MATRANEWS.id — Perhatikan keseharian generasi Y dan generasi milinial. Bagi yang melek teknologi (rata-rata berusia 20-35-an tahun), suka dengan smartphone sebagai sumber informasi.
Tapi, bagi yang generasi di atas 40 tahun, masih cenderung menyukai dan memilih media cetak sebagai sumber informasi.
Perbedaan yang mencolok itulah yang kemudian memunculkan penggolongan generasi. Ada lima generasi di dunia yang masih eksis.
Yang pertama adalah Baby Boomer Generation yang lahir pada rentang waktu 1946-1954.
Dinamakan demikian karena pada rentang waktu tersebut terjadi ledakan kelahiran atau banyaknya kelahiran. Generasi ini dikenal akan sikapnya yang menentang nilai-nilai tradisional.
Generasi ini memiliki sifat yang orientasinya pada misi (mission oriented) dan layanan (service oriented), serta mau bekerja ekstra. Generasi setelahnya adalah Generation Jones yang lahir antara tahun 1955 dan 1965.
Dikenal sebagai orang memiliki sifat cemas juga menyenangkan. Cenderung tidak menyukai status quo atau hal yang monoton.
Generasi X atau Generation X (kelahiran 1966-1976)
Dipandang sebagai generasi yang mandiri, cerdas, dan kreatif.
Kata X pada generasi ini dipopulerkan novel yang berjudul Generation X: Tales for an Accelerated Culture yang ditulis Douglas Coupland.
Semangat “Do It Yourself” berperan dalam pembentukan cara pandang dan karakter mereka. Mendapatkan pendidikan tinggi dan sanggup menyelesaikan tugas dengan baik. Namun, generasi ini bisa dibilang golongan bermental konsumerisme (consumer mentality).
Generasi Y atau Millenial Generation (kelahiran 1977-1994)
Rasa percaya diri, optimistis, ekspresif, bebas, dan menyukai tantangan tercermin dari generasi ini.
Terbuka terhadap hal-hal baru dan selalu ingin tampil beda dari yang lain. Mereka benar-benar menggunakan kreativitasnya untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Generasi ini menyukai suasana kerja yang santai dan mampu mengerjakan beberapa hal secara bersamaan (multitasking).
Mereka termasuk peduli terhadap gaya (style) dan cepat beradaptasi dengan teknologi. Sayangnya, generasi ini gampang bosan dan loyalitasnya dalam urusan pekerjaan terbilang kurang.
Generasi Z (kelahiran 1995-2012)
Lahir saat penggunaan komputer, internet, dan smartphone sedang marak.
Tak heran jika generasi ini begitu akrab dengan penggunaan teknologi digital serta media sosial.
Generasi ini memiliki pemikiran yang terbuka (open-minded). Spontan dalam mengungkapkan yang dirasakan dan dipikirkan. Mereka adalah generasi yang paling terhubung, terdidik, dan termutakhir.
Di zaman dulu, orang menciptakan kapak untuk menebang pohon, tombak untuk memburu binatang yang akan dimakan, pisau untuk memudahkan memotong binatang.
Semua fokus penemuan adalah perpanjangan “fisik” kita. Dapat menumbangkan pohon yang dulunya belum bisa, sekarang bisa. Memburu binatang dengan lebih mudah. Perpanjangan tangan dan kaki kita.
Begitupun penemuan sepeda, untuk menggantikan kaki yang berjalan jauh melelahkan. Panah, pisau, meriam, mobil, kapal, semuanya adalah ekstensi “physical need” kita. Hubungan eksternal diri kita ke alam.
Di zaman sekarang kita memiliki handphone yang bisa terhubung ke teman di Jerman dengan langsung, terhubung dengan 500 teman lain dengan Facebook, memahami informasi yang kalau dicetak bisa sepuluh gudang dan dilipat dimasukkan dalam harddisk kita.
Kebutuhan untuk membuat laporan keuangan dengan cepat dalam proses komputer. Semua ini adalah perpanjangan “mental” kita, hubungan internal diri kita dengan dunia luar. Bukan kebutuhan fisik lagi.
Perubahan ini membuat orang yang kuat seperti Hercules dulu sangat berharga, sekarang orang genius seperti Steve Jobs yang sukses. Dari fisikal ke mental. Perubahan dari kebutuhan fisik eksternal kita, menjadi kebutuhan mental internal kita.
Perubahan lain adalah dari ukuran atau fisik, menuju nilai.
Dulu yang hebat adalah Piramida Mesir, Great Wall China, sekarang menuju pada penemuan DNA, google, amazon, Facebook, Wall Street, saham, yang tidak kelihatan fisiknya.
Ukuran besar bukan lagi menjadi hal terpenting. Kekuatan mata uang dollar, yang bukan lagi fisik, menjadi kekuatan terbesar dunia. Dari ukuran dan kemegahan, menjadi nilai.
Dari simple, menjadi kompleks. Dulu samurai adalah senjata sederhana yang terhebat, sekarang bom bisa dalam bentuk apa saja dengan kemampuan membunuh beribu kali lipat.
Segala hal baru adalah kompleks.
Zaman batu membuat alat pembunuh hewan dari lempengan batu, dikerjakan satu orang. Sekarang sebuah mouse komputer dikerjakan oleh kompleksitas puluhan/ratusan pabrik (penimba minyak supaya jadi plastik, pembuat per, teknologi digital dan seterusnya).
Di zaman kerajaan Romawi, konon Raja memiliki 650 tukang masak untuk menyiapkan makanan kerajaan.
Sekarang ketika Anda pesan di Mc Donald, satu hamburger adalah kombinasi karya jauh lebih dari 650 orang diseluruh dunia. Kompleks, tapi kelihatannya sederhana, dan tetap relatif murah.
Perubahan zaman membuat perpanjangan tubuh menjadi perpanjangan mental, besar menjadi nilai, dan simple menjadi kompleks. Yang terpenting menciptakan produk atau service yang mempunyai nilai besar, sulit dan kompleks, dan lebih memuhi kebutuhan mental kita.
Dan untuk menjadi sukses di zaman sekarang, kembali pada formula : Sulit, Langka, Berguna. Buatlah kompetensi Anda untuk mengerjakan hal-hal yang sulit, langka, dan memberi value besar bagi banyak orang. Selamat menikmati zaman baru. Salam sukses untuk Anda. (*)
baca juga: majalah Matra edisi cetak — klik ini