Metode pemeliharaaannya sangat “memanjakan” ternak kerbau. Bobot kerbau bisa capai 1 ton per ekor. Jika dilakukan dalam skala besar dan berkelanjutan, maka persoalan impor daging kerbau dari luar bisa dihentikan.
***
Bicara soal kebutuhan daging, memang tak pernah ada ujungnya. Persoalan daging impor, hampir setiap tahun, selalu jadi perdebatan. Kenapa harus impor daging sapi atau daging kerbau dari luar negeri? Apakah alam Indonesia sudah tak bisa lagi jadi ladang peternakan yang bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri?
Hingga saat ini, pertanyaan-pertanyaan macam di atas tak pernah tuntas jawabannya. Faktanya, impor daging sapi dan daging kerbai dari luar terus berlangsung. Entah sampai kapan. Memang ada ungkapan “klasik” yang muncul dan menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut: “Karena ini berkait erat dengan kebijakan politik penguasa.”
Simak saja data dua tahun terakhir. Tahun 2021 Indonesia telah mengimpor daging kerbau asal India sebanyak 80.000 ton. Jumlah tersebut terkoreksi dari sebelumnya dimana kuota impor daging kerbau India sepanjang 2016-2020 mencapai 100.000 ton/tahun.
Setahun kemudian Perum Bulog mengimpor 36.000 ton daging kerbau dari India jelang Lebaran 2022. Daging tersebut tiba di Indonesia secara bertahap hingga Lebaran 2022. Impor daging tersebut merupakan bagian penugasan dari pemerintah untuk mengimpor daging kerbau beku sebanyak 100.000 ton pada 2022.
Tampaknya, kondisi ini memantik semangat salah seorang ahli peternakan untuk memperbaiki tata kelola pemeliharaan hewan pedaging, khususnya kerbau. Dengan metode tata kelola yang lebih rapi dan terintegrasi yang ia temukan dan sudah diterapkan, ternyata mampu meningkatkan bobot kerbau yang signifikan.
Dengan menerapkan metode yang sudah diujikan selama bertahun-tahun, percepatan proses finish pertambahan bobot kerbau diperkirakan mencapai 100 kg dalam waktu 90 hari. Sistem penggemukan kerbau ini sudah terdaftar pada Surat Pencatatan Ciptaan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual (HAKI), sejak 2016.
Dialah Samsu Hilal, sosok muda yang cukup dikenal sebagai pakar “penggemukan kerbau” di wilayah Provinsi Banten. Selain sebagai dosen di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Samsu Hilal juga dikenal sebagai Teknisi Penggemukan Kerbau. Aktif menjabat sebagai Ketua Bidang Ternak Kerbau DPP PPSKI (Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia, dan CEO Rumah Kerbau Indonesia.
“Indonesia memiliki potensi kerbau yang luar biasa jika dikelola dengan baik. Sebagai ternak ruminansia, kerbau menjadi aset nasional yang penting yaitu sebagai produksi penyedia pangan baik berupa daging maupun susu,” ujarnya kepada Majalah Infovet.
Menurutnya, Besarnya potensi kerbau yang kita miliki sangat menjanjikan untuk membantu memenuhi kebutuhan daging dan susu secara nasional, yang belakangan telah menjadi masalah serius. Selain sebagai produksi daging atau penyedia pangan, kerbau juga bernilai eksotis atau dianggap memiliki nilai sosial budaya yang tinggi dan dijadikan sebagai syarat utama dalam upacara adat.
“Saya berharap kepada berbagai pihak, terutama pemerintah tidak menjadikan ternak kerbau sebagai ternak alternatif/ daging substitusi, tetapi menjadi ternak yang istimewa yang dapat bersaing secara kualitas sebagaimana halnya sapi yang dapat memenuhi kebutuhan daging masyarakat,” katanya.
Bobotnya Bisa 1 Ton
Kerbau mempunyai keistimewaan tersendiri dibandingkan ruminan lainnya. Alasannya, ternak ini mampu hidup beradaptasi dengan lingkungan geografis pada kawasan sulit pakan atau pakan yang tersedia berkualitas rendah serta memiliki kemampuan tinggi di dalam mencerna serat yang kasar dibanding ternak ruminan lainnya.
Samsu Hilal juga menjelaskan, bahwa kerbau lebih efesien dari pada sapi dalam menggunakan energi, kebutuhan hidup pokoknya lebih rendah, cairan rumen kerbau lebih banyak asam propionatnya dibandingkan sapi. Hal ini memberikan indikasi bahwa dengan diberi makan yang sama kerbau lebih cepat dari pada sapi dalam menimbun lemak. “Dengan kata lain kerbau lebih cepat gemuk sehingga cocok sekali dimanfaatkan sebagai penghasil daging,” katanya.
Sebagai penyedia daging dan produksi susu, ternak kerbau yang dikembangkan di Indonesia dibedakan atas dua jenis antara lain kerbau rawa (swamp buffalo) atau kerbau lumpur (Bubalus bubalis carabanensis) yang berasal dari Asia Tenggara dan Kerbau Murrah (river buffalo) atau disebut sebagai kerbau perah (Bubalus bubalis bubalis) yang berasal dari Asia Selatan.
Kerbau rawa atau kerbau pedaging (beef/buff buffalo) memiliki ciri-ciri warna kulit abu-abu kehitaman, dengan tubuhnya pendek dan kekar bentuk badannya bulat, ukuran lingkar dada luas, serta tanduk yang lebar dan melengkung. Kerbau ini suka berkubang dalam lumpur, rawa-rawa, dan air yang menggenang.
Sedangkan Kerbau Murrah memiliki ciri-ciri berwarna hitam pekat, tubuhnya padat dan lebih panjang daripada kerbau rawa, leher dan kepala yang relatif lebih kecil, punggungnya lebar, serta tanduk melingkar rapat seperti spiral. Kerbau perah menyenangi air yang mengalir dan bersih.
“Ternak kerbau mampu menjadi penghasil daging yang cukup tinggi, yaitu dengan karkas 32%-44%. Kerbau yang berumur 12 bulan bobot badannya hanya 170 kg. Namun, seekor kerbau dewasa mempunyai bobot badan yang tinggi, yaitu antara 230 kg-1.000 kg. Berat seekor kerbau amat tergantung dari sistem pemeliharaan kerbau itu sendiri,” jelas Samsu Hilal.
Butuh 90 Hari
Pemeliharaan secara budidaya ini ternyata belum bisa diharapkan untuk memenuhi kebutuhan daging kerbau sebagai ternak potong baik secara kualitas. Agar usaha pengembangan hewan ternak kerbau dapat berhasil secara efektif dan efisien diperlukan penanganan yang baik dan terampil serta pengelolaan yang profesional untuk mencapai hasil yang optimal.
Usaha-usaha untuk mengembangkan ternak kerbau sudah banyak dilakukan. Tetapi usaha-usaha penggemukan kerbau belum banyak dilakukan, sehingga belum memenuhi kebutuhan sebagai sumber ternak potong. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, menurut Samsu Hilal, diperlukan metode khusus agar usaha pengembangan ternak dapat berhasil dan efisien.
“Saya memiliki metode penggemukan kerbau yang sudah diuji dan alhamdulillah hasilnya bagus. Usaha penggemukan kerbau harus diterapkan secara serius, agar dapat mencapai bobot sesuai yang diharapkan dengan jangka waktu target 90 hari atau 3 bulan,” Samsu Hilal.
Metode penggemukannya memiliki kesamaan dengan sistem penggemukan kereman atau sistem dry lot, tetapi tingkatnya masih sangat sederhana dan alamiah. Sekadar informasi, dry lot fattening merupakan sistem penggemukan sapi modern yang dilakukan dengan memperbanyak pemberian pakan konsentrat. Pakan hijauan diberikan hanya sedikit sehingga peternak dapat mengefisiensikan biaya pakan.
Proses penanganan tidak dilakukan di alam liar, tetapi dilakukan di dalam kandang atau dikarantina. Samsu Hilal menjelaskan, ada dua persiapan yang dilakukan, yakni pembuatan kandang karantina dan teknik pemeliharaan penggemukan ternak kerbau.
Dalam pembuatan kandang karantina, ada empat hal yang menurut Samsu Hilal tak boleh diabaikan.
Pertama, lokasi dan perizinan. Wilayah pegunungan yang subur atau areal pesawahan didukung sumber air yang cukup dan cuaca dingin menjadi lokasi ideal untuk penggemukan kerbau. Terlebih lagi di sekitar daerah tersebut dipenuhi padang rumput yang cukup luas, sehingga menjadi daya dukung ketersediaan pakan alami bagi ternak kerbau.
Untuk lokasi tempat penggemukan kerbau tidak terlalu rumit. Hanya saja peternak harus memperhatikan kebersihan hewan ternak, kandang, serta perlengkapannya. Pertimbangan kandang pada suatu lokasi tidaklah terlepas dari pertimbangan lingkungan.
Perizinan usaha pendirian tempat peternakan harus dipersiapkan dan ditempuh agar usaha peternakan berjalan dengan lancar. “Perizinan yang harus ditempuh, misalnya perizinan secara tertulis dengan masyarakat sekitar yang bersentuhan langsung dengan lokasi peternakan yang akan dibangun dan mengurus izin domisili usaha ke Dinas Peternakan setempat,” Samsu Hilal.
Kedua, pembuatan kandang permanen. Kandang sebagai tempat tinggal kerbau menjadi hal yang penting yang harus diperhatikan oleh peternak. Bangunan kandang sebagai salah satu faktor lingkungan hidup ternak harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman.
Agar ternak kerbau yang tinggal di dalam kandang merasa nyaman, maka kontruksi harus dibangun sesuai dengan iklim alam setempat. Kita menyadari bahwa hukum alam tidak bisa diubah, melainkan peternak yang harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
“Itu sebabnya kontruksi kandang di daerah yang satu tidak akan sama dengan daerah yang lain. Namun secara umum kontruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, dan bersirkulasi udara baik,” ujarnya.
Menurut Samsu Hilal, sedapat mungkin bangunan kandang dibangun membujur ke arah utara-selatan. Sehingga memungkinkan sinar pagi bisa masuk ke dalam kandang secara leluasa. Sinar pagi ini besar artinya bagi kehidupan ternak, karena membantu proses pembentukan vitamin D di dalam tubuh, unsur ultraviolet (lembayung) berfungsi sebagai desinfektan dan pembasmi bibit penyakit serta mempercepat proses pengeringan kandang yang basah akibat air kencing atau air pembersih.
Ventilasi merupakan jalan keluar masuknya udara dari dalam dan dari luar kandang. Pengaturan ventilasi yang sempurna akan sangat berguna untuk mengeluarkan udara kotor dari dalam kandang dan menggantinya dengan udara bersih atau udara segar dari luar. Dengan demikian, ini menciptakan iklim kandang yang baik, yakni ruangan di dalam kandang terhindar dari udara panas, udara kotor, udara yang berkelembaban tinggi dan lainnya.
Atap kendang juga menjadi bagian penting. Bagian ini merupakan pembatas (isolasi) bagian atas dari kandang dan berfungsi untuk menghindarkan dari air hujan dan terik matahari, menjaga kehangatan ternak di waktu malam. Tanpa atap, panas di dalam kandang sebagian akan hilang ke atas pada waktu malam, sehingga suasana kandang pada saat itu akan menjadi sangat dingin.
Dinding kandang sebagai pembatas seluruh keliling kandang berfungsi sebagai penahan angin langsung atau angin kencang, penahan percikan air dari atap masuk kedalam ruangan kandang. Pemasangan dinding kandang erat hubungannya dengan pengaturan ventilasi dan masuknya sinar matahari pagi.
Lantai kandang sebagai batas bangunan kandang bagian bawah atau tempat berpijak dan berbaring bagi kerbau pada sepanjang waktu, maka pembuatan lantai kandang harus benar-benar memenuhi syarat yaitu rata, tidak licin, tidak mudah menjadi lembab, tahan injakan atau awet.
“Pembuatan lantai pun harus di usahakan agar tetap mudah kering. Sehingga ternak yang menghuninya merasa hangat. Lantai yang selalu kering dan hangat merupakan salah satu tuntutan bagi hewan dan peternak itu sendiri dan lantai yang kering tidak mudah menjadi sarang kuman,” ujar Samsu Hilal.
Ketiga, kubangan atau tempat berendam kerbau. Air yang sejuk baik dari sungai yang mengalir atau sumber mata air harus disediakan yang bertujuan untuk membantu kerbau menjaga suhu badannya. Sebagian air jernih dan bersih ditampung dan disimpan di bak penampungan air untuk konsumsi kerbau.
Penyediaan kubangan yang berisi air dibuat dekat dengan kandang karantina agar mudah dijangkau jaraknya. Tujuannya, agar kerbau tidak banyak bergerak dan mudah mengontrol dan mengawasi kerbau saat berendam di dalam kubangan air.
“Kubangan diatur kedalamannya ± 60 cm, agar ketika kerbau hendak berguling di air kubangan tidak kesulitan karena kubangan tidak dalam. Lokasi disekitar kubangan harus diberi pagar untuk menjaga kerbau tidak berkeliaran,” jelasnya.
Keempat, soal pakan. Kerbau merupakan ternak ruminansia yang mempunyai kebiasaan merumput dan memakan tunas-tunas muda serta beberapa bagian dari tanaman. Walaupun kerbau dapat hidup dengan pakan sederhana (karena kerbau mampu memanfaatkan pakan lebih baik daripada sapi), tetapi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi, kerbau perlu diberi pakan yang berkualitas. “Artinya, pakan yang diberikan mengandung protein, energi, mineral, dan vitamin dalam jumlah yang cukup,” ujar Samsu Hilal.
Pakan utama yang dibutuhkan pada usaha penggemukan kerbau adalah rumput. Rumput cukup mudah dibudidayakan dan dapat dipanen dalam hitungan bulan. Setelah panen pun tunas rumput akan terus tumbuh terlebih lagi didukung dengan tanah yang subur dan tidak perlu bibit baru.
Pemanenan atau pengambilan rumput dapat dilakukan setiap hari sehingga kondisinya masih segar saat diberikan kepada kerbau. Jika disekitar kandang disediakan areal yang luas untuk budidaya rumput itu akan semakin mendukung pengadaan pakan. Jenis rumput yang dikonsumsi kerbau antara lain rumput gajah, rumput tapos, rumput sulamjana/kaso, dan rumput-rumput lainnya yang penting kerbau mau memakannya termasuk daun jagung beserta batangnya bisa dijadikan untuk makanan kerbau.
Teknik Penggemukan
Setelah urusan kandang dan sediaan pakan terpenuhi, bagian yang penting dalam proses penggemukan kerbau adalah teknik pemeliharaan penggemukan ternak kerbau. Ada tujuh kegiatan penting yang wajib dilakukan oleh peternak penggemukan kerbau.
Pertama, seleksi bakalan kerbau yang akan digemukkan. Menurut Samsu Hilal, seleksi bakalan ternak yang baik harus berhati-hati dan tepat, disesuaikan dengan tujuan produksi yang ingin di capai. Pemilihan bibit ternak kerbau sangat penting agar menghasilkan bobot yang berkualitas.
Umumnya, memilih ternak kerbau harus mengacu pada sifat individu, jenis ternak, sisilah keturunan, bentuk luar, dan umur ternak. Selain itu berat awal kerbau harus menjadi pertimbangan agar bisa diketahui perkembangan dan pertumbuhan bobot yang diharapkan. “Untuk kepentingan program penggemukan, maka sebagai peternak tentu perlu memilih bakalan yang berasal dari tipe potong yang normal dan baik,” ujarnya.
Menurut Samsu Hilal, pemilihan bakalan untuk penggemukan bertujuan untuk memperbaiki kualitas daging. Sedikitnya ada empat kriteria yang bisa dijadikan pedoman bagi peternak dalam memilih bibit kerbau, diantaranya sifat individu bibit ternak melalui jenis ternak dan sifat kekhasan, keadaan bentuk luar kerbau secara fisik, bibit kerbau harus sehat, dan umur ternak bibit yang tepat.
“Umur kerbau dapat diukur dan dilihat melalui keadaan giginya. Gigi kerbau hanya terdapat pada rahang bawah saja, rahang atas hanya merupakan bantalan keras yang dipergunakan untuk memotong rumput. Jumlah gigi pada rahang bawah adalah 4 pasang atau 8 buah,” Samsu Hilal menjelaskan.
Kedua, penimbangan bobot kerbau. Melakukan penimbangan kerbau sebelum memulai proses penggemukan penting dilakukan. Selama proses penggemukan penimbangan bobot tubuh menjadi pekerjaan rutin pada kerbau. Karena hal ini merupakan kontrol penting untuk mengetahui pertambahan bobot.
“Penimbangan bobot kerbau dilakukan secara berkala, idealnya dilakukan setiap hari. Tetapi pada program penggemukan 90 hari melalui metode ini cukup dilakukan penimbangan seminggu atau sebulan sekali,” ujarnya.
Ketiga, mengkondisikan adaptasi kerbau di tempat karantina. Banyak faktor yang dapat menimbulkan kerbau menjadi stres; dari yang sederhana sampai hal-hal yang termasuk stressor berat.
Beberapa penyebab kerbau mengalami stres antara lain: pemindahan ternak dari suatu tempat ketempat lain; kekurangan makan dan air; luas kandang yang tidak memadai (berdesak-desakan); menyatukan hewan-hewan dalam suatu kandang yang berbeda latar belakang; pergantian sistem pemeliharaan; beberapa perubahan cuaca; dan lainnya.
“Kerbau pedaging dapat memperoleh berbagai stres yang disebabkan oleh psychosocial, fisik, nutrisi, dan lingkungan selama hewan-hewan tersebut disapih, dipasarkan, diangkut, dicampur bersama-sama, adaptasi terhadap feed-lot dan lain-lain,” Samsu Hilal menjelaskan.
Keempat, tentang kebutuhan pakan kerbau. Pemberian pakan dilakukan di dalam kendang. Yang penting diperhatikan adalah jumlah pakan didalam bak pakan harus selalu tersedia atau tidak boleh kosong. Pemberian pakan tidak perlu dibatasi (non restricted) karena kerbau dikondisikan selalu makan setiap saat.
Dalam pemberiannya dilakukan dengan cara ad libitum, yaitu diberikan dalam jumlah yang selalu tersedia dan tidak perlu khawatir dengan pakan yang terbuang atau tersisa. Karena pakan sisa yang tidak dimakan dan sudah mengering dikumpulkan dan dijadikan bahan untuk dibakar yang menghasilkan asap untuk mengusir hewan pengganggu kenyamanan kerbau yaitu jenis lalat.
Menurut Samsu Hilal, pakan yang segar itu pilihan lebih baik untuk konsumsi setiap saat dan kebutuhan pakan kerbau kontinu diberikan sampai kerbau berhenti makan karena kenyang. Dalam program penggemukan ini Kerbau yang sehat memiliki kemampuan menghabiskan pakan rata-rata 25 kg/ekor/hari.
“Tanda kerbau yang mudah untuk gemuk biasanya saat kenyang makan akan berbaring atau tidur dan hal ini dikondisikan agar berat bobot dapat meningkat karena aktivitas kerbau yang tidak terlalu banyak,” ujarnya.
Kelima, pengkondisian kerbau untuk berendam di air kubangan. Berendam di kubangan, menjadi aktivitas penting bagi kerbau. Menurut Samsu Hilal, ini dilakukan untuk membantu kerbau menjaga suhu tubuhnya. Disarankan, aktivitas kerbau berendam dilakukan sehari dua kali, pagi dan sore, selama satu hingga dua jam sekali berendam. Biasanya, kalau sudah puas berendam kerbau akan kembali kekandang untuk makan dan istirahat.
Keenam, pengasapan kandang. Aktivitas tidur kerbau penting untuk diperhatikan karena merupakan bagian dari rangkaian proses dalam penggemukan, walaupun kebiasaan tidur tersebut dilakukan pada waktu siang hari. Maka itu, keadaan di dalam kandang dibuat senyaman mungkin dengan menghilangkan pengganggu tidur kerbau. Kenyamanan ini membantu proses pertumbuhan bobot.
Menurut Samsu Hilal, pada saat aktivitas tidur, kerbau akan terusik jika ada gangguan. Umumnya berupa lalat penganggu yang datang kemudian hinggap di badan kerbau dan menyedot darahnya. Kerbau akan terusik istirahatnya yang biasanya ditandai dengan gerakan ekor yang dihentakkan ke badan sendiri untuk mengusir lalat.
“Karena itu diperlukan penanganan dengan cara pengasapan. Pengasapan yang berasal dari pembakaran sisa-sisa jerami atau makanan yang sudah kering atau ditambahkan kayu agar pengepulan asap berlangsung lama, sehingga lalat pengganggu akan menjauh,” ujar Samsu Hilal.
Ketujuh, pemeliharaan Kesehatan kerbau. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang kerbau sama dengan jenis penyakit yang kerap menyerang sapi. Namun demikian, biasannya kerbau lebih tahan terhadap penyakit daripada sapi. Kegiatan pencegahan terhadap munculnya bibit penyakit menjadi perhatian yang sangat serius.
“Oleh sebab itu, pencegahan dalam program penggemukan ini dilakukan pada saat seleksi sehingga meminimalisir kerugian-kerugian dari kondisi bakalan hewan ternak kerbau,” ujarnya.
Menurut Samsu Hilal, jika peternak kerbau mampu menerapkan metode penggemukan ini dengan baik dan konsisten, maka hasil ternkannya dipastikan akan mendatangkan keuntungan finansial yang besar. Kesabaran, ketelatenan, dan semangat beternak menjadi kuncu keberhasilan proses penggemukan terbak kerbau. (Abdul Kholis)