Brand C59 Kerjasama Dengan Marketplace Pria Sejati

Brand C59 Kerjasama Dengan Marketplace Pria Sejati
Wiwied C59 kolaborasi sahabat. (S.S Budi Rahardjo-CEO majalah eksekutif/Pemred Matra)
tim kreatif C59

MATRANEWS.id — Pabrik kaos C 59 siap dan oke menjadi partner majalahmatra.com. Menyiapkan  produk kaos atau apparel ekslusif tapi kekinian. Untuk segmen menengah ke atas.

Rencananya juga, menyiapkan bisnis custom made adalah suatu bentuk bisnis yang dirancang oleh konsumen dengan menciptakan ide, konsep dan desain sendiri.

“Nanti ada tiga atau empat model yang akan didisplay di market place pria sejati,” ujar Marius Widyarto Wiwied, untuk tawaran kolaborasi yang akan dilakukan Matra dengan C59.

Memiliki portofolio yang sangat panjang. C59 sendiri diambil dari alamat rumah yaitu Jalan Caladi nomor 59 Bandung, tempat di mana pertama kali usaha tersebut lahir.

bersama Maria Goreti Murniati. sang istri tercinta dengan gaya hidup sehatnya, berkaos C59.

Ada sedikit cerita romantisme soal C 59. Tepat di tanggal 12 Oktober 1980, Wiwied sang pengusaha muda menikahi gadis pujaannya, Maria Goreti Murniati.  Membuka bisnis kaos tepat di kediamannya, yakni di Jalan Caladi No.59.

Wiwied memakai nama C59 sebagai nama untuk merek bajunya. Di 1980 lalu, uang kado pernikahannya, yang kala itu sekitar Rp5 juta, dibelikannya satu mesin jahit dan dua mesin obras sebagai modal usaha. Usaha tersebut dimulai dengan istri dan satu orang pembantu.

Kala itu, Wiwied berpikir, bagaimana membuat sesuatu yang berbeda dari yang lain. Menciptakan bagaimana sablonan ini tidak hilang yaitu dengan sablon karet. Yang unik dari kaosnya adalah, tidak adanya bagian sambungan di bagian sisi kiri maupun kanan kaosnya.

Singkat cerita bisnis konveksi kaos sablonnya pun kian sukses, ia membuka cabang pertamanya di Jalan Tikukur No.10. Berbagai unique selling point yang membuat C59 sangat berkembang pesat hingga menjadi salah satu brand terbaik di Indonesia.

Baca juga :  Jujur, Apakah Anda Sudah Jujur?

Di periode 1990-an, C59 membangun pabrik dan fasilitas modern bersamaan dengan dibangunnya toko retail (showroom) di pelbagai kota-kota di Indonesia. Titik puncaknya, terjadi di tahun 2000’an.

C59 tembus produknya ke Eropa Tengah seperti Ceko, Slovakia, dan Jerman. Namun, sayangnya pada masa krisis moneter dan ledakan bom Bali beberapa tahun silam berdampak buruk bagi usahanya di Eropa. Citra Indonesia pun mulai runtuh dan menjadi negatif.

Kena siklus 20 tahunan, toko-toko milik Wiwied di Eropa terpaksa harus tutup. Kini C59 sudah bertransformasi menjadi sebuah pabrik konveksi terbesar di Indonesia dengan luas pabrik kurang lebih 959 m persegi dengan memperkerjakan sekitar lebih dari 590 karyawan.

“Ini yang namanya wisata kreatif C59,” ujar pria yang bergaya tampilan mirip almarhum Bob Sadino ini.

Penggemar Harley Davidson ini laiknya motivator, nyentrik kemana-mana bercelana pendek. Jika Om Bob kemana-mana dengan atasan kemeja, Wiwied selalu dengan kaos oblong bermerek C59.

Bersahabat dan tulus, itulah ciri khas Wiwied.

Penggemar warna kuning ini pun menawarkan bukan hanya bagi pemula bisnis atau enterpreuneur muda bahkan pensiunan pun bisa menimba ilmu langsung dengannya seandainya mereka ingin menjadi pengusaha kaos.

C59 membuka kelas workshop sablon, tour sablon, bahkan seminar di tempat pusat produksinya ini. Wiwied membuka paket wisata bernama Factory Tour. Di salah satu sudut terdapat area selfie. Tempat yang khusus untuk mewadahi yang doyan selfie.

Factory ini terbagi menjadi beberapa ruangan, diantaranya ruang afdruk, ruang jahit, ruang bordir hingga ruang potong. Ada ruang press, ruang sablon dan ruang finishing.

Di depan factory, ada store C59 yang juga memiliki beberapa produk yang terkenal khususnya T-Shirt. Kini selain T-Shirt ada tote bag, topi, jaket, sweater dll.

Baca juga :  Klarifikasi Pemilik Net TV, Agus Lasmono Sudwikatmono

Wisata dengan konsep berjalan-jalan di sekitar pabrik melihat proses dari bahan belum jadi hingga menjadi bahan jadi. Lokasi pabriknya ini, tidak terlalu jauh dari pusat kota.

Akses jalan ke TKP lokasi Cigadung, memang tak terlalu besar, cenderung sempit.

Namun, hampir tiap hari kini dipenuhi bus-bus besar. Sehari bisa empat bus mengantar orang-orang ke dapur; “Sablon C59”, bagaimana mengenal proses sablon. Mulai dari pembuatan frame, pembersihan cetakan sebelum hingga proses menyablon.

Satu hal yang menarik di area ini adalah penggunan bekas kaleng kong guan yang diisi semen sebagai alat pemberat untuk mengepress cetakan sablon.

Di ruang penjahitan, obras, terdengar suara mesin jahit saling bersahutan. Di sini bahan yang sudah di potong berdasarkan pola akan dijahit sesuai kebutuhan. Misal menjadi baju, kemeja. Usai memasuki ruang pengemasan, ada yang namanya quality control.

Sebelum baju sampai ke tangan si pembeli/pemesan, baju akan dicek kualitasnya. Apakah sudah sesuai apa belum. Jika sesuai maka si baju bisa keluar dan dipasarkan. Jika tidak maka akan diganti dengan yang baru.

“Kami juga memberi pelatihan kepada masyarakat Indonesia bagian timur yaitu Bintuni, Papua,” ujar Wiwied yang mengaku bersyukur mendapat proyek CSR dari perusahaan British Petrolium (BP). Yakni, memberikan pelatihan membuat kaos bagi warga Papua.

“Kalau British Petrolium kan kerjanya ngebor minyak, saya pikir kenapa seragam karyawannya biar orang papua saja yang ngerjain,” ungkap Wiwied

Baca juga :  Kebakaran Lapas Tangerang dan Kerugian Negara Akibat Penyalah Guna Dipenjara

Setelah dilakukan kerja sama antara C59 dan BP, sekitar 20 Warga papua itu datang ke Bandung tepatnya ke pabrik kaos C59, untuk diberikan pelatihan selama empat bulan. Mereka membuat kaos seperti jahit, obras, desain, sablon kemudian kembali dipulangkan ke Bintuni.

Sebanyak 20 orang warga Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat mengikuti pelatihan entrepreneurship mengenai bisnis garment. PT BP Indonesia peduli, agar warga Papua sekitar tidak termarginalkan.

Salah seorang peserta pelatihan Diana Susure (23) mengaku senang belajar sablon, menjahit, obras dan lain sebagainya di Bandung. Karena sebelumnya, ibu rumah tangga ini sama sekali tidak mengenal dan memahaminya.

“Untuk mencoba masukin benang ke jarum pun susah. Adaptasinya butuh satu minggu. Saat menjahit hasilnya kurang bagus. Sekarang bisa bikin kaos, seragam dan sablon,” ujar Wiwied yang aktif di perkumpulan untuk pengusaha kecil.

Begitulah konsep kasih dari filosofi bisnis Wiwied. Tak kuatir bisnisnya dicontek, tapi sangat senang jika dirinya bisa bermanfaat untuk siapa saja yang membutuhkan.

Sharing pengalaman, hingga strategi bisnis juga strategi promosi serta strategi keuangan. Wiwied senang menyebut dunia barunya, termasuk strategi brain dan strategi produksi dan SDM.

Pria kelahiran 19 January 1956 ini mengakui, lewat kaos oblong ia hidup dinamis, dengan trik-trik dan bagaimana menghadapi rintangan.

Terinspirasi dari burung Caladi yang berasal dari bahasa Sunda yang berarti burung pelatuk. Caladi sebagai 5 citra dan 9 cita-cita, lima citra itu menggambarkan karakter sumberdaya manusia yang dimiliki C59 yakni, cakap, cerdik, cermat, cepat, dan ceria.

baca juga:  majalah matra edisi cetak

www.majalahmatra.com

 

Tinggalkan Balasan