MATRANEWS.id — Pementasan Drama Tentang Ir. H. Djuanda Akan berlangsung tanggal 20 November 2024 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Lembaga Seni Budaya (LSB) Muhammadiyah DKI Jakarta mendapat kehormatan untuk mementaskan drama berjudul “Sang Surya Di Atas Lautan (Ir. H. Djuanda)”.
Acara silaturahmi antara Lembaga Seni Budaya Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (LSB) DKI Jakarta dan pihak keluarga Ir. H. Djuanda telah berlangsung kemarin hari Jum’at, 14 Juni 2024, bertempat di kediaman salah satu cucu Ir H. Djuanda, di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Pada kesempatan tersebut, pihak keluarga Ir. H. Djuanda diwakili oleh Ismeth Wibowo dan Iwanshah Wibisono, yang merupakan cucu dari Ir. H. Djuanda.
Sementara itu, LSB Muhammadiyah DKI Jakarta diwakili oleh Prof. Imamudin, Ketua LSB, Imam Maarif, Bambang dan Lelly Qodariah.
Drama “Sang Surya Di Atas Lautan (Ir. H. Djuanda)” mengisahkan perjalanan hidup Ir. H. Djuanda, seorang kader Muhammadiyah yang berjuang tanpa pamrih dengan penuh idealisme murni.
Djuanda muda memulai perjuangannya di dunia pendidikan Muhammadiyah pada tahun 1934 sewaktu menjabat Direktur SMA Muhammadiyah Jakarta.
Saat usianya masih 23 tahun meskipun dia ditawari posisi menggiurkan sebagai asisten profesor di Technische Hoge School dengan gaji fantastis 275 guilden, yang bahkan siap ditingkatkan menjadi 300 guilden.
Namun, Djuanda memilih mengabdikan dirinya di Muhammadiyah sebagai bentuk perjuangan mencerdaskan bangsa.
Ketika Jepang menguasai Indonesia pada tahun 1942, Djuanda tetap berjuang membimbing para pemuda Muhammadiyah.
Keyakinannya bahwa kekuatan para pemuda dapat digunakan untuk perjuangan kemerdekaan terbukti benar.
Pada tahun 1945, saat Jepang hancur oleh bom atom Amerika, Djuanda memimpin para pemuda Muhammadiyah merebut kendali perkeretaapian di Jakarta.
Tindakan ini mendapatkan apresiasi tinggi dari Ir. Soekarno, yang kemudian mengangkatnya sebagai Kepala Jawatan Perkeretaapian Indonesia yang pertama dan Menteri Perhubungan pada tahun 1953.
Pada tanggal 17 Agustus 1950 Pemerintah mendirikan sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Pepuska ( Penguasaan Pusat Kapal-kapal). Dalam tahun 1952 Ir. H. Djuanda mewakili pemerintah menetapkan Pepuska dilebur dan modalnya dimasukkan kedalam PT PELNI.
Perjuangan Djuanda tidak berhenti di situ. Dia terus mengabdi dalam berbagai kabinet pemerintahan, bahkan ketika kabinet silih berganti pada tahun 1951 dan 1952.
Di tahun 1953, Djuanda dipercayakan memimpin dua instansi sekaligus: Kementerian Perhubungan dan Direktur Biro Perancang Negara, cikal bakal Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.
Salah satu karya monumental Djuanda adalah menyelamatkan wilayah perairan laut Indonesia melalui Deklarasi Djuanda.
Ir H Djuanda berhasil mengubah batas wilayah laut Indonesia dari 12 mil menjadi 200 mil yang akhirnya diterima oleh PBB pada tahun 1982 di Konvensi Hukum Laut ke-3 (UNCLOS).
Dengan deklarasi ini, Indonesia menjadi negara dengan wilayah perairan laut yang sangat luas.
Ir. H. Djuanda semasa hidupnya pernah menjabat juga sebagai Pejabat Presiden, Perdana Menteri, Menteri Pertahanan, Menteri Keuangan, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Perhubungan, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia yg pertama dan juga Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia ( IMI) yanng pertama.
Sosok Ir. H. Djuanda wafat pada 7 November 1963 sebagai Menteri Pertama/ Jenderal TNI Tituler yang meninggalkan warisan perjuangan yang dikenang sepanjang masa.
Karyanya mengukuhkan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, dan sinar matahari yang berkilau di atas laut Indonesia menjadi simbol keabadian perjuangannya.
Drama “Sang Surya Di Atas Lautan (Ir. H. Djuanda)” diharapkan dapat menginspirasi generasi muda untuk terus berjuang membangun bangsa dengan semangat yang sama seperti yang ditunjukkan oleh Ir. H. Djuanda.
Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan drama inspiratif ini pada tanggal 20 November 2024 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.
BACA JUGA: majalah edisi cetak Juni 2024 Klik ini