MATRANEWS.id — Seorang pria menikahi seorang gadis cantik. Wow sangat cantik. Dia sangat mencintainya. Suatu hari sang gadis itu terkena penyakit kulit. Perlahan-lahan, sang perempuan cantik itu mulai kehilangan kecantikannya.
Waktu berjalan. Sang suami mengalami musibah. Saat dari pergi keluar kota. Saat dalam perjalanan kembali pulang ke rumah mengalami kecelakaan.
Musibah kecelakaan itu, menjadikan sang suami disebut kehilangan penglihatannya, alias buta.
Sang istri tabah, mendapati suami yang buta. Sementara dirinya kehilangan kecantikan, karena penyakit kulitnya itu.
Waktu berjalan, kehidupan pernikahan mereka berlanjut seperti biasa. Padahal, seiring berlalunya hari, sang istri kehilangan kecantikannya secara bertahap.
Apakah sang suami yang buta dan tidak mengetahui hal ini?
Nyatanya, tidak ada perbedaan dalam kehidupan rumah tangga mereka. Suaminya terus mencintainya dan dia sangat mencintai sang istri.
Suatu hari, istrinya meninggal dunia.
Kematiannya membawa kesedihan yang mendalam bagi semua, terutama sang suami.
Dia menyelesaikan semua ritual terakhirnya dan ingin meninggalkan kota itu.
Ada seorang pria, yang merupakan sahabat dari suami itu. Yang baru kehilangan istri, dari belakang memanggil dan berkata,”Bagaimana kamu bisa berjalan sendirian? Selama ini istrimu selalu menolongmu”.
Apa yang dijawab?
“Aku tidak Buta.”
“Aku bertindak, seakan buta. Karena jika istri aku tahu, bahwa aku bisa melihat kondisi kulitnya, itu akan lebih menyakitkan daripada penyakitnya.”
“Aku tidak mencintainya, hanya karena kecantikannya.”
“Melainkan, aku jatuh cinta dengan sifat penyayang dan kasihnya.”
“Jadi, selama ini aku berpura-pura menjadi buta.”
“Aku hanya ingin membuatnya bahagia”.
Pesan Moralnya adalah: Ketika Anda benar-benar mencintai seseorang, Anda akan pergi sejauh manapun untuk membuat orang yang Anda cintai bahagia.”
Dan terkadang, ada baiknya kita bersikap buta dan mengabaikan kedatangan singkat satu sama lain agar bisa bahagia.
Keindahan akan pudar seiring waktu, tetapi hati dan jiwa akan selalu sama. Kasih. persahabatan manusia demi Allah” yang “mempersatukan kita dengan Allah”.
Cintainlah orang itu apa adanya dari dalam, bukan dari Luar.
Larry Young
BACA JUGA: majalah EKSEKUTIF edisi November 2022, klik ini