MATRANEWS.id — Cara Kerja Otak Pria dan Wanita Dalam Melihat Cinta: Memahami Perbedaan untuk Meningkatkan Hubungan
Pandangan tentang cinta seringkali menjadi sumber ketegangan dalam hubungan pria dan wanita. Perbedaan dalam cara pandang dan kebutuhan biologis seringkali menimbulkan kesalahpahaman yang dapat mengancam keutuhan sebuah hubungan.
Buku “Why Men Want Sex and Women Need Love: Solving the Mystery of Attraction” karya Barbara Pease dan Allan Pease menyoroti perbedaan ini, membantu banyak pasangan menyelamatkan pernikahan mereka dari ambang kehancuran.
Perbedaan ini tidaklah mengherankan, mengingat otak pria dan wanita bekerja dengan cara yang berbeda dalam konteks cinta dan hubungan.
Penelitian oleh Dr. Lucy Brown dari Albert Einstein College of Medicine di New York, bersama dengan rekan-rekannya, telah menggunakan teknologi pencitraan otak untuk memahami perbedaan ini lebih dalam.
Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa ketika seseorang jatuh cinta, baik pria maupun wanita, terjadi aktivasi langsung pada bagian otak tertentu yang terkait dengan emosi dan perhatian, serta rangsangan seksual.
Bagian otak yang disebut Nukleus Caudata dan Ventral Tegmental adalah yang paling aktif ketika seseorang jatuh cinta. Nukleus Caudata terkait dengan ingatan, emosi, dan perhatian, sementara Ventral Tegmental bertanggung jawab untuk melepaskan dopamin, zat kimia yang terkait dengan sensasi kenikmatan dan kegembiraan.
Dalam hal ini, perbedaan antara pria dan wanita menjadi jelas: wanita cenderung lebih mengaktifkan bagian otak yang terkait dengan emosi dan ingatan, sementara pria cenderung lebih fokus pada rangsangan visual dan seksual.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa wanita lebih banyak menggunakan bagian otak yang terkait dengan pengolahan emosi dan memori ketika jatuh cinta, sementara pria lebih banyak menggunakan bagian yang terkait dengan rangsangan visual.
Oleh karena itu, bagi pria, cinta seringkali terkait dengan penampilan fisik dan daya tarik visual, sementara bagi wanita, cinta lebih berkaitan dengan ingatan dan hubungan emosional.
Namun, kesalahpahaman sering muncul ketika harapan yang tidak realistis mengenai cinta dan hubungan merajalela.
Media massa, termasuk film-film romantis dan drama televisi, seringkali memperkuat gambaran yang tidak realistis tentang cinta dan hubungan. Kisah seperti Romeo dan Juliet atau pandangan tentang kehidupan yang bahagia selamanya tanpa masalah cenderung membingungkan dan menyesatkan harapan kita.
Dalam buku ini, Pease dan Pease juga menyoroti bagaimana ekspektasi yang tidak realistis ini dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan.
Pasangan seringkali terjebak dalam pertengkaran karena mengharapkan pasangan mereka menjadi seperti karakter fiksi yang sempurna. Padahal, cinta sejati seharusnya membangun pemahaman, pengertian, dan dukungan satu sama lain.
Karenanya, penting bagi pasangan untuk memahami perbedaan dalam cara otak pria dan wanita bekerja dalam konteks cinta.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan dan keinginan masing-masing, pasangan dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan harmonis.
Buku ini direkomendasikan sebagai bahan bacaan bagi pasangan yang ingin meningkatkan pemahaman mereka tentang perbedaan ini, sehingga dapat mengurangi risiko pertengkaran dan memperkuat keutuhan hubungan mereka hingga akhir hayat.