Menteri Pertahanan RI Ajak Anggota Asosiasi Media Digital Perangi Hoax

“Di era modern, dimana teknologi menjadi sebuah hal yang seolah bisa mengatur kehidupan manusia di muka bumi ini. Kebutuhan akan hal-hal berbau teknologi telah beralih seperti kebutuhan pokok atau utama,” ujar Ryamizard Ryacudu.

“Berita yang tidak jelas asal-usulnya disebarkan, ke sana-ke mari dengan dalih informasi, namun sesungguhnya itu menyesatkan,” papar Menteri Pertahanan ke-25 Republik Indonesia itu, dalam pertemuannya dengan S.S Budi Rahardjo, Ketua Asosiasi Media Digital Indonesia dan Ketua Forum Pimpinan Media Digital.

Ryamizard mengajak anggota Pimpinan Media Digital dan Asosiasi Media Digital untuk aktif di tahun politik ini, memberi kabar baik dan ia mendukung “gerakan menulis baik” yang dicanangkan oleh organisasi yang tergabung dalam “Bela Negara” ini.

Pria yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat dari tahun 2002 hingga 2005 ini menjelaskan panjang lebar.

Bahwa di masa digital sekarang, suatu berita bisa beredar dengan cepat seperti cahaya kilat, namun sayangnya justru membuat manusia semakin tidak waspada dan mudah terombang-ambing dalam provokasi.

Masih menurut Ryamizard, ada pula berita yang hanya sebagai fitnah demi menghancurkan pihak lain yang tidak sependapat dengan si pembuat berita tersebut, jelas tujuannya adalah demarketing alias memburukkan citra orang lain.

Lalu, sebagai orang awam, kita yang tengah berada di tengah arus digital dan teknologi, menanggapi banyaknya berita yang beredar dengan kecepatan kilat tersebut, untuk memilah agar terhindar dari fitnah dan kesesatan Ryamizard member kiat.

“Pertama, cari tau sumbernya,” ujar Ryamizard.

Ada atau tidak sumber, valid atau tidak, menjadi suatu penguat tersendiri dari sebuah broadcast berita yang muncul di khalayak luas. Jika si pembuat berita tidak memiliki kapasitas, “Maka untuk apa dipercaya?”

Ryamizard mengatakan, bahkan jika ternyata dari berita atau artikel tersebut ternyata tak mencantumkan siapa pembuatnya, hanya anonym atau hamba Allah, lalu bagaimana berita tersebut bisa dipertanggungjawabkan.

Yang pasti pertama harus kita pastikan adalah adanya sumber yang terpercaya dan valid, sesuai kapasitasnya. Kedua, apakah berita tersebut bermanfaat?.

“Jika sudah jelas darimana asalnya berita tersebut, dan tak diragukan lagi si pembuatnya, tanyakan pada diri kita sendiri apakah berita tersebut bermanfaat atau tidak?” ujarnya.

Tips yang terakhir ini, “Jika berita tersebut bermanfaat namun tak ada sumber jelas, lebih baik kita pikir dua kali untuk membagikannya ke khalayak luas karena jika terjadi hal-hal seperti tuduhan plagiasi atau lainnya, kita yang men-share yang akan dicari kan?” papar Ryamizard Ryacudu.

Dan, “jika sumbernya jelas akan tetapi artikel atau beritanya tak bermanfaat, untuk apa di share atau disebar?”

baca juga: Majalah Cetak Edisi Terbaru

1. Cross Check Judul Berita Provokatif

Tak sedikit berita yang muncul di internet menggunakan judul provokatif. Kalau demikian, coba cross check berita itu dengan menggunakan mesin pencari Google untuk memastikan apakah berita yang kamu baca, ditulis dan diterbitkan oleh situs berita lain.

2. Cek URL Situs Web

Kemudian, cek alamat situs web berita itu, atau URL-nya, jika berita yang kamu baca berasal dari situs yang memiliki alamat URL berbeda, misalnya .com.de.

3. Cek Foto

Terakhir, cek foto di dalam artikel berita. Terkadang pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.

Caranya, download atau screenshot foto di artikel itu. Lalu, buka Google Images di browser dan seret (drag) foto itu ke kolom pencarian Google Images. Periksa hasilnya untuk mengetahui sumber dan caption asli dari foto tersebut.

4. Cari tahu sumbernya.

Periksalah situs web di mana berita berasal untuk mengetahui apakah berita disajikan dengan baik, apakah gambar-gambarnya jelas, dan apakah teks ditulis dengan baik serta tanpa kesalahan ejaan atau bahasa berlebih-lebihan. Kalau Anda tidak yakin, cobalah klik bagian “about us/tentang kami”, dan pastikan ada uraian jelas yang menerangkan kerja organisasi yang bersangkutan dan riwayatnya.

5) Perhatikan penulisnya.

Untuk memastikan apakah mereka itu nyata, bisa diandalkan dan “layak dipercaya”, periksalah tulisan-tulisan lain yang mereka buat dan untuk outlet mana saja mereka menulis. Jika mereka tidak menulis apa pun yang lain, atau jika mereka menulis untuk situs-situs web yang tampak tidak meyakinkan, pikir dua kali untuk mempercayai apa yang mereka katakan.

6. Pastikan artikel memuat referensi dan tautan ke berita, artikel, dan penulis-penulis lain. Klik tautan-tautan yang ada dan pastikan semuanya tampak meyakinkan dan layak dipercaya.

7) Lakukan Google Reverse Image Search.
Ini alat luar biasa, yang memungkinkan Anda melakukan pencarian di Google dengan gambar, bukan kata-kata. Caranya sederhana; yang perlu Anda lakukan hanya mengunggah gambar ke situs Google Reverse Image Search dan Anda akan melihat semua web lain dengan gambar-gambar yang sama. Ini memberi tahu Anda situs-situs lain di mana gambar-gambar tersebut digunakan—dan apakah gambar-gambar itu digunakan di luar konteks.

Tinggalkan Balasan