Ciri Khas Batik Tulis, Tidak Sempurna Namun Bernilai Tinggi

Ciri Khas Batik Tulis, Tidak Sempurna Namun Bernilai Tinggi

Oleh: Bagya Mulyanto

#

MATRANEWS.id — Membatik, semacam “oase” dari gaya hidup laki-laki atau pria sejati.  Para pria — terutama  yang tinggal di perkotaan — tak banyak berurusan dengan seni menggambar/ menghias pada kain atau kertas polos, dengan teknik menutup kain atau kertas menggunakan lilin atau malam.

Secara umum, membatik adalah sebuah teknik menahan warna dengan lilin malam secara berulang-ulang di atas kain. Lilin malam, digunakan sebagai penahan untuk mencegah agar warna tidak menyerap ke dalam serat kain di bagian-bagian yang dikehendaki.

Diperlukan kesabaran, ketelitian, dan ketekunan agar kualitas batik yang dihasilkan benar-benar baik. Teknik membatik, adalah teknik kuno yang sudah digunakan selama ribuan tahun, dan sering dijumpai di banyak peradaban di dunia seperti di Cina dan di Mesir.

Kata batik, diambil dari kata “ambatik”. Yaitu kata “amba” (bahasa jawa) yang berarti menulis dan “tik” yang berarti titik kecil, tetesan, atau membuat titik. Jadi, batik adalah menulis atau melukis titik.

Pada awalnya, batik hanya dikenal oleh kalangan keraton.  Batik terdiri dari berbagai motif dan setiap motif merupakan simbol bagi pemakainya, seperti motif-motif parang dan kawung yang hanya boleh dikenakan oleh keluarga kerajaan. Pada perkembangannya, batik menyebar ke kalangan masyarakat umum.

Di abad ke-12, ditemukanlah teknik membatik dengan canting, dimana lilin ditorehkan menggunakan alat ini. Pada saat inilah istilah membatik (ambatik) lahir ke dunia. Hanya di Indonesia, terutama di pulau Jawa yang pada waktu itu menggunakan canting untuk menorehkan lilin ke permukaan kain mori.

Kain Mori adalah kain tenun berwarna putih yang biasa digunakan sebagai kain untuk membatik. Kain Mori ini yang bagus dibuat dengan bahan katun, tapi ada juga yang polyester, sutra, dan rayon.  Proses pengkhetelan adalah proses dimana kain Mori ini direbus dengan berbagai macam tumbuhan selama berhari-hari.

Baca juga :  Masyarakat Melihat Dirut dan Direksi BPJS Belum Memperbaiki Sistem

Baca juga : gaya hidup cerutu – KLIK DISINI

Batik, Kesenian Penuh Makna.

Batik bukan hanya sekedar corak yang digambar oleh seniman batik. Di setiap daerah, memiliki motif yang bervariasi, dan tentunya makna yang berbeda-beda. Bisa tersirat, seperti sebuah pesan yang tersembunyi dalam gambar.

Menyorek motif–motif batik tersebut, tidak lepas dari pandangan hidup pembuatnya, dan pemberian namanya pun berkaitan dengan suatu harapan.

Ketika membuat batik, tentunya seorang pembatik harus memikirkan gambar apa yang harus ia lukis diatas kain mori. Setelah sudah dapat ide, lalu sang pembatik akan mulai menggambar motifnya di atas kertas atau langsung diatas kain.

Intinya sih menuangkan inspirasinya ke dalam bentuk gambar. Nah, kalau gambarnya dikertas dulu biasanya digambar pakai pulpen, tapi kalau langsung di kain biasanya digambar memakai pensil, biar bisa dihapus.

Gambarnya tidak diarsir atau diisi penuh. Biasanya, gambar itu hanya dibuat garis tepinya saja. Garis tepi inilah, nanti yang akan ditutup lilin dengan cara dicanting.

Setelah motifnya udah digambar di atas kain, malam atau biasa dikenal dengan lilin, dibubuhkan persis pada gambar tadi. Gunanya apa dicanting? Ini, berhubungan sama proses selanjutnya. Yaitu proses pewarnaan kain.

Karena kain putih ini, akan diberikan warna dasar (misalnya hitam), maka bagian-bagian gambar motif yang tidak ingin diwarnai hitam harus dilapisi. Biar mereka tetap putih saat lilin nya dilepas. Agar bagian yang dilapisi lilin bisa diwarnai dengan warna lain nanti.

Baca juga :  Ketua MA: Yang Bisa Kita Bina, Kita Bina. Yang Tidak Bisa Kita Bina, Kita Binasakan Saja

Macam-macam metode pembuatan batik. Ngebatik melewati proses nyelup, ngerok dan nembok, kemudian kembali lagi nyelup. Cara lain yang bisa digunakan adalah nyolet.  Banyak batik cetak yang setelah dicetak, lalu dicolet. Biar menyerupai batik tulis.

Cium baunya saja. Bau malam merupakan suatu bau yang khas. Biasanya, kalau batik tulis atau cap, bau malam ini masih melekat dengan santer pas dijual. Bau malam itu, seperti apa ya, mungkin yang mirip adalah bau minyak tanah.

Jadi, coba Anda ambil kain tersebut, dan cium baunya. Kalau memang bau malamnya masih ada, berarti batik tersebut adalah batik tulis atau cap.  Batik print, tidak menggunakan malam sama sekali.

Perlu dicatat juga,  batik tulis yang sudah dicuci berulang-ulang juga tidak akan mengeluarkan bau malam, karena semua malamnya sudah luntur dicuci.

Bila batik itu, motifnya rada-rada berantakan, beleber, maka batik itu kemungkinan besar adalah tulis atau cap. Yang lebih berantakan adalah batik tulis, karena dilukis dengan tangan. Tidak pernah sama persis, pasti ada perbedaannya. Perhatikan bagian lekukan, ukuran masing-masing motif, atau bekas malam yang luber.

Kalau batik cap, biasanya lebih rapih. Motifnya cenderung berulang-ulang, dan kemungkinan besar sama. Tentunya karena menggunakan malam, bisa jadi ada yang luber. Sedangkan batik print dan cetak, kerapihannya mendekati sempurna, bahkan seringkali sempurna. Kalaupun ada cacat, itu adalah kecacatan yang disengaja, dan bentuknya juga masih terlihat sempurna.

Dari antara tulis, cap, cetak, print atau lukis. Maka, batik tulislah yang merupakan batik dengan nilai seni yang paling tinggi.

Baca juga :  Asosiasi Media Digital di Era Digital Promosikan Wisata Indonesia

Kenapa begitu? Karena pada intinya, tidak ada satupun batik tulis di dunia ini yang persis sama. Mungkin serupa, tapi tidak mungkin sama.

Ini disebabkan tingkat buatan tangan yang sangat tinggi. Batik ini, 100% dibuat menggunakan canting. Bahkan, bila ada motif berulang, maka motif ini digambar berulang-ulang menggunakan tangan. Sehingga memerlukan konsentrasi yang tinggi untuk membuatnya dengan rapi.

Namun serapi-rapinya, pasti akan ada kesalahan-kesalahan yang terjadi saat penggambaran. Kesalahan inilah yang dianggap berseni. Kesalahan ini tidak akan terjadi kedua kalinya pada pembuatan batik selanjutnya, setiap batik memiliki “cacat” yang berbeda.

Justru karena kesalahan inilah batik tulis dianggap nyeni. Karena setiap kesalahan itu eksklusif untuk setiap batik, memerlukan konsentrasi yang tinggi untuk mencanting bolak balik, dan waktu yang tidak sebentar untuk membuatnya. Inilah ciri khas batik tulis, tidak sempurna namun bernilai tinggi.

Tak ingin membahas batik, cetak atau batik lukis yang juga merupakan karya seni yang indah.  Sulit sekali bagi kebanyakan orang untuk membedakan yang mana yang batik tulis, cap, cetak dan print. Karena untuk mata kebanyakan orang, mereka terlihat sangat serupa. Hampir tidak ada bedanya.

Melihat masyarakat belajar membatik, khususnya remaja dan ibu-ibu, dapat menghasilkan produk yang bisa dijual untuk peningkatan kesejaheraan keluarga. Momen pelatihan di kawasan Puncak Bogor, menjadi sebuah pengalaman yang berharga. Menjadikan kita, kian kaya gagasan. Kian dewasa, goreskan wawasan. Terus mencipta, terus berkreasi.

baca juga: majalah Matra edisi cetak terbaru — klik ini

 http://pimpinanmedia.id

Tinggalkan Balasan