MATRANEWS.id — Apa hebatnya telepon genggam salah satunya adalah kemampuannya menerobos kendala ruang dan waktu komunikasi. Di mana pun, kapan pun, Anda bisa dihubungi dan menghubungi sejauh jangkauannya memungkinkan dan, tentu saja, selama telepon berada dalam genggaman.
Kendati benda kecil ini begitu banyak memberikan kemudahan, sopan santun bertelepon genggam tetap ada.
Tambahan pula, telepon gengam alias hand phone (HP) atau pun telepon seluler (ponsel) bukan sekedar alat komunikasi, tapi juga alat sosialisasi.
Dalam hal tata karma, aturan-aturan dasar berponsel, sebetulnya, sama saja dengan bertelepon biasa.
Menurut pakar etiket Caroline Sekarwati, salah satu kendala yang kerap kita jumpai di Indonesia adalah orang tidak memanfaatkan telepon genggam sebagaimana mestinya.
Ponsel dijadikan alat untuk ngontrol, bergosip, dan berbicara di tempat umum dalam suara keras, dihidupkan pada acara formal, dan sebagainya
Perilaku ini, menurut Caroline, tidak sesuai dengan sopan santun ataupun manfaat yang seharusnya. “Sekarang Anda bayangkan. Seseorang sedang menikahkan putrinya.
Di tengah acara yang begitu khusyuk, tiba-tiba ada telepon bordering dan si tamu berbicara keras-keras hingga membuyarkan suasana sakral yang sedang berlangsung.
Apa si tuan rumah tidak seperti merasa ditampar mukanya?” ujar direktur Sekolah Pengembangan Pribadi John Robert Powers itu.
Berikut ini saran tip bertelepon genggam:
•Gunakan hanya pada kesempatan yang amat perlu, misalnya menghubungi seseorang yang tidak ada di tempat. Bila itu menyangkut orang yang belum dikenal, kontak dulu sekretarisnya.
Tanyakan, apakah orang yang akan Anda hubungi itu boleh dikontak lewat ponselnya. Sebab, pada dasarnya, telepon genggam merupakan sesuatu yang bersifat pribadi.
•Perhatikan dan waktu menggunakan hand phone. Sering kita lihat kejadian yang menjengkelkan dalam hubungan dengan perilaku orang bertelepon genggam.
Mereka tetap menghidupkan teleponnya pada kesempatan formal seperti saat akad nikah, upacara duka cita, pergelaran musik opera, atau pertunjukan teater.
•Matikan Telepon saat sedang menjamu orang, baik dalam jamuan bisnis maupun pribadi. Biarkan saja telepon itu bersama sekretaris atau sopir, atau orang yang bisa Anda percayai untuk menerima dan mencatat pesan-pesan penting. Namun, bila keadaanya benar-benar memaksa Anda membawa serta telepon tersebut dan memang ada panggilan telepon masuk, larilah sebentar ke sudut yang sepi. Lalu, berbicaralah seperlunya dalam suara yang tidak menarik perhatian orang.
•Jangan berbicara berlama-lama. Bertelepon itu pada dasarnya harus singkat, jelas dan akurat. Jadi, sebaiknya Anda memakainya tidak lebih dari lima menit, kecuali ada hal yang sangat penting atau Anda berada di suatu daerah yang betul-betul tidak ada alat komunikasi lainnya. Sebab beban pulsa telepon genggam tidak hanya ditanggung oleh yang menelpon, tapi juga oleh yang menerima.
•Bila menghubungi orang penting, apakah boleh langsung menghubungi tokoh itu bila Anda sudah memiliki nomor teleponnya?
Sebaiknya tetap saja menghubungi dulu pembantu terdekatnya, entah sekretaris entah asistennya.
Dengan demikian, si tokoh lebih siap saat menerima dan membicarakan masalah yang akan Anda utarakan.
Pada saat berbicara, Anda boleh menanyakan, apa kiranya Anda diperbolehkan menghubunginya langsung di lain kesempatan bila ada sesuatu yang benar-benar penting,
Menurut Caroline, memiliki hand phone tanpa diikuti pengetahuan menggunakannya sama saja dengan bersantap di sebuah jamuan resmi tanpa tahu aturan mainnya. Dengan demikian, pengetahuan tentang tata cara amat perlu untuk menghindari sikap keliru yang justru akan membuat malu.
Lalu, kenapa ada yang nekat menghidupkan HP kendati jelas ada larangan terpasang di situ? “Memang ada saja yang gemar menarik perhatian orang lain dengan segala cara,” Caroline mengungkap.
Dilihat dari manfaatnya, telepon genggam memang hebat. Tapi Anda tak perlu merasa hebat saat menggunakannya. Sebab, di Negara maju, jangankan eksekutif, tukang daging atau tukang sayur pun sudah biasa bercas-cis-cus lewat telepon genggam.