Dibalik Kisah Tenggelamnya KRI Nanggala-402

Dibalik Kisah Tenggelamnya KRI Nanggala-402

Kemungkinan saat menyelam statis terjadi black out sehingga kapal tidak terkendali dan tidak dapat dilaksanakan prosedur kedaruratan (harusnya ada tombol darurat untuk menghembus supaya kapal bisa timbul ke permukaan.

KRI Nanggala memiliki berat selam 1,395 ton. Dengan dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter. Ditenagai oleh mesin diesel elektrik, 4 diesel, 1 shaft menghasilkan 4,600 shp. Sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 21,5 knot.

Kapal selam ini merupakan kebanggaan kita. Walau  berkategori bekas pakai, tapi kapal selam ini telah memperkuat armada TNI AL. Telah beberapa kali terlibat dalam latihan gabungan.

Di 2002 melakukan latihan bersama TNI AL-US Navy, CARAT-8/02 di perairan Laut Jawa, Selat Bali dan Situbondo.

Dalam Latihan Operasi Laut Gabungan (Latopslagab) 2004 di Samudera Hindia, melaksanakan Operasi Siaga Tempur Laut meliputi pencegahan/penangkalan dan penindakan pelanggaran wilayah perairan yuridiksi nasional Indonesia kawasan Timur dalam rangka mendukung Tupok TNI.

Sebagai unsur bawah air yang mempunyai efek tangkal yang sangat tinggi kehadiran KRI Nanggala-402 efektif dalam mendukung operasi siaga tempur di bawah Komando Utama Panglima TNI.

Info yang didapat Majalah MATRA, Nanggala telah gagal melaporkan statusnya setelah melakukan latihan penembakan torpedo di daerah latihan kapal selam AL di laut Bali.

Hilang kontal sekitar 95 km (51 mil laut) di utara Pulau Bali. Kedalaman laut di lokasi hilangnya kapal selam dilaporkan mencapai 700 meter (2300 ft).

Baca juga :  Marinir TNI AL Berhasil Melaksanakan Evakuasi

Saat dilaporkan hilang, Nanggala membawa 53 awak, dengan Harry Setyawan sebagai awak yang memiliki pangkat tertinggi.

Merupakan kapal selam kedua dalam jenis kapal selam kelas Cakra dan dibawah kendali Satuan Kapal Selam Komando Armada RI Kawasan Timur.

Kapal ini merupakan kapal kedua yang menyandang nama Nanggala dalam jajaran TNI AL. Mempunyai motto Tabah Sampai Akhir. KRI Nanggala termasuk dalam armada pemukul TNI Angkatan Laut.

Semua kapal perang TNI Angkatan Laut didahului dengan inisial KRI yang berarti Kapal Perang Republik Indonesia. Untuk kapal Nanggala dibangun th.1977 di HDW Jerman dan masuk jajaran TNI AL th.1981. Dalam pelayaran ini kondisi material dan personel siap.

Terjadinya tumpahan minyak disekitar area tenggelam, kemungkinan terjadi kerusakan tangki BBM (retak) krn tekanan air laut atau pemberian sinyal posisi dari KRI NGL-402.

Kadispenal Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono. CHRMP.

Saat dikonfirmasi, Kadispenal Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono. CHRMP membenarkan kejadian itu.  Di saat KRI Nanggala 402 sedang melaksanakan latihan penembakan Torpedo.

Julius mengatakan, selanjutnya “peristiwa hilang kontak” kapal perang TNI AL dilaksanakan produser pencarian oleh satgas KRI REM, KRI GNR dan DPN dengan menggunakan solar aktif. Juga dilaksanakan pengamatan udara, yang diperkirakan kapal jatuh pada kedalaman 600-700 m.

Analisa sementara,  kemungkinan saat menyelam statis terjadi black out sehingga kapal tidak terkendali dan tidak dapat dilaksanakan prosedur kedaruratan (harusnya ada tombol darurat untuk menghembus supaya kapal bisa timbul ke permukaan.

Baca juga :  Laksamana Madya (Pur) Dr. TNI Desi Albert Mamahit, MSc: "Memang Perlu Sinergitas Antar Instansi."

Julius menegaskan, personil TNI AL terus melakukan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk mendukung kekuatan angkatan bersenjata. Alutsista lawas juga terus dirawat dengan baik.

baca juga: majalah eksekutif edisi Mei 2021

 

 

 

Tinggalkan Balasan