Jika lima atau lebih jawaban Anda dari pertanyaan di atas bernilai positif, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.
MATRANEWS.id — Kapan terakhir kali Anda membuat pasangan marah? Dua hari lalu? Kemarin? Atau bahkan beberapa menit lalu?
Apa yang jadi sebab, mungkin akhir-akhir ini Anda kerap kali melupakan momen spesial seperti hari ulang tahun dia, hari “jadian”, dan tanggal pernikahan Anda.
Jika semua pertanyaan tadi jawabannya “ya”, Anda patut mewaspadainya.
Jangan-jangan Anda mulai terkena Sindroma Pria Menyebalkan atau Irritable Male Syndrom (IMS).
Eh Sindroma apa lagi nih?
Jed Diamond, psikoterapis di California, AS, penulis buku Irritable Male Syndrom mendefinisikan Sindroma ini sebagai perasaan hipersensitif, mudah resah, frustrasi, dan marah yang menimpa kaum pria.
Hal ini terjadi karena ada hubungannya dengan turun naiknya hormonal, stres, dan kehilangan identitasnya sebagai pria. Umumnya kaum pria menolak untuk memiliki problem ini, akibatnya para perempuan – terutama pasangannya, merasakan pukulan yang berat dari polah pria-pria menyebalkan itu.
Di manakah pangkal Sindroma ini berangkat?
Diamond menuturkan stres dan ketakutan jika dibiarkan akan menimbulkan Sindroma tersebut. Nah ini yang repot, boleh jadi Sindroma ini banyak menggelendot pada kebanyakan pria.
Dalam studi terakhir yang digelar terhadap 10 ribu pria di Amerika Serikat (AS), hasilnya lumayan mengkhawatirkan.
Sebanyak 46 persen responden mengaku sering atau selalu mengalami stres dan 55 persen menyatakan sering atau selalu takut akan kegagalan.
Penyebabnya?
40 persen mengaku kurang atau tidak pernah mendapatkan kepuasan seksual. Kebanyakan dari mereka, sekitar 62 persen mengaku ingin kuat untuk menghilangkan stres dan ketakutan akan gagal itu.
Selain stres, Raymond Immanuel Tambunan, psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menambahi sebab lain, yakni karena pria yang mudah tersinggung yang merasa dirinya terancam dan terserang.
Ironisnya, mereka tidak peka terhadap perasaan orang lain. “Sindroma ini bisa menyerang siapa saja, sementara umur tidaklah menjadi patokan,” ujar Raymond, menjelaskan.
Menurut Raymond lagi, biasanya Sindroma ini menyerang lelaki pada usia yang dianggap labil, yakni usia memasuki usia 30 tahun dan di ujung 40 tahunan.
Rawannya masa usia tersebut lebih karena terjadinya guncangan-guncangan di awal umur itu. “Sebenarnya yang menjadi pusat dari Sindroma ini adalah diri pria itu sendiri,” kata Raymond berkilah.
Toh begitu, umur bukan menjadi faktor utama. Usia hanya mengindikasikan satu hal saja banyak faktor lainnya seperti, karir yang didapat pada pria seusianya. Makanya, IMS sering membidik pria-pria yang cenderung berkubang dalam aroma pesimistis.
Bagaimana menghadapinya?
Karena tak bisa dihindari, menurutnya, masa yang memicu melonjaknya Sindroma ini bisa dihadapi secara wajar dan natural.
Sebab, Sindroma ini merupakan permainan hormon yang doyan naik turun. Kuncinya, justru terletak pada taraf kematangan berfikir yang bisa menghambat munculnya Sindroma pria menyebalkan ini.
PERANAN PASANGAN, dalam hal ini wanita lho, sangatlah penting untuk menghilangkan gejala ini.
Pria yang sedang terserang IMS cenderung kritis. Segala sesuatu yang menjadi perhatiannya bisa mendatangkan kritik, omelan, ataupun rasa sedih.
Nah, pada kondisi seperti inilah tingkat pengertian pasangan dituntut lebih tinggi. Misalkan saja, ia tidak terlalu banyak menuntut, baik dari segi hubungan seks maupun romantisme. “Sebisa mungkin wanita pasangannya tidak bersikap reaktif,” tutur Raymond mengingatkan.
Situasinya akan berbeda jika sang pasangan menanggapi sikap itu dengan tingkah laku yang sebaliknya.
Umpamanya, si wanita malah tidak memberikan dukungan serta tidak memahami kondisi suaminya. Mungkin saja hubungan atau perkawinan bisa bubar jalan.
Di mata Raymond tidak ada cara istimewa untuk menghindari masalah.
Intinya, bagaimana cara menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan sokongan orang-orang di sekitar, terutama wanita sebagai pasangan pria. “Semakin menghindar dari masalah, kian sulit akan pula seseorang untuk berjiwa matang,” ucap Raymond.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kondisi tubuh. Kadar hormon testosteron yang menurun pun bisa menyebabkan keseimbangan agresivitas berkurang, sehingga pria mudah tersinggung, marah, sensitif dan stres.
Testosteron juga berfungsi untuk menunjukkan maskulinitas. Jadi ketika maskulinitas menurun, maka timbulah rasa keterancaman dalam dirinya. Situasi jadi berbeda apabila si pria dalam keadaan normal, ia bisa membagi pada orang lain atau pasangan secara langsung.
Biar kadar testosteron tak menukik tajam, mulailah memperhatikan menu makanan.
Bagaimanapun romantisme tetap membutuhkan hormon testosteron. Makanan yang mengandung karbohidrat glisemik tinggi semacam keripik kentang atau kentang goreng, roti dan pasta putih akan menurunkan kadar testosteron.
Pilih menu makanan yang mengandung daging tanpa lemak, sayuran segar dan nasi dari beras berserat. Segelas anggur merah juga bisa mengerek kadar testosteron.
Licorice dalam mint yang ada di permen atau penyegar mulut juga bisa menurunkan kadar testosteron. Sebagai gantinya, cobalah cokelat. Makan sepotong cokelat sejenak sebelum mencium si dia.
Rasakan betapa hormon testosteron Anda kian merangkak naik. Sedap!
“Feeling Top 20”
Jed Diamond membeberkan ada 20 perasaan yang menjadi gejala dari IMS. Jed menjulukinya sebagai “Feeling Top 20”.
1. Marah
2. Tidak sabar
3. Suka menyalahkan
4. Tidak pernah puas
5. Sarkastis
6. Mudah resah
7. Hipersensitif
8. Merasa tak dihargai
9. Tegang
10. Merasa tidak dicintai
11. Senang bermusuhan
12. Suka beralasan
13. Depresi
14. Frustrasi
15. Suka menyendiri
16. Sering Sedih
17. Suka menantang
18. Suka membela diri
19. Banyak permintaan
20. Penuh kesulitan
Apa Yang Perlu Anda Lakukan?
• Bila merasa mengalami IMS, diskusilah dengan pasangan atau orang yang Anda percaya.
• Bukalah pikiran Anda jika ada orang lain yang mengatakan Anda mengalami IMS. 3. Periksakan kadar testosteron Anda
• Lihat tingkat stres dalam hidup Anda. Apa yang mampu Anda ubah untuk membuat hidup lebih nyaman.
• Lakukan kegiatan yang menurut Anda belum pernah dilakukan, seperti belajar bahasa asing, bertualang, atau melukis.
• Berbincanglah dengan pria lain, dan anggaplah Anda tengah bergabung dalam “klub pria”. Jadilah sebagai “Si Abang”, atau temukan cara lain lewat mementori
lelaki yang lebih muda yang berperangai diam dan suka mendengarkan.
• Jika Anda, mungkin, merasa depresi, berbicaralah dengan psikolog profesional.
• Jangan tunggu sampai masalah menjadi buruk. Bertindaklah segera!
Tes, Tes, Testosteron
• Nafsu seksual Anda menurun?
• Anda kekurangan tenaga?
• Kekuatan atau ketahanan fisik menurun?
• Berat badan Anda menurun?
• Anda mulai kehilangan kegembiraan hidup?
• Anda merasa depresi atau lekas marah?
• Kekuatan ereksi mengalami penurunan?
• Anda langsung terlelap setelah makan malam?
• Kinerja pekerjaan Anda mengalami kemunduran?
Catatan: Jika lima atau lebih jawaban Anda dari pertanyaan di atas bernilai positif, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.