negara Indonesia (WNI) sebagai operator judi daring atau “online scamming” di luar negeri. Banyak WNI yang direkrut untuk bekerja sebagai operator judi daring dengan janji gaji tinggi.

Konfirmasi PPATK dan Penyebaran Rekening Judi Online

Kepala PPATK, Ivan Yustiavandana, mengkonfirmasi bahwa pihaknya memang menemukan sejumlah rekening yang berhubungan dengan perjudian online. Namun, Ivan menekankan bahwa selain “T,” masih banyak individu lain yang juga terlibat dalam jaringan ini.

Rekening-rekening tersebut, kata Ivan, digunakan untuk menampung dana yang bersumber dari aktivitas perjudian ilegal yang berkembang pesat di Indonesia, terutama yang dilakukan secara daring.

Uniknya nama T muncul dalam kapasitas lain, hanya dalam skala kecil. Nama T ini adalah “anak bawang” terkait dengan peran sejumlah oknum pegawai Komunikasi dan Informatika (Kominfo), yang kini dikenal sebagai Komdigi, dalam mendukung praktik judi online.

Pada Juli 2023, T diketahui merekomendasikan untuk merekrut pekerja dari luar Kominfo untuk memperkuat tim pemblokiran situs web judi online. Rekomendasi tersebut diterima, meskipun kemudian ditemukan bahwa beberapa pekerja yang direkrut, termasuk AK, tersangka kasus judol, ternyata tak memenuhi kualifikasi.

AK, yang berasal dari latar belakang SMK, ternyata lolos menjadi pegawai Komdigi dan masuk dalam tim pemblokiran situs web judi online. Namun, bukan untuk memblokir situs-situs tersebut, melainkan untuk melindungi situs judi dari pemblokiran. Bahkan, AK dan beberapa pegawai lainnya diduga menerima imbalan hingga 24 juta – tapi dalam pengakuan hanya Rp 8,5 juta per situs judi online yang mereka lindungi dari blokir.

Dalam kasus ini, dilaporkan bahwa ada sekitar 1.000 situs judi yang dilindungi, dengan total nilai mencapai Rp 8,5 miliar.

Kantor Satelit Kementerian Komdigi di Ruko Galaxy: Tempat Pengawasan Situs Terlarang dengan Fasilitas Internet Tanpa Batas

Di kawasan ruko Galaxy, sebuah kantor yang tampaknya biasa saja menyimpan cerita menarik tentang pengawasan situs terlarang, termasuk situs judi online. Kantor Bekasi jadi pusat operasional dari tim penyokong pengawasan yang bekerja di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Komdigi).

Tim ini bertugas mengawasi dan menanggulangi konten ilegal di dunia maya, termasuk mengakses, memfilter, dan menutup situs-situs yang melanggar aturan. Para admin dan operator yang bekerja di kantor tersebut digaji sekitar Rp 5 juta per bulan, dengan jam kerja dari pagi hingga malam.

Fungsi Ruko Galaxy sebagai Kantor Satelit

Ruko Galaxy berfungsi sebagai kantor satelit yang mendukung kegiatan pengawasan di kantor pusat Kementerian Komdigi. Meskipun tampak seperti ruko biasa, di balik dindingnya berlangsung aktivitas yang sangat penting bagi pengawasan internet di Indonesia.

Ruko ini bukan hanya tempat bekerja, tetapi juga digunakan sebagai pusat operasional untuk kegiatan yang lebih teknis dan rahasia, seperti crawling (pencarian data), filtering (penyaringan), serta buka-tutup akses situs terlarang.

Menurut sumber yang dekat dengan kegiatan ini, kantor ini diduga menjadi lokasi dari sejumlah kongkalikong dalam pengawasan dan pengelolaan data. Rumah toko ini baru saja disewa sekitar empat bulan lalu, namun keberadaannya tidak diketahui banyak orang.

Aktivitas di ruko ini seringkali dimulai pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB, ketika banyak orang masih belum menyadari adanya pekerjaan yang sedang dilakukan di dalamnya.

 Keanehan Aktivitas di Ruko Galaxy

Penduduk sekitar ruko Galaxy mengaku jarang melihat interaksi antara penghuni ruko tersebut. Hanya ada tiga hingga lima orang yang tampak setiap harinya. Mereka pun tidak pernah mengenakan seragam atau atribut yang menunjukkan bahwa mereka adalah pegawai Kementerian Komdigi.

Tidak seperti kantor pada umumnya, di mana aktivitas pekerja berlangsung pada jam kerja reguler, tim di ruko Galaxy justru aktif pada malam hari.

Di lantai dasar, suasana terlihat sepi dan kosong tanpa furnitur. Barang-barang bekas, seperti kardus, helm, dan alat kebersihan, teronggok di bagian teras. Jendela lantai 2 dan 3 tertutup tirai putih, menciptakan kesan tertutup dan misterius.

Meskipun demikian, sebuah video yang dirilis oleh Divisi Hubungan Kemasyarakatan Kepolisian RI menunjukkan bahwa di lantai 2, ruko tersebut memiliki belasan komputer yang digunakan oleh para pegawainya untuk melakukan pekerjaan mereka. Para pekerja tampak fokus menggunakan komputer-komputer tersebut di malam hari.

Beberapa oknum dalam Kominfo dan Kemenfo dilaporkan telah mengatur dan menyembunyikan lebih dari 1000 situs judi online agar tidak terblokir.

Selain menutup situs judi, mereka juga ditugaskan untuk memantau situs-situs yang berhubungan dengan terorisme, pornografi, dan penipuan.

Setiap hasil penyisiran yang dilakukan tim ini dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) sebelum permohonan pemblokiran diajukan kepada penyelenggara layanan internet.

Kemudian daftar ataupun list web judi online yang telah dikumpulkan difilter dengan menggunakan akun Telegram agar website yang telah di-list menyetorkan uang.

Pemilik Website Judol Setor Uang Setiap Dua Minggu Sekali

Para tersangka meminta sejumlah uang kepada pemilik website setiap dua minggu sekali. Duit tersebut sebagai imbalan agar website judol milik mereka tidak diblokir. Jika tidak menyetorkan uang, maka web langsung “diblokir”.

Fasilitas Internet Tanpa Batas di Ruko Galaxy

Kunci utama dari operasional di ruko Galaxy terletak pada fasilitas internet yang sangat mumpuni. Ruko Galaxy digunakan sebagai tempat penyimpanan server Indonesia Data Center, yang dikelola oleh salah satu penyelenggara layanan internet terkemuka. Jaringan ini terhubung langsung dengan Indonesia Internet Exchange (IIX) dan tidak memiliki batasan protokol serta batasan kecepatan.

Fasilitas ini sangat penting bagi tim pengawasan Kementerian Komdigi, karena mereka membutuhkan jaringan dengan kapasitas tinggi untuk melakukan crawling dan filtering situs-situs terlarang secara efektif. Jaringan di ruko Galaxy bahkan setara dengan jaringan yang dimiliki oleh operator besar, yang memungkinkan mereka untuk mengakses data dengan sangat cepat dan efisien.

Keterhubungan dengan Kantor Pusat Kementerian Komdigi

Keberadaan kantor satelit di ruko Galaxy juga terkait erat dengan kantor pusat Kementerian Komdigi yang terletak di Jakarta. Tim pengawasan ini terhubung langsung dengan kantor pusat melalui jaringan internet yang sangat cepat dan stabil. Bahkan BSSN saja, kalau ada yang mencurigakan, lapornya ke kantor satelit ini.

Meskipun kantor satelit ini tidak memiliki papan nama atau identitas yang jelas,. Mereka adalah bagian dari Direktorat Pengendalian Aplikasi Informatika yang berlokasi di lantai 8 gedung Kementerian Komunikasi, Jakarta Pusat.

Para pegawai yang bekerja di kantor ini adalah aparatur sipil negara (ASN) yang dipimpin oleh pejabat eselon III, yang sehari-harinya bertugas mengelola dan mengawasi aplikasi dan situs yang beredar di Indonesia.

Budi Arie Setiadi, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), baru-baru ini mengungkapkan bahwa, Oknum yang terlibat dalam praktik judi online sudah ada di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) jauh sebelum ia menjabat.

Budi Arie mengungkapkan bahwa ia sempat mencurigai adanya keterlibatan oknum di internal Kominfo dalam praktik perjudian online. Ia menerima informasi dari beberapa pihak mengenai gaya hidup mewah sejumlah pejabat eselon 3 dan 4 di Kominfo, yang dinilai tidak sesuai dengan penghasilan mereka.

“Sudah ada kecurigaan-kecurigaan itu. Misalnya, si ini seperti nggak beres, si itu enggak beres. Makanya saya putar (rotasi pegawai),” ungkap Budi Arie.

Meski ada informasi yang masuk, ia menyatakan bahwa membuktikan keterlibatan oknum tersebut secara konkret memang tidak mudah. “Kalau cuma omongan, membuktikannya susah,” katanya. Namun, pria yang kini jadi Menteri Koperasi ini tetap berusaha keras melakukan rotasi dan pemindahan pegawai untuk memastikan bahwa Kominfo tetap bersih dari praktik ilegal tersebut.

Baca juga :  Induk Macan: Mengangkat Parenting dalam Era Media Sosial dengan Sentuhan Lokal

Apa lacur. Salah satu hal yang paling mencolok dalam dunia judi online adalah perputaran uang yang sangat besar. Semua bisa menjadi oknum, karena berdasarkan laporan yang ada, peredaran uang dari aktivitas judi online diperkirakan mencapai angka yang luar biasa, yakni sekitar 900 triliun hingga 1.000 triliun rupiah.

Uang yang beredar ini tidak hanya melibatkan para pemain judi, tetapi juga mengalir ke tangan para bandar dan oknum lainnya yang terlibat dalam jaringan ini.

Beberapa oknum yang terlibat dalam perputaran uang judi online ini sering kali melakukan penyalahgunaan wewenang atau lalai dalam mengawasi transaksi yang mencurigakan. Lingkaran judi online ini karena godaan yang sangat besar. Beberapa bahkan melaporkan adanya ancaman atau rayuan dari para bandar atau aparat yang memanfaatkan posisi mereka untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas ilegal ini.

****

Judi salah satu kegiatan yang telah ada sejak zaman kuno. Tercatat dalam berbagai prasasti dan naskah kuno.

Sejarah mencatat, perkembangan perjudian bergantung kebijakan-kebijakan pemerintah. Perjudian pada masa juga sebagai sumber pendapatan bagi “sang penguasa” melalui pajak perjudian yang dipungut oleh pejabat tertentu.

Sejarah Perjudian Dari Masa Jahiliyah Hingga Era Orde Baru

Masuknya perjudian yang lebih terorganisir ke Indonesia terjadi pada masa penjajahan Belanda. Ketika VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) datang ke Indonesia sekitar 1620. Mereka beri izin buka rumah judi, baik di dalam benteng Batavia (sekarang Jakarta) maupun di luar benteng.

VOC diuntungkan dengan rumah-rumah judi ini, terutama melalui penerapan pajak tinggi. Di dekade 1960-an, saat Indonesia baru Merdeka, krisis ekonomi cukup parah, ditambah dengan ketegangan politik melanda negara. Di tengah kesulitan tersebut, pemerintah Indonesia coba berbagai cara atasi masalah ekonomi, salah satunya adalah dengan menggelar undian berhadiah atau lotere.

Pemerintah RI beri izin operasional rumah judi, asalkan mereka bayar pajak. Di pemerintahan Presiden pertama kita, melegalkan beberapa jenis lotere sebagai sumber pemasukan tambahan bagi negara. Jenis lotere yang diselenggarakan antara lain adalah Toto Nasional dan Undian JDB, yang dikenal sebagai jenis lotere dengan sistem pengundian tertentu.

Lotere “buntut” ini dimainkan dengan cara menebak dua angka terakhir dari undian yang dikeluarkan oleh Yayasan Rehabilitasi Sosial. Pada 1960-an, permainan undian berhadiah digunakan sebagai sumber dana untuk pembangunan fasilitas sosial, seperti gedung sekolah dan rumah sakit.

Selain lotere yang diselenggarakan oleh pemerintah, bentuk perjudian lain berkembang di Masyarakat. Lotere Buntut tak berizin malah lebih banyak dimainkan oleh kalangan bawah

Meskipun tidak sah secara hukum, lotere ini sangat populer, terutama di kalangan petani, buruh, dan pedagang kecil yang mencari penghidupan lebih baik melalui keberuntungan. Hadiah yang dijanjikan pun cukup menggiurkan, berkisar antara 60.000 hingga 80.000 rupiah, suatu jumlah yang cukup besar pada era 1960-an.

Lotere “buntut” ini pun cepat menyebar, hingga ke pelosok-pelosok desa. Dalam situasi yang serba sulit, lotere ini menjadi bentuk hiburan sekaligus harapan bagi mereka yang merasa terdesak oleh kondisi ekonomi.

Maka di 1965, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 113 Tahun 1965, yang melarang praktik lotre buntut, karena dianggap merusak moral bangsa dan tergolong dalam kategori subversi.

Nah, meskipun lotre tersebut dilarang, perjudian jenis ini tetap berkembang dalam bentuk yang berbeda. Bentuk perjudian ilegal juga masih marak, termasuk di kawasan Glodok, Jakarta.

Ada judi Paij-Kioe dan Shatan yang dijalankan oleh tokoh mafia judi besar seperti Oeij Ek Koei, seorang bandar judi kenamaan dari etnis Tionghoa yang memiliki pengaruh besar di dunia perjudian Jakarta pada waktu itu.

Waktu berjalan, pada 1966 Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin memasuki babak baru. Menghadapi anggaran daerah yang sangat terbatas, Ali Sadikin lantas memutuskan untuk melegalkan perjudian sebagai sumber pendapatan daerah.

Pada masa itu, DKI Jakarta mengalami kesulitan keuangan yang sangat besar—dengan APBD hanya sebesar Rp66 juta, yang bahkan tidak cukup untuk membangun fasilitas dasar seperti sekolah, rumah sakit, dan jalan raya.

Ali Sadikin dikenal sebagai seorang pemimpin pragmatis, akhirnya memutuskan untuk mengalokasikan pajak dari perjudian untuk bangun Jakarta. Berdasarkan UU/11/1957, yang memberikan kewenangan ke pemda pungut pajak kegiatan perjudian, ia putuskan  mendirikan kasino-kasino resmi yang dipungut pajaknya.

Pada 26 Juli 1967, Ali Sadikin keluarkan SK melarang semua perjudian gelap DKI Jakarta, namun pada saat yang sama membuka ruang bagi perjudian legal dengan membangun kasino-kasino di wilayah tertentu.

Kasino pertama kali didirikan di kawasan Petak Sembilan, Jakarta Barat, diikuti oleh beberapa kasino lain seperti Hailai Casino (1971) dan Copacabana Casino (1975) di Ancol, Jakarta Utara. Kasino-kasino ini bukan hanya tempat untuk berjudi, tetapi juga menjadi pusat hiburan yang mewah dan bergengsi, dengan ruang VIP yang hanya dapat diakses oleh kalangan tertentu.

Selain itu, Ali Sadikin juga melegalkan lotto/hwa-hwe yang khusus untuk kalangan Tionghoa, sebagai bagian dari kebijakan untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan fasilitas publik. Dari hasil pajak judi, Ali Sadikin berhasil meningkatkan anggaran DKI Jakarta, yang dalam waktu 10 tahun berkembang pesat dari Rp66 juta menjadi Rp89 miliar.

Berbagai fasilitas seperti sekolah, puskesmas, taman, hingga Jakarta Fair dibangun dengan menggunakan dana dari pajak judi ini. Sejarah mencatat, kebijakan Ali Sadikin menuai kritik keras dari berbagai pihak, terutama dari kelompok agama yang menentang legalisasi judi.

Ali Sadikin tetap berpegang pada keyakinannya bahwa judi adalah solusi pragmatis untuk membangun Jakarta. Bahkan, ia mendapat julukan “Gubernur Judi” atau “Gubernur Maksiat” karena kebijakan kontroversialnya tersebut.

Di ibu kota Jakarta, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, membuat gebrakan dengan melegalkan permainan judi yang dikenal dengan nama Nalo (Nasional Lotere). Nalo bukanlah lotere biasa, karena ini merupakan bentuk perjudian yang legal berdasarkan Undang-Undang No.11 Tahun 1957 tentang tanggung jawab pemerintah terhadap daerah masing-masing.

Melalui kebijakan ini, Ali Sadikin menginginkan agar permainan judi dapat memberikan pemasukan untuk pembangunan kota Jakarta yang kala itu tengah mengalami krisis infrastruktur.

Ali Sadikin juga secara terbuka menyatakan bahwa meskipun judi itu haram menurut ajaran Islam, dia tidak bisa mengatur agama dan bahwa kebijakan ini hanya berlaku bagi kalangan Tionghoa yang lebih terbiasa dengan perjudian.

Di ujung jabatannya berakhir pada 1977, kebijakan mengenai perjudian mulai berubah. Pada April 1981, Gubernur Tjokropranolo menutup Copacabana Casino yang terletak di Ancol, dengan alasan bahwa perjudian harus dihapuskan.

Maka, Setelah penutupan kasino-kasino yang dilegalkan pada masa Ali Sadikin, perjudian kembali menjadi kegiatan ilegal di Jakarta. Meskipun ilegal, praktik perjudian tidak pernah benar-benar hilang. Rumah-rumah judi tetap ada, beroperasi secara sembunyi-sembunyi di berbagai sudut kota.

Pada 1968, Pemerintah Daerah Surabaya juga mengeluarkan Lotto (Lotre Totalisator) PON Surya yang tujuannya adalah untuk himpun dana bagi penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) VII yang akan diselenggarakan di Surabaya 1969. Perbedaan utama dengan lotre sebelumnya adalah bahwa Lotto ini tidak ada kaitannya dengan olahraga tertentu, dan hanya berupa undian.

Pada era Orde Baru, perjudian mulai dibentuk dalam bentuk yang lebih terstruktur dan diawasi oleh negara. Periode 1974, program Toto KONI dihapuskan. Pemerintah Indonesia melalui Menteri Sosial  merencanakan untuk mengadakan jenis undian.

Perjudian pada Masa Orde Baru: SDSB dan Porkas

Pada dekade 1980-an, praktik perjudian kembali mengemuka melalui program Porkas (Pekan Olahraga Ketangkasan). Porkas merupakan undian berhadiah yang digunakan oleh pemerintah untuk menggalang dana bagi penyelenggaraan olahraga, terutama kompetisi sepak bola.

Masyarakat membeli kupon dengan taruhan pada hasil pertandingan sepak bola Galatama yang dikelola oleh PSSI. Setiap minggu, hasil undian diumumkan setelah 14 klub bertanding. Namun, meskipun sukses dalam mengumpulkan dana untuk olahraga, Porkas mendapatkan banyak kritik.

Pada 1985, setelah beberapa tahun perencanaan, program kupon berhadiah Porkas Sepak Bola resmi diluncurkan. Porkas ini mengandalkan tebakan mengenai hasil pertandingan sepak bola (menang, seri, atau kalah), dan hasilnya dibagikan untuk kepentingan pembinaan olahraga di Indonesia.

Porkas ini berkembang pesat, dengan jumlah dana yang dihimpun mencapai miliaran rupiah di tahun-tahun awal penyelenggaraan. Pada 1987, program ini berubah nama menjadi Kupon Sumbangan Olahraga Berhadiah (KSOB), dan dilanjutkan dengan pengembangan lebih lanjut.

SDSB menjadi populer karena kuponnya dapat dibeli dengan harga terjangkau, dan hadiahnya cukup menggiurkan, terutama bagi masyarakat kelas bawah.

Selain SDSB, terdapat juga undian Porkas (Pekan Olahraga Ketangkasan), yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendanai kegiatan olahraga. Program ini akhirnya dihentikan pada 24 September 1994.

Hal ini diikuti dengan penundaan inisiatif serupa, seperti Dana Masyarakat untuk Olahraga (Damura), hingga berbagai persoalan yang terkait dengan penggalangan dana masyarakat dapat diselesaikan.

Saat ini, perjudian online hadir dalam berbagai bentuk, mulai dari permainan kasino, judi bola, hingga slot online.  Istilah “Mati satu, tumbuh seribu” seolah menjadi gambaran tepat bagi fenomena ini, di mana setiap kali satu situs judi ilegal berhasil ditutup, situs baru segera bermunculan dengan domain yang berbeda, bahkan lebih sulit terdeteksi.