viral  

Teknik Kontroversial Peneliti Inggris: Menginfeksi Sukarelawan

Teknik Kontroversial Peneliti Inggris: Menginfeksi Sukarelawan

MATRANEWS.id — Para peneliti Inggris bersiap menginfeksi para relawan muda dan sehat dengan virus Covid-19.  Para relawan nantinya akan diinfeksi virus Corona melalui hidung.

Inggris menjadi negara pertama yang mengumumkan penggunaan teknik kontroversial ini demi mempelajari Covid-19 dan mempercepat pengembangan vaksin yang dapat membantu mengakhiri pandemi.

Penelitian yang dikenal dengan studi ujicoba (terhadap) manusia sehat ini terbilang sangat jarang digunakan karena dianggap tidak etis. Namun, para peneliti yang berlomba menaklukkan Covid-19 menyatakan, risiko ini perlu diambil.

Jenis penelitian ini, yang dikenal sebagai studi tantangan manusia, jarang digunakan karena beberapa orang menganggap risiko yang terlibat dalam menginfeksi individu yang sehat tidak etis.

Tetapi para peneliti yang berlomba memerangi covid-19 mengatakan risiko itu bisa dibenarkan. Lantaran penelitian semacam itu berpotensi dengan cepat mengidentifikasi vaksin yang paling efektif dan membantu mengendalikan penyakit yang telah menewaskan lebih dari 1,1 juta orang di seluruh dunia.

“Karena memiliki potensi mengidentifikasi vaksin paling efektif dan membantu mengontrol virus yang telah membunuh lebih dari 1,1 juta orang di seluruh dunia,” ujar Professor Peter Openshaw, salah satu penyidik dalam ujicoba ini.

Sebelumnya, studi ini pernah diterapkan untuk mengembangkan vaksin untuk beragam penyakit termasuk tipus, kolera dan malaria.

Dengan sengaja menginfeksi para relawan dengan virus tertentu tidak pernah dianggap enteng. Melibatkan para relawan berusia 18 – 30 tahun.  Mereka yang tak punya kendala kesehatan yang mendasar seperti penyakit jantung, diabetes, atau obesitas.

“Saya ingin pandemi ini segera berakhir,” ujar para relawan tak sabar, “Tiap hari, kasus Covid-19 makin bertambah, makin banyak orang meninggal. Dan jika ujicoba vaksin ini akan segera membuat periode trauma dunia berakhir, saya ingin membantu. Saya ingin jadi bagian dari ini.”

Proyek kerjasama Departemen Strategi Bisnis, Energi dan Industri Inggris, Royal Free London NHS Foundation Trust, sebuah perusahaan yang berpengalaman melakukan ujicoba ini.

Pemerintah Inggris berencana menginvestasikan 33,6 juta poundsterling atau setara dengan 633 milyar rupiah dalam penelitian ini.

Relawan-relawan  akan dibayar sebanyak 3,500 Poundsterling jika bersedia disuntik virus corona atau sekitar Rp 65.378.461 dalam proses penelitian ini.

Ujicoba kontroversial ini akan mulai dilakukan mulai Januari 2021 dan diharapkan menuai hasil pada Mei tahun depan. Sebelum penelitian dilakukan, ujicoba harus menuai persetujuan baik dari segi etika maupun hukum.

Dalam ujicoba ini, 90 relawan yang dibayar akan diinfeksi Covid-19, setelah sebelumnya menerima vaksin potensial. Penelitian akan digelar di rumah sakit Royal Free di London yang memilki area khusus penanganan Covid-19.

Para relawan akan diobservasi setidaknya selama setahun untuk memastikan mereka tidak mengidap efek jangka panjang akibat Covid-19.

“Dengan sengaja menginfeksi sukarelawan dengan patogen manusia yang diketahui tidak pernah dianggap enteng,” kata Profesor Peter Openhaw, rekan peneliti dalam studi tersebut.

“Namun, penelitian semacam itu sangat informatif tentang suatu penyakit, bahkan yang dipelajari dengan sangat baik seperti covid-19.”

Studi tantangan manusia sebelumnya telah digunakan untuk mengembangkan vaksin untuk penyakit termasuk tifus, kolera, dan malaria.

Pendekatan yang disebut sebagai “challenge study” atau “penelitian tantangan” itu memang berisiko.

Uniknya, banyak yang mendukung penelitian itu mengatakan percobaan tersebut mungkin akan memberikan hasil yang lebih cepat dibanding penelitian standar yang harus menunggu untuk melihat apakah para sukarelawan yang diberi perawatan eksperimen itu akan jatuh sakit atau tidak.

Dalam tahap pertama kajian ini, tim peneliti akan menentukan tingkat paparan terkecil yang dibutuhkan untuk memicu penyakit ini.

Mereka kemudian akan menggunakan model tantangan serupa untuk mengkaji seberapa jauh vaksin bekerja di dalam tubuh, tanggapan sistem kekebalan tubuh dan potensi perawatannya.

Langkah ini merupakan bagian dari sebuah penelitian inovatif yang bertujuan mencari tahu jumlah virus yang dibutuhkan untuk membuat seseorang positif terinfeksi.

Upaya menggalang dana untuk mengembangkan vaksin demi mengakhiri pandemi Covid-19 sudah dilakukan banyak negara.

Sebanyak 46 vaksin potensial sudah diujicobakan pada manusia, 11 di antaranya sudah memasuki tahap akhir, dan beberapa diharapkan selesai pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.

Puluhan ribu relawan dari seluruh dunia telah setuju untuk ambil bagian dalam percobaan menemukan vaksin Covid-19, meskipun kritik juga mengalir, mempertanyakan perlunya ujicoba manusia ini saat Covid-19 tetap terus ada dan pengembangan vaksin juga bergerak cepat.

Kabar lain, ada dua peneliti Indonesia, Satria Arief Prabowo dan Indra Rudiansyah, ikut  mengembangkan dua vaksin terpisah di Inggris, suntik dan oral, untuk Covid-19.

Sementara itu, terjadi juga kemitraan erat antara pemerintahan Kerajaan Inggris Raya dan Indonesia di bidang kesehatan, penelitian dan inovasi.

“Kerajaan Inggris Raya dan Indonesia telah memperjelas suatu fakta penting bahwa tidak ada yang aman hingga semua orang aman dari covid-19. Sehingga vaksin harus dapat diakses dan terjangkau untuk semua negara,” jelas Dubes Jenkins saat pertemuan dengan Menlu Retno.

Pembicaraan penting antara kedua Menlu termasuk covid-19, dan pentingnya COVAX (koalisi vaksin dunia bentukan WHO) serta respons multilateral.  Kedua menlu juga berbicara ancaman mendesak dari perubahan iklim dan bagaimana memanfaatkan setiap peluang dalam krisis.

Menlu Retno, Erick dan Tim Kementerian Kesehatan bertolak ke Inggris dan Swiss dalam rangka mendalami kerja sama pengadaan vaksin COVID-19

 

 

Tinggalkan Balasan