MATRANEWS.id — Perry Tristianto Tedja, seorang pengusaha ternama dari Bandung, sempat dijuluki “raja Factory Outlet.” Namun, usahanya kini telah berkembang ke dalam dunia kewirausahaan gaya hidup dan perhotelan.
Di usia 63 tahun, Perry terus menciptakan usaha baru yang menarik dan memikat wisatawan.
Dalam percakapan dengan eksekutif Asosiasi Media Digital Indonesia, organisasi yang mewakili pemilik media digital di Indonesia, terkuak bahwa Perry semangat jika dilibatkan dalam distrik pariwisata dan kuliner yang menarik di Ibukota Baru (IKN).
Perry dikenal luas atas kontribusinya terhadap objek wisata unik, seperti The Great Asia Afrika di Lembang, yang diluncurkan pada tahun 2019. Tempat ini, yang berfokus pada pendidikan dan budaya, menunjukkan komitmen Perry terhadap inovasi.
Untuk wawasan lebih lanjut, wawancara komprehensif dengan Perry akan ditampilkan dalam edisi cetak majalah Eksekutif bulan Agustus 2023.
Wawancara ini akan membahas perjuangan tanpa henti Perry untuk meningkatkan bisnisnya dan mencari inovasi baru.
Bandung, sebuah kota yang terkenal dengan keindahan alamnya, kini juga menjadi surga bagi kenikmatan kuliner dan destinasi wisata yang tak terlupakan.
Di balik keindahan dan popularitas scene kuliner dan objek wisata di Bandung, terdapat seorang pengusaha cerdas bernama Perry Tristianto Tedja.
Melalui kreativitas dan inovasinya, Perry telah berhasil menciptakan sejumlah tempat kuliner dan wisata yang terkenal di Bandung, seperti Rumah Susu, Bandung Floating Market, Rumah Strawberry, dan De Farm.
Perry Tristianto Tedja adalah seorang pengusaha kelahiran Bandung yang telah membawa puluhan bisnis sukses di bawah namanya. Sebelumnya dikenal sebagai “raja Factory Outlet” (FO), Perry kini telah memperluas bisnisnya ke industri roti, hijab, dan kue spons susu di Lembang.
Dengan fokus utama pada kuliner, pariwisata, dan fashion, Perry telah mengukuhkan namanya sebagai salah satu pengusaha sukses di Bandung.
Dalam percakapan santai dengan beberapa jurnalis di Kafe Pelataran Kota Bandung yang tenang, Perry membagikan pandangannya tentang bisnis kuliner.
“Menjual makanan bukan hanya tentang menyajikan hidangan yang lezat, tetapi juga tentang menyajikan hidangan yang populer,” kata Perry.
Ia mengakui bahwa keberhasilan bisnisnya tidak hanya bergantung pada kelezatan makanan, tetapi juga pada daya tarik dan permintaan dari pelanggan.
Meskipun memiliki 900 karyawan, Perry melihat mereka sebagai mitra dalam bisnisnya bukan sekadar pekerja yang ia bayar. Ia percaya bahwa karyawan adalah aset berharga dalam bisnisnya, dan kesuksesannya saling terkait dengan kerja keras mereka.
Perry menjelaskan, “Saya hidup dan makan berkat usaha mereka yang bekerja keras untuk bisnis yang saya bangun. Karyawan adalah aset berharga bagi saya.”
Di usianya yang melampaui 60 tahun, Perry bertujuan untuk memberikan lebih banyak manfaat kepada orang lain. Ia menikmati berinteraksi dan berbagi pengalaman dengan orang-orang, terutama generasi muda.
Perry merasa bahwa ketika ia bersama orang muda, mereka cenderung membahas masa depan, sedangkan dengan orang tua, mereka sering mengenang masa lalu.
Sebagai ketua Mimbar Duafa, ia menjaga semangat dan keceriaan yang terpancar dari wajahnya, membuatnya terlihat jauh lebih muda dari usianya yang sebenarnya, 63 tahun.
Selama berinteraksi dengan jurnalis, Perry mengungkapkan rahasia keberhasilan bisnisnya.
Menurut Perry, siapa pun yang menjelajahi dunia bisnis harus memiliki antusiasme dan minat yang kuat dalam bidang tersebut.
Sebagai contoh, jika seseorang ingin membuka warung makan, mereka harus mencintai makanan atau memiliki minat dalam memasak dan seni kuliner.
Rahasia kedua yang dibagikan Perry adalah bahwa seorang pengusaha tidak boleh hanya mengandalkan orang lain untuk menjalankan bisnis mereka. Ia percaya bahwa seorang pengusaha harus terlibat langsung dalam aspek operasional dan merasakan atmosfer tempat usahanya.
Melayani pelanggan, menghadapi tantangan, dan menikmati kegembiraan bisnis sangat penting bagi seorang pengusaha, menurut Perry.
Rahasia ketiga yang Perry ungkapkan adalah kemampuan untuk mengidentifikasi peluang dan mengoptimalkan lokasi bisnis.
Perry memberikan contoh: Jika seseorang ingin menjual mie Jawa, mereka harus memahami bahwa orang biasanya mengonsumsinya pada sore hari atau malam hari.
Oleh karena itu, jika tempat usaha sepi pada pagi dan siang hari, Perry menyarankan untuk memanfaatkannya untuk menjual teh atau kopi arang. Menyesuaikan dengan pola makan pelanggan terkait dengan produk yang ditawarkan sangat penting, menurut Perry.
Terpesona oleh potensi dan peluang di Ibukota Baru di Panajam Passer, Kalimantan Timur, Perry saat ini sedang menjelajahi cara untuk memperluas bisnisnya di sana.
Dengan ketekunan, kreativitas, dan semangat yang membara, Perry Tristianto Tedja telah menciptakan warisan kuliner dan pariwisata yang mengesankan di Bandung.
Keberhasilannya dalam membangun bisnis dan memberi manfaat kepada orang lain menjadi inspirasi bagi para pengusaha muda.
Melalui ekspansinya ke Ibukota Baru, Perry berharap dapat membawa keajaiban baru ke industri kuliner dan pariwisata sambil terus mencatat sejarah bisnis yang luar biasa.