Pria yang mempunyai nama asli Oey Kian Kok ini, adalah seorang analis bisnis terkemuka di Indonesia. Ia adalah pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia 1980.
MATRANEWS.id — “Ada permasalahan penting yang perlu mendapatkan perhatian, itu kata kuncinya,” ujar Christianto Wibisono tentang pemerintahan sekarang.
Christianto menceritakan titik-titik penting kebijakan ekonomi di Indonesia. Jangan karena KPK lumpuh, korupsi merebak, menjadikan investasi ke Indonesia tersendat.
Menurutnya, Orde Baru 32 tahun berkuasa tapi juga ekonominya bangkrut tahun 1998.
Sekarang sudah lebih 20 tahun Reformasi. “Situasi sekarang, sebagai peringatan untuk menyelamatkan Negara,” ujar pria yang mempunyai nama asli Oey Kian Kok ini.
Chirstianto Wibisono, adalah seorang analis bisnis terkemuka di Indonesia. Ia adalah pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia 1980.
Saat krisis moneter tahun 1998. “Tidak ada yang menyangka rupiah bisa jeblos ke Rp 17.000 per dollar AS,” papar pria yang bersama keluarganya sempat “mengungsi” ke Washington DC, Ibu Kota Amerika Serikat, pasca Tragedi Mei 1998.
Kisah masa lalu, rumah putri tertua Christianto, Yasmin, dibakar massa tak dikenal. Yasmin saat itu sudah memiliki dua anak, masing-masing berusia 1,5 tahun dan beberapa bulan.
Sempat kecewa berat dengan perlakuan rasis yang diterimanya. “Kamu tahu kan, bagaimana saya, sejak 1966 saya ikut berjuang, idealis. Kok seperti ini?” tutur Christianto yang kini tinggal di sebuah apartemen persis di tengah kota Jakarta.
Christianto yang lulusan Universitas Indonesia sempat menjadi pendiri Majalah Express, yang menjadi cikal bakal Majalah Mingguan Tempo. Dia kemudian meninggalkan profesi wartawan untuk mendirikan pusat data bisnis yang pertama di Indonesia.
Pada 10 Juni 1998, dia menerima surat kaleng yang isinya kata-kata kasar dan bernuansa SARA. Christianto Wibisono sempat traumatis dengan Kerusuhan Mei 1998.
“Indonesia butuh warga bangsa yang punya integritas dan kemampuan menegakkan indentitas,” ujar Christianto Wibisono.
Christianto Wibisono sempat traumatis dengan Kerusuhan Mei 1998.