Atas nama Pimpinan DPD RI, Sultan Najamudin Mendorong Pemerintah Turunkan Biaya Tes PCR.
Eks Wakil Gubernur Bengkulu tersebut juga mengimbau kepada klinik dan Rumah Sakit yang menyediakan tes PCR agar lebih menggunakan pendekatan manusiawi dalam menerapkan biaya kepada masyarakat.
“Bicara pelayanan kesehatan bagi masyarakat dalam konteks apapun, tidak bisa ditinjau dari untung rugi,” ujar Sultan B Najamudin, Wakil ketua DPD RI. Yang menjadi tugas utama kita semua adalah memastikan keselamatan seluruh rakyat Indonesia.
“Dalam menghadapi pandemi pada saat ini yuk, kita gunakan kacamata kemanusiaan. Dan untuk mewujudkannya diperlukan kehadiran Negara,” ujar Sultan yang mengikuti perkembangan kasus orang-orang yang terinfeksi Covid-19.
Di tengah vaksin di masyarakat, “Kita mendengar biaya tes PCR di negara kita jauh lebih mahal daripada beberapa negara tetangga, India misalnya. Di sana bisa lebih murah hanya 150 ribuan.”
Maka, Pimpinan DPD RI ini meminta agar pemerintah dapat membuat kebijakan ulang untuk menurunkan biaya tes tersebut ke limit yang paling minimum.
‘Kita semua yakin banyak sekali masyarakat yang tidak melakukan tes padahal dia telah tertular dan terinfeksi virus, sehingga penyebaran terjadi di luar pantauan pihak pemerintah,” tegas Sultan.
Lalu, menurutnya, tidak boleh ada pihak mana pun yang ‘berbisnis’ mengambil keuntungan sedikitpun dengan memanfaatkan situasi bencana saat ini.
Upaya pengujian dan pelacakan (testing and tracing) menurut Sultan diperlukan sebagai tindakan dalam pengendalian virus di Indonesia. Sebab, beberapa waktu terakhir angka kasus terinfeksi hingga menyebabkan kematian mengalami peningkatan.
Mengenai ini, ada dua alat tes yang lazim digunakan, yaitu tes dengan polyemerase chain reaction (PCR) dan rapid tes antigen.
Hanya saja, perbedaan dari dua metode tersebut adalah tingkat akurasi dari hasil tes yang dilakukan. Jika dibandingkan, akurasi tes PCR tetap lebih baik dibanding tes antigen.
Hal ini yang menjadikan tes PCR menjadi gold standard dalam menentukan apakah seseorang tersebut positif covid-19 maupun negatif.
Tingkat akurasi PCR bisa sampai 95 persen, sedangkan antigen ini akan ada miss 10–15 persen.
Akan tetapi, dengan tingkat akurasi yang tinggi serta merupakan standar utama dalam mendeteksi keberadaan virus Covid-19 di tubuh manusia,.
Masalahnya adalah, harga tes PCR di Indonesia dinilai masih cukup tinggi (800 ribu hingga jutaan), sehingga sulit didapatkan oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Menurut Sultan, tes PCR adalah alat tes yang seharusnya dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat.
Sebab akurasi alat deteksi infeksi virus tersebut sangat berpengaruh terhadap tindakan kepada si pasien hingga perlakuan kebijakan terhadap penyebaran Covid-19.
Eks Wakil Gubernur Bengkulu tersebut juga mengimbau kepada klinik dan Rumah Sakit yang menyediakan tes PCR agar lebih menggunakan pendekatan manusiawi dalam menerapkan biaya kepada masyarakat.