MATRANEWS.id — “Mari kita semua melakukan pendekatan di Papua dengan penuh kasih sayang. Hentikan semua aksi saling menyalahkan pihak lain. Mari kita lepaskan semua kepentingan pribadi kita masing-masing,” ujar Syauqi, sapaan akrab Ahmad Syauqi.
Tokoh Ulama muda ini, menjadi pembicara tamu dalam Seminar yang diselenggarakan Pusat Studi Otonomi Daerah Prodi Ilmu Politik Universitas Kristen Indonesia (UKI) bekerja sama dengan Balai Sarwono, Kamis (5/9/2019).
Menurut putra dari KH Maruf Amin ini, semua pihak patut menyayangkan apa yang terjadi di Papua saat ini. Karena itu, katanya, kita harus fokus pada penyelesaian kasus yang terjadi di sana.
Ditanya terkait dengan pemerintah daerah yang abai terhadap pembangunan di Papua, Gus Syauqi mengatakan saatnya kita harus melepaskan upaya saling menyalahkan pihak lain. “Karena itu mari kita secara bersama harus membangun Papua dengan semangat yang baru,” ujarnya.
Mengutip Gus Dur, Gus Syauqi mengatakan membangun Papua butuh juga pendekatan kultural.
Sejarah mencatat, ketika Presiden Pertama RI Ir Soekarno menyatukan Papua ke dalam wilayah NKRI. Pendekatan Bung Karno bisa diterima rakyat Papua karena BK saat itu meminta doa restu dari para ulama.
Pola Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam meredam konflik di Papua, menggunakan pola pendekatan secara budaya. Pendekatan ini lebih humanis dan tepat. Melakukan upaya-upaya yang lebih soft, pendekatan yang lebih bersifat budaya masyarakat di Papua.
Pendekatan kultul inilah yang bisa menyelesaikan masalah yang menimpa sesama saudara kita di Papua.
“Sampai sekarang, rakyat Papua masih mengenang Gus Dur sebagai bapak bangsa,” ujar Asri Hadi, dalam sambutannya.
Pendekatan budaya dalam menyelesaikan konflik di Papua. Karena solusi ini pernah dilakukan di era pemerintahan Gus Dur.
“Mereka sangat terkenang bagaimana Gus Dur dulu melakukan upaya-upaya sehingga orang Papua merasa diperlakukan sangat terhormat oleh Gus Dur,”
Pemimpin Redaksi Indonews Asri Hadi mengatakan bahwa hampir dua pekan yang telah lewat, situasi di Tanah Papua cukup genting dan membutuhkan perhatian serius dari kita semua. Maka dari itu, kita berkewajiban untuk mencari tahu akar persoalannya.
Asri berharap, semuanya akan mendapat wawasan baru untuk bersama-sama mencari solusi terkait konflik di Tanah Papua yang merupakan masalah bangsa ini.
Menurut Asri Hadi, masalah Papua harus diselesaikan melalui pendekatan dialog.
“Pemerintah harus duduk bersama tokoh adat, kepala suku, tokoh agama untuk mendengarkan aspirasi mereka, keluh kesah mereka sehingga bisa ditemukan solusinya,” ujar dosen IPDN ini.
Asri berharap semua tokoh dan pemuka agama mengambil peran dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di Papua dan Papua Barat.
Tampil sebagai pembicara di Balai Sarwono, diantaranya Ketua Dewan Santri Milenial Center(SiMoc) Gus Syauqi Ma`aruf Amin, Ketua Papua UKI, Dr. Antie Soleman, Ahli Pertahanan dan Diplomasi, Dr. Connie Rahakundini Bakrie, M. Si.
Hadir pula Peneliti Ahli Afrika Univeristas Indonesia, Christophe Dorigne Thomson, PhD. Can. Serta Dewan Prodi Ilmu Politik Fisipol UKI Budi C. Sirait, SIP, MA selaku moderator seminar.
baca juga: majalah MATRA edisi cetak — klik ini