MATRANEWS.id — Rumah Produksi Film Porn0 di Jakarta Selatan Terungkap: Dari Artis Hingga Selebgram Terlibat
Kasus kontroversial terungkap saat pihak kepolisian melakukan patroli siber di Jakarta Selatan. Mereka menemukan tiga website yang mentransmisikan video atau film dewasa dengan durasi rata-rata 1-1,5 jam per film.
Yang membuat kasus ini semakin mencengangkan adalah terlibatnya artis, foto model, dan selebgram dalam produksi film dewasa ini.
Rumah Produksi Film Porn0 Terbongkar
Kelima tersangka dalam kasus ini memiliki peran masing-masing. Laki-laki I berperan sebagai sutradara, admin website, pemilik, dan produser.
Laki-laki JAAS bertindak sebagai kamerawan, laki-laki AIS sebagai editor, dan laki-laki AT sebagai sound engineering. Sementara wanita SE berperan sebagai sekretaris sekaligus pemeran dalam film dewasa.
“Kemudian, dilakukan upaya paksa penangkapan terhadap 5 orang tersangka. Kelima tersangka ini berada dalam satu rumah produksi. Jadi, satu rumah produksi menghasilkan film-film yang kemudian ditransmisikan ke tiga website dengan lokasi yang berbeda di Jakarta Selatan,” ungkap Dirkrimsus Polda Metro Jaya, Kombes Ade Safri Simanjuntak.
Menurut Ade, ada sekitar 120 judul film dalam website yang dikelola oleh para pelaku.
Hingga saat ini, sudah ada sekitar 10 ribu pengguna yang bergabung dan berlangganan di website tersebut dengan beragam tarif paket yang ditawarkan, mulai dari paket berlangganan harian hingga tahunan.
Bisnis Menguntungkan dengan Keuntungan Besar
Kelima pelaku ini sudah terlibat dalam bisnis ini sejak tahun 2022 dan berhasil mengumpulkan keuntungan sekitar Rp 500 juta dalam waktu kurang dari satu tahun.
“Adapun jumlah keuntungan yang didapat tersangka kurang lebih selama satu tahun beroperasi, dimulai awal 2022, sudah sekitar Rp 500 juta. Selain itu, beberapa aset juga telah diwujudkan, yang kami lakukan penyitaan saat penggeledahan dan penangkapan,” tambah Ade.
Rekrutmen Pemeran Tanpa Kontrak
Menariknya, para pemeran yang terlibat dalam produksi film dewasa ini tidak terikat oleh kontrak formal. Mereka dibayar sekitar Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per film, tergantung seberapa besar pengaruh mereka di masyarakat.
Para pelaku mencari pemeran dari berbagai latar belakang, termasuk artis, foto model, dan selebgram, melalui jaringan mereka dan media sosial.
Tidak terdapat kontrak untuk pemeran yang digunakan dalam pembuatan film asusila yang dimaksud.
“Jadi pembayaran hanya sekali per film dengan kisaran pembayaran di angka Rp 10 juta sampai Rp 15 juta. Bervariasi tergantung seberapa pengaruh kuat dari pemeran atau talent yang dimaksud di masyarakat,” jelas Ade.
Hingga saat ini, sudah ada 11 pemeran wanita dan 5 pemeran pria yang terlibat dalam proses pembuatan film. Mereka saat ini masih dalam pengejaran pihak kepolisian.
Kasus ini membuka mata tentang keberadaan bisnis ilegal di balik layar di dunia maya yang semakin meresahkan masyarakat.
Pihak berwenang terus melakukan upaya untuk mengungkap dan memberantas aktivitas semacam ini demi menjaga moralitas dan ketertiban sosial.
BACA JUGA: majalah MATRA edisi Agustus 2023 klik ini