Saat ini pemilik Gojek adalah PMA yang arus modalnya di pooling di Investment company di Singapore.
MATRANEWS.id — Ada empat startup Indonesia yang kini diklaim Singapura. Jawabnya, memang demikian adanya.
Ketika empat perusahaan asal Indonesia, yang sudah bermetamorfosis itu menjadi Unicorn. Mereka mendapat kucuran dana besar-besaran.
Berdasarkan riset Google dan Temasek, empat perusahaan itu tercatat, berasal dari Singapura, bukan sebagai investasi asal Indonesia.
Diklaim milik Singapura, pasalnya, investasi itu induknya di Singapura ketika disebut Unicorn.
Dari negara Singapura, barulah perusahaan induk membayar vendor untuk sewa kantor, leasing, dan sebagainya ke negara Indonesia.
Perlu dicatat, arus modal yang masuk ke Indonesia, bukan investasi tapi sekedar berupa pembayaran.
Unicorn adalah sebutan bagi startup yang valuasi usahanya minimal USD1 miliar.
Selangkah lagi ada perusahaan yang akan “naik kelas” menjadi decacorn, yaitu startup dengan valuasi USD10 miliar ke atas.
“Saya membaca riset google-temasek itu dari sisi pemilik saham pengendali, jadi ya itu secara saham ya milik pengendalinya. Yang berbasis di Singapura,” jelas Yanuar.
Digital Ekonomi.
Nadim Makarim sebagai WNI yang mampu melahirkan Gojek, tak bisa dibantah dia orang Indonesia dan melahirkan karya meciptakan digitalisasi proses bisnis khas Indonesia ke ranah Digital.
“Penemu (inventor) yang menjadi istilahnya Founder dari start up,” ujar Yanuar Rizki.
Di Tokopedia, hanya ada satu investor lokal di perusahaan ini, yaitu Indonusa Dwitama, pemodal pertama Tokopedia serta menjadi bagian tak terlepaskan dari sejarah awal perjalanan e-commerce yang didirikan William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison ini.
Tokopedia menerima dana dari Alibaba Group (China) dan Softbank Vision Fund (Inggris) senilai USD1,1 miliar. Traveloka, juga berkembang dengan kucuran dana dari investor AS, China, Jepang, dan India.
Yanuar menjelaskan, ekonomi, yang paling mendasar adalah teori soal kebutuhan, dimana ada yang memproduksi (industri, suply side) dan ada yang mengkonsumsinya (masyarakat konsumen, demand side).
“Apa itu teori ekonomi, ya soal harga keseimbangan (ekulibrium) antara suply dan kemampuan daya beli,” masih menurut Yanuar yang kemudian mengutip basis “konsumen adalah raja” harus dipenuhi hasratnya soal harga murah dan mudah.
Persaingan sisi suply selalu mendorong ke arah menurunkan harga pokok. Di situlah, teknologi mengambil peranan penting dalam revolusi proses bisnis di Industri.
Era berganti, mekanisasi dan leader teknologi pabrikasi bergeser ke isu digitalisasi. Pada dasarnya, kan sama aja dengan teknologi sebuah proses rantai dari industri ke konsumen bisa dipersingkat dengan teknologi.
Gojek bermain di sisi distribusi, bukan membangun industri.
Tapi, “Seperti di awal kita harus apresiasi seorang Nadim dia bisa membuat arus logistik, dan menyerap pengangguran yang kerjanya nunggu order mendapat pasar (market place).”
Yanuar bercerita di medsos, temuan yang Indonesia banget itu membesar. Sama halnya dengan para inventor maka dia akan mendapat keuntungan dari valuasi temuannya.
“Gojek adalah perusahaan yang terdaftar di Indonesia dengan nama PT Aplikasi Karya Anak Bangsa,” demikian pernyataan tertulis Gojek.
Nadim melepas temuannya, masuklah pemilik modal asing. Jadi, secara korporasi yang punya saham (pemilik) ya asing itu ditempat korporasinya terdaftar.
“Saya membaca riset google-temasek itu dari sisi pemilik saham pengendali, jadi ya itu secara saham ya milik pengendalinya. Yang berbasis di Singapura,” jelas Yanuar.
Untuk founder, Nadim seorang WNI. “Ralat yang mengatakan perusahaan PMA di Indonesia, juga tidak salah,” ujar Yanuar. Karena, “Perusahaan beroperasi di Indonesia, maka operasional company terdaftar di Indonesia dengan status PMA.”
Tapi, “Jika kalau metodenya ditanya, siapa PMA pemilik pengendali modal ya, di Singapore.”
Valuasi temuan inilah yang masuk ke dunia pasar modal, dimana trennya selalu sama soal memutar uang yang menganggur dari orang-orang kaya, yang notabene digarap oleh para mediator di negara maju.
“Itu kenapa kalau mau maju, jangan anti investasi asing menjadi dogma yang berkembang,” ujar Yanuar.
Investasi mereka senantiasa disalurkan untuk pengembangan usaha dan ekosistem di Indonesia.
Yanuar Rizky menjelaskan, bahwa saat ini pemilik Gojek dan perusahaan yang sudah menjadi unicorn itu, adalah PMA yang arus modalnya di pooling di Investment company di Singapore.
“Soal bahwa memanfaatkan kue konsumsi yang besar di Indonesia, tapi kuasi dana akan ikut ke pengendalian dana asing adalah isu klasik,” demikian pengamat pasar modal ini menjelaskan dengan gamblang.
Jika ini persoalan filosofis yang akan ngeri-ngeri sedap jika pertanyaan diajukan kepada pejabat yang menurut cita-cita founding father. “Apakah bangsa ini bangsa budak?”
Realitasnya, #kendaliArusUang di negara berkembang seperti itu.
“Hidup soal berbagi dan optimis aja,” Yanuar mengucap sambil tertawa lebar.
baca juga: majalah MATRA edisi cetak — klik ini
“Saya membaca riset google-temasek itu dari sisi pemilik saham pengendali, jadi ya itu secara saham ya milik pengendalinya. Yang berbasis di Singapura.”
“Ralat yang mengatakan perusahaan PMA di Indonesia, juga tidak salah. Perusahaan beroperasi di Indonesia, maka operasional company terdaftar di Indonesia dengan status PMA.”