Restoran Cahaya Kota, Favorit Soekarno Tutup di Masa Presiden Jokowi

Ada Apa?

Restoran Cahaya Kota, Favorit Soekarno Tutup di Masa Presiden Jokowi

Kalah Bersaing, Restoran Legendaris Cahaya Kota Akan Tutup Operasi

Resto Legendaris Siapkan Menu Favorit Bung Karno

Cahaya Kota Restaurant merupakan restoran legendaris, yang merupakan langganan Presiden Soekarno. Ada mie goreng dan ayam goreng mentega enak berporsi royal di sini.

Restoran Cahaya Kota atau Cahaya Kota Restaurant sudah beroperasi sebelum Indonesia Merdeka. Pertama kali dibuka dengan nama restoran Toeng Kong.

Restoran ini  pada awalnya berdiri di bagian Jalan Prapatan yang sekarang menjadi Patung pak Tani.

Pada tahun 1962 restoran Cahaya Kota tergusur dari sekitar Patung Tani ke Jl Oude Tamarindelaan, yang kemudian berubah nama menjadi Jalan Asem Lama dan kemudian menjadi Jl Wahid Hasjim, yaitu tempatnya yang sekarang.

Nama restoran pun mengikuti aturan pemerintah berubah menjadi Tjahaja Kota. Pada awal tahun 1970-an iklan Tjahaja Kota gencar tayang di TVRI.

Namun mengikuti aturan Ejaan Yang Disempurnakan yang terbit tahun 1974, maka nama restoran berubah lagi menjadi Cahaya Kota.

Restoran Legendaris Cahaya Kota Tergilas Jaman

Lokasi restoran Legendaris Cahaya Kota di Jalan Wahid Hasyim, Gondangdia, Jakarta Pusat.

Manajemen restoran ini sudah memutuskan bahwa restoran yang didirikan sebelum zaman kemerdekaan Indonesia itu perlu berbenah dan mengubah konsep usahanya agar bisa menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman.

Sebagaimana dituturkan Mukian Mulyono, pemilik Restoran Cahaya Kota bahwa jumlah pelanggan yang berkunjung ke restorannya semakin menurun jauh.

Baca juga :  Pemanfaatan Internet di Edukasi Covid 19, Kita Jadi Garda Tedepan Perubahan Perilaku

Pemesan dari berbagai instansi pemerintah juga terus menurun, sehingga pendapatan perusahaan mengalami penurunan tajam.

“Kondisi ini tidak bisa diteruskan, karena pendapatan sudah tidak sebanding dengan biaya operasional restoran, terutama untuk membayar gaji karyawan,” kata Mulyono di Jakarta, kepada Portonews.

Menurut Mulyono, restorannya selama ini banyak mengandalkan pelanggan tetap seperti Istana Negara, Kantor Kementerian, BUMN maupun perusahaan swasta. Dari dulu, Cahaya Kota telah menjadi langganan Istana Negara.

Mulai dari zaman Bung Karno, Presiden Soeharto, Presiden BJ Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden  Megawati Soekarnoputri, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono hingga Presiden Joko Widodo masih menjadi pelanggan tetap.

“Ibu Megawati dan Ibu Puan Maharani malah pernah mampir ke resto Cahaya Kota,” katanya.

Selain itu, banyak artis, budayawan, seniman, tokoh-tokoh masyarakat maupun khalayak umum dan juga orang asing yang mampir menikmati makanan dan minuman di Restoran Cahaya Kota.

Namun belakangan pesanan dari Istana Negara, Kantor Pemerintahan maupun perusahan swasta terus berkurang. Pendapatan turun drastic.

“Hal itu diduga terkait dengan banyaknya muncul restoran baru, baik resto asing maupun resto local dengan berbagai kemudahan dalam  pemesanan online yang membuat pasar Cahaya Kota semakin menurun,” katanya.

Oleh karena itu, kata Mukian Mulyono, dirinya telah memutuskan bahwa restoran Cahaya Kota akan berubah manajemen dan diserahkan kepada anak muda.

“Saya sudah terlalu tua dan anak-anak saya juga tidak ada yang mau melanjutkan bisnis restoran ini,” ujar sang pemilik restoran Cahaya Kota.

Baca juga :  15 Cara Terbukti untuk Mengatasi Trauma dan Menemukan Kembali Kebahagiaan Anda!

“Intinya beralih manajemen dan akan dikelola oleh anak-anak muda yang mempunyai konsep bagus dan pemasarannya memanfaatkan kemajuan zaman,” katanya.

Cahaya Kota Restaurant tutup, akan dikelola anak muda menjadi apa?

Tinggalkan Balasan