MATRANEWS.id — Wabah Covid-19 yang melanda hampir seluruh belahan dunia membuat orang kembali teringat ramalan Saint Malachy dan Nostradamus tentang akhir dunia dimana diramalkan bahwa, Paus Fransiskus adalah Paus terakhir.
Pada saat ini ,Roma dan seluruh wilayah Italia terserang wabah Covid-19 sehingga mengakibatkan puluhan ribu jiwa meninggal dunia.
Untuk pertama kalinya sejak ratusan tahun yang lalu Paus Fransiskus menyelenggarakan misa Minggu Paskah tanpa kehadiran umat.
Dalam ramalan Malachy, paus terakhir digambarkan sebagai “dalam tekanan yang besar, takhta suci Gereja Katolik Roma akan diduduki Peter (Petrus) Si Orang Roma….”
Sementara itu, dalam pemilihan paus di tahun 2013 tidak seorang pun kardinal dari Italia yang bergelar Petrus atau Peter. Salah satu kandidat paus bernama Peter adalah Kardinal Peter Turkson dari Ghana.
Namun saat itu, berbagai ramalan Saint Malachy tentang pemilihan Paus sejak tahun 1590 memang selalu akurat. Bahkan, ramalan ini juga berjalan sesuai dengan urutan yang diberikan oleh Saint Malachy.
Saint Malachy pernah menulis: “Pada akhirnya di Gereja Suci Roma, akan ada Petrus dari Roma, yang akan menggembalakan domba-dombanya di padang rumput kesengsaraan, dan ketika hal ini berakhir, kota tujuh bukit akan hancur dan hakim mengerikan akan menghakimi umat-Nya, selesai,” tulis Saint Malachy (Prophecy of the Popes).
Hingga saat ini ketujuh kota bukit Roma yang berada di dalam tembok kuno di sisi timur Sungai Tiber dan membentuk jantung geografis Roma masih tegak berdiri.
Ketujuh kota bukit ini terdiri dari, Bukit Aventino, Bukit Celio, Bukit Capitolino, Bukit Esquilino, Bukit Palatino, Bukit Quirinale, serta Bukit Viminale.
Meskipun ramalan tersebut belum bisa dipastikan apakah benar merupakan tulisan Saint Malachy, namun kenyatannya, Nostradamus, peramal paling terkenal dalam sejarah juga telah memberikan ramalan yang hampir serupa.
Nostradamus, pada abad ke-16 juga mengeluarkan prediksi yang tidak jauh berbeda dengan Malachy.
Nostradamus dalam ramalannya mengatakan, paus sebelum yang terakhir akan meninggalkan Roma pada Desember di saat sebuah komet terlihat di siang hari.
Nostradamus dalam sajaknya, juga telah menuliskan, Paus terakhir ini akan meninggalkan Roma di bulan Desember ketika dua matahari terlihat di langit.
Setelah beratus tahun berselang, ramalan Nostradamus ternyata tak jauh meleset. Jika pernyataan Nostradamus ini dihubungkan dengan peristiwa alam, maka akan nampak kebenarannya.
Ramalan itu semakin nyata dengan tanda alam yang sangat jelas.
Beberapa jam setelah Benediktus XVI mengumumkan pengunduran dirinya, petir menyambar kubah Basilila Santo Petrus. Beberapa hari kemudian, meteorit jatuh di Rusia.
Namun, di luar tembok Katedral Santo Paulus di Roma, terdapat barisan lencana bertuliskan nama semua paus dan masa pemerintahannya. Legenda mengatakan, jika semua lencana itu sudah penuh, maka dunia akan segera menghadapi kiamat.
Nah, dinding Katedral Santo Paulus ternyata masih menyisakan banyak lencana kosong.
Terlepas benar atau tidaknya isi ramalan kedua orang tersebut, wabah pandemi yang telah melanda hampir seluruh negara di dunia agaknya sebagai pertanda agar umat manusia Eling dan Waspada.
Eling sebagai manusia yang harus hidup berdampingan sebagai sesama mahluk ciptaan Tuhan, dan melakukan instropeksi diri sebagai modal utama dalam pergaulan yang menjunjung tinggi budi pekerti.
Eling bermakna juga sebagai pedoman tapa ngrame, melakukan kebaikan tanpa pamrih.
Tidak hanya itu saja, kebaikan yang pernah kita lakukan seyogyanya dilupakan, dikubur dalam-dalam dari ingatan kita, agar kita terus berbuat baik terhadap sesama dan alam.
Waspada dalam arti cermat membaca bahasa alam (nggayuh kawicaksananing Gusti).
Bahasa alam merupakan perlambang apa yang menjadi kehendak Tuhan.
Di Indonesia sendiri sejumlah gunung api dilaporkan tengah aktif secara bersamaan. Bencana alam bagaikan perangkap ikan. Hanya ikan-ikan yang selalu eling dan waspada yang akan selamat.
Sikap waspada dimaksudkan untuk menghindari diri dari segala perbuatan negatif destruktif yang mengakibatkan kita akan mendapatkan balasannya menjadi hina, celaka dan menderita. Misalnya perbuatan menghina, mencelakai, merusak dan menganiaya terhadap sesama manusia, makhluk hidup, maupun lingkungan alam.
Dengan pandemi Covid-19 telah membuat manusia kembali mencari Tuhan.
Dengan wabah corona alam dibersihkan dari polusi yang menyelimuti bumi akibat keserakahan umat manusia. Dengan kematian, umat manusia diingatkan kembali akan arti kehidupan.
Kiamat di dunia akan terjadi bilamana tidak ada lagi cinta kasih di antara sesama umat manusia. Waspadalah dan berjaga-jagalah.