MATRANEWS.ID – Pada pekan lalu, Amerika Serikat (AS) dan Inggris merespons serangan kapal komersil oleh kelompok pemberontak Houthi di Yaman dengan melancarkan serangan besar-besaran.
Aksi ini menjadi sorotan karena melibatkan penggunaan senjata militer canggih.
Berikut adalah 4 alat perang canggih yang digunakan, seperti dilansir oleh CNN pada Senin (15/1/2024).
1.Rudal Tomahawk
Rudal Serangan Darat Tomahawk (TLAM) milik Angkatan Laut AS menjadi andalan dalam serangan ini.
Rudal ini mampu terbang rendah dan mengirimkan bom seberat 1.000 pon dengan jarak ratusan mil ke daratan.
Keunggulan Tomahawk terletak pada kemampuannya terbang dengan rute non-linear, mengalahkan sistem pertahanan udara.
Dibekali sistem GPS, rudal ini memiliki tingkat akurasi tinggi dan dapat mengubah sasaran pasca diluncurkan.
2. Kapal Selam USS Florida
USS Florida, kapal selam bertenaga nuklir Angkatan Laut AS, ikut serta dalam serangan ini.
Kapal ini mampu membawa 154 rudal Tomahawk, memberikan kelebihan taktis yang sulit diatasi oleh lawan AS.
Kemampuan akurat dan dahsyatnya serangan dengan 154 Tomahawk membuatnya menjadi kekuatan yang tak bisa dianggap enteng.
3.Kapal Perusak Angkatan Laut AS
Selain kapal selam, militer AS juga mengerahkan kapal perusak yang berlayar di permukaan.
Dilengkapi dengan Sistem Peluncuran Vertikal (VLS), kapal perusak ini menggunakan rudal Tomahawk untuk menyerang.
Setiap kapal perusak memiliki 90 hingga 96 sel VLS, meningkatkan potensi serangan yang dapat dilakukan.
4. Pesawat Topan dari Inggris
Di sektor udara, Inggris turut serta dalam serangan ini dengan mengirimkan pesawat Topan.
Pesawat ini adalah fly dua mesin dengan pilot tunggal, terbang dengan kecepatan 1,8 Mach setinggi 55.000 kaki. D
ilengkapi dengan beragam senjata, pesawat ini dapat membawa rudal udara-ke-udara serta udara-ke-darat, termasuk kemampuan presisi dalam meluncurkan bom.
Serangan ini menunjukkan kekuatan militer AS dan Inggris dalam menghadapi situasi konflik worldwide dan menjadi perhatian dunia internasional.
Bagaimana kelanjutan dan dampak dari serangan ini, masih menjadi topik pembahasan hangat di kancah politik dan militer internasional.
