Kolom  

Wisuda Jurit Haru dan Tangis Orang Tua Wisudawan

Oleh: Hamidin

Wisuda Jurit Haru dan Tangis Orang Tua Wisudawan

Wisuda Jurit Haru dan Tangis Orang Tua Wisudawan
Oleh: Hamidin

 

 

 

 

 

 

Sungguh, hari itu—29 November 2024—adalah momen yang akan terpatri abadi dalam ingatan Bizarropharsa Azayaka Nabil, atau yang akrab disapa Bizarro.

Usianya baru menginjak 18 tahun, namun perjalanan hidupnya sudah dipenuhi dengan warna-warni perjuangan yang tak terlupakan.

Di hari itu, ia resmi dilantik menjadi Bhayangkara Taruna, bersama 1.104 wisudawan lainnya, dalam Upacara Wisuda Prajurit Bhayangkara Taruna (Prabhatar) di Lapangan Sapta Marga, Akmil Magelang.

Pada wisuda jurit (Wisjur) tahun ini, para taruna dari berbagai akademi—Akmil, AAL, AAU, dan Akpol—dilantik setelah melewati serangkaian latihan fisik dan mental yang berat di Candradimuka.

Bagi Bizarro, ini adalah titik puncak dari sebuah perjalanan panjang, yang diwarnai dengan berbagai tantangan, baik fisik maupun emosional.

Momen ini bukan hanya menandai berakhirnya masa pendidikan dasar, namun juga membuka lembaran baru untuk memulai langkahnya sebagai prajurit dan aparat penegak hukum di masa depan.

Namun, bagi orang tua Bizarro, khususnya sang ibu, momen ini tak hanya menyisakan kebanggaan. Ada juga air mata yang tak terbendung, bercampur antara haru, sedih, dan rasa syukur yang mendalam.

Bagi mereka, ini adalah akhir dari masa-masa penuh pengorbanan. Sang ibu, yang selama ini mendampingi Bizarro sejak kecil, harus rela jauh dari anak bungsunya yang kini telah menjadi bagian dari keluarga besar TNI dan Polri.

Baca juga :  Nilai: Lebih Banyak Ditempa Dipukul Dibakar

Selama hampir tiga tahun, mereka terpisah karena Bizarro harus mengikuti pendidikan di SMA Taruna Nusantara di Magelang. Hanya saat libur semester dan hari-hari besar keluarga bisa berkumpul, itu pun tidak setiap saat.

Namun, meskipun rasa rindu membuncah, mereka tidak pernah melarang atau menghalangi langkah Bizarro.

Justru, mereka selalu mendukungnya dengan sepenuh hati. Sang ibu, yang sangat menginginkan kedekatan dengan sang anak, harus menahan perasaan demi melihat Bizarro mengejar cita-citanya.

Bagi seorang ibu, ada kebahagiaan tersendiri ketika anak-anaknya sukses, namun tak sedikit juga kesedihan ketika harus melepas mereka pergi menempuh jalan hidup mereka masing-masing.

Sejak usia dini, orang tua Bizarro sudah menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab, dan tekad untuk meraih cita-cita.

Bizarro, yang sejak kecil menunjukkan ketertarikan pada bahasa asing, diharapkan bisa menguasai berbagai keterampilan untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan.

Berawal dari pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Internasional Laroche School, lalu dilanjutkan di sekolah dasar Binus Internasional, dan kemudian di SMP dan SMA Taruna Nusantara, Bizarro pun semakin menunjukkan dedikasinya.

Pendidikan yang berbasis bahasa Inggris dan Mandarin di sekolah-sekolah tersebut membentuknya menjadi pribadi yang cerdas dan siap menghadapi dunia global.

Namun, jauh di balik itu semua, ada satu cita-cita yang terus membara dalam hati Bizarro—menjadi seorang polisi.

Untuk itu, ia melanjutkan perjuangannya dengan tekad yang kuat, bergabung dengan SMA Taruna Nusantara, sekolah yang terkenal dengan pembinaan karakter dan persiapan fisiknya untuk menghadapi ujian masuk Akademi TNI atau Polri.

Baca juga :  Serbuan Vaksinasi Masyarakat Maritim di TPI Rembang

Bizarro tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga berlatih fisik dengan sungguh-sungguh.

Setiap libur semester, bukannya bersantai atau bermain dengan teman-teman, ia justru meluangkan waktu untuk berlatih lari di stadion GBK, hutan UI Depok, hingga beberapa kali ke Markas Korbrimob Polri di Kelapa Dua.

Waktu yang semestinya digunakan untuk istirahat itu, ia manfaatkan sebaik mungkin untuk mempersiapkan diri sebagai calon taruna.

Meskipun orang tua terkadang merasa cemas dengan keseriusan sang anak, mereka tetap memberikan dukungan penuh, meski harus menahan rasa khawatir dan rindu.

Akhirnya, perjuangan panjang itu berbuah manis. Bizarro berhasil lolos seleksi dan menjadi salah satu taruna di Akademi Kepolisian.

Bersamaan dengan itu, ia juga lulus di Fakultas Hukum Internasional di salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia.

Bagi orang tua, ini adalah sebuah kebanggaan luar biasa. Mereka tidak hanya melihat anak mereka berhasil mencapai cita-cita, tetapi juga menyaksikan bagaimana anak mereka tumbuh menjadi pribadi yang disiplin, tangguh, dan penuh pengabdian.

Pada saat wisuda jurit itu, air mata orang tua Bizarro tak dapat tertahan. Bukan hanya karena kebanggaan yang luar biasa, tetapi juga karena segala pengorbanan waktu, tenaga, dan rasa rindu yang telah mereka jalani.

Anak bungsu yang dulu selalu dekat, yang biasa disayangi, kini telah pergi menempuh jalan hidupnya. Bagi sang ibu, ini adalah momen yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ada kebanggaan, namun juga rasa kehilangan yang mendalam.

Baca juga :  Enam Hal Ini Sering Dilupakan Pemula Bisnis

Sejatinya, di balik semua itu, ada harapan yang besar. Sang ibu dan ayah percaya bahwa perjalanan Bizarro baru saja dimulai.

“Perjuanganmu belum selesai, Nak,” ujar sang ibu dengan penuh semangat. “Raihlah cita-citamu setinggi langit. Kami, para orang tua, akan selalu mendukungmu. Sukseskanlah dirimu, jadilah kebanggaan bagi bangsa, negara, keluarga, dan agama.”

Di ujung doanya, sang ibu pun berharap agar Allah memberikan kesuksesan dan perlindungan kepada Bizarro, agar ia senantiasa menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang banyak.

“Ya Allah, sukseskanlah anakku. Jadikanlah dia seorang yang berguna bagi bangsa, negara, keluarga, dan agama. Amin.”

Momen wisuda jurit kali ini adalah bukti nyata dari perjuangan panjang, bukan hanya dari seorang Bizarro, tetapi juga dari orang tuanya yang dengan sabar dan penuh kasih sayang mendampingi setiap langkahnya.

Bagi orang tua, ini adalah haru yang tak terucap, kebanggaan yang tak tergantikan, dan doa yang tak pernah berhenti mengalir.

Wisuda Jurit Haru dàn Tangis Orang Tua Wisudawan, Oleh: Hamidin – Harian Kami

Tinggalkan Balasan