Curhat Rhenald Kasali: “Generasi Strawberry”

Curhat Rhenald Kasali: “Generasi Strawberry”

MATRANEWS.id –– “Saya ajak Anda menjelajah ke wilayah-wilayah baru dalam dunia pendidikan.

Beberapa hari lalu saya menemani mahasiswa-mahasiswa saya yang meluncurkan buku mereka: 30 Paspor.

Buku ini berisi “curhat” dan sharing pengalaman mahasiswa di kelas saya yang saya ajak kesasar di luar negeri.

Mereka harus mengurus dokumennya sendiri, pergi sendiri, tak boleh didampingi orang tua atau kerabatnya, merasakan betapa sulitnya hidup di negeri orang.

Mereka juga harus bergaul dan beradaptasi dengan orang-orang di negara tersebut.

Ada perbedaan bahasa dan budaya karena mereka dilarang pergi ke negeri yang bahasa dan budayanya mirip dengan kita.

Sepulangnya dari luar negeri, saya lihat mereka kini menjadi percaya diri, ulet, sangat mandiri, dan lebih mampu mengatasi masalahnya sendiri.

Mereka juga menjadi lebih toleran dalam menghadapi perbedaan.

Kini saya bisa dengan bangga menyebut mereka sebagai driver yakni orang-orang yang mampu bersikap dan mengambil keputusan.

Para driver inilah yang kelak mampu menjadi penentu nasib orang lain terutama para passenger-nya.

Ternyata, kalau diajak untuk menempa diri, para mahasiswa yang selama di sini saya lihat manja, enggan menghadapi kesulitan, takut menghadapi situasi yang tidak menentu, bisa juga menjadi sekeras baja.

Rupanya saat kesasar, menghadapi beragam kesulitan, simpul-simpul syaraf berpikir manusia dipaksa bekerja lebih keras dan menjadi lebih hidup.

Lantas apa hubungannya dengan strawberry?

Strawberry dan Sikat Gigi

Membayangkan mereka yang kesasar tadi, saya teringat dengan pandangan para eksekutif banyak negara Asia tentang strawberry generation yang kurang lebih seusia dengan mereka.

Baca juga :  Ini dia Promotor kesuksesan dibalik konser The Great Journey of Noah, spesial 11 tahun NOAH di Bandung

Dari bentuknya dan warnanya, strawberry itu menawan. Namun, di balik keindahannya, ia ternyata begitu rapuh.

Cobalah pakai sikat gigi untuk menyikat strawberry.

Pasti bagian luar strawberry tersebut mudah rusak. Padahal sikat gigi itu cukup lembut untuk gigi kita.

Itu adalah ilustrasi dari strawberry generation. Sebuah subset dari suatu generasi yang rapuh meski terlihat indah.

Mudah hancur dan sakit hati. Generasi yang lebih tua bahkan menyebutnya sebagai generasi yang mudah kecewa.

Akibat itu, hubungan baiknya dengan para mentor mudah rusak. Tak sedikit strawberry generation yang begitu mudahnya menuding para senior sebagai penyebab depresi.

Generasi ini, kalau gemblengan di rumahnya dulu kurang begitu kuat, juga mudah galau.

Banyak berhalusinasi dan enteng mengungkapkan kegalauannya ke mana-mana, termasuk ke teman-temannya.

Sebagian besar menyalurkannya melalui media sosial. Mereka memasangnya sebagai status di berbagai gadget– nya. Daya lepasnya setajam kerikil yang dihentak katapel dan kena kepala kita.

Generasi Kreatif

Rasanya tidak adil kalau kita hanya melihatnya sisi negatifnya. Selain kelemahannya tadi, generasi strawberry  juga unik dan lebih terbuka.

Mereka kreatif. Di dalam benaknya tersimpan banyak sekali gagasan, termasuk yang paling liar sekalipun, kritis, dengan kemampuan connecting the dots yang begitu luwes.

Banyak anak muda yang kakinya jauh lebih ringan ketimbang generasi saya yang banyak beban dan lebih besar rasa malunya untuk tampil. Sebagai orang tua, saya selalu ingin belajar memahami mereka.

Baca juga :  Yayasan Allianz Peduli Gelar Konser Musik Lifechanger

Saya pernah hadir dalam sebuah rapat di suatu perusahaan yang mengalami deadlock.

Di tengah kondisi tersebut, seorang pria muda melontarkan sebuah gagasan yang out of the box.

Saya agak terperangah dengan idenya. Segera setelah itu banyak yang melontarkan kritik, baik positif maupun yang asbun.

Namun, setelah penanya terakhir yang nadanya amat menyerang, wajah anak muda tadi cepat berubah. Dia terlihat tidak bisa menerima.

Saya mencoba menengahi. Sejatinya saya terkagum-kagum dengan gagasannya yang betul-betul out of the box.

Itu sebabnya saya tidak tahan untuk tidak memberikan pujian. Direksi menjelaskan anak muda tadi termasuk salah satu bintangnya. Wajar kalau diberi tantangan.

Setelah lulus dari perguruan tinggi terkenal, beberapa bulan lalu ia langsung bergabung dengan perusahaan.

Direksi tadi lalu memanggil sang anak muda dan memperkenalkannya kepada saya. Kami lalu berbincang selama beberapa saat.

Beberapa bulan berlalu sejak rapat tersebut, suatu siang ketika makan di sebuah restoran saya bertemu kembali dengan si anak muda tadi.

Tapi, sejenak kemudian anak muda tadi bercerita bahwa dia sudah meninggalkan perusahaan tadi pindah ke perusahaan baru.

Saya kaget dan bertanya, “Mengapa?” Ia bercerita tentang rasa tidak nyamannya karena merasa diserang dalam rapat yang lalu.

Saya tertegun.

Bagi saya, diserang kiri-kanan dalam sebuah rapat adalah hal biasa.

Tapi, rupanya tidak bagi anak muda tadi.

Baca juga :  Paus Kogoya (Ketua Adat Lapago): "Kami Dipermainkan. Dijanjikan, Tapi Tak Pernah Bertemu Presiden Jokowi."

Betapa rumitnya medan yang saya hadapi dalam karier, saya bisa bertahan hampir 30 tahun sebagai pendidik. Tidak sadar, kadang saya tersenyum: lama juga ya?

Kiat Menghadapi

Kita bisa menemukan anak-anak muda semacam itu pada banyak perusahaan.

Apa jadinya jika perusahaan Anda banyak mempekerjakan mereka?

Tahukah Anda, mendapatkan good passenger dari generasi ini lebih baik daripada menyimpan bad driver?

Mereka jelas tak bisa dikelola dengan cara-cara lama.

Maka, pertama-tama bangun dulu mental mereka, jangan fokus pada hardskill mereka seperti pengetahuan atau bidang khusus pekerjaannya.

Fokuslah pada mental mereka. Jadikan mereka pribadi yang tangguh.

Bangunkanlah kesadaran bahwa mereka bukan passenger.

Kedua, jangan pernah membayangkan uang akan memuaskan mereka.

Anak-anak ini kalau bisa diputar mentalnya, akan menjadi pribadi yang suka menghadapi tantangan.

Maka itu, setelah diputar, berikan kepercayaan.

Beri mereka proyek-proyek penting, yang membuat mereka mampu belajar dan upgrade diri sehingga mereka merasa ikut berkontribusi terhadap keberhasilan perusahaan.

Ketiga, dampingi pengambilan keputusannya agar mereka tahu membaca arah.

Keempat, kalau dia keras kepala dan susah dikendalikan, jangan terlalu bersedih kehilangan anak-anak yang kreatif itu.

Adakalanya itu cerminan dari pembentukan masa lalunya yang memang rapuh. Orang yang pintar harus punya ketangguhan juga self discipline.

Tetapi, yang bagus sekalipun punya pola “terbang” yang tidak sama dengan generasi Anda. Jadi pahamilah subset dari generasi baru ini.

 

Tinggalkan Balasan