“First they ignore you, then they laugh at you, then they fight you, then you win.”
- Mahatma Gandhi (1869-1948)
(Awalnya mereka mengabaikan Anda, kemudian mereka menertawai Anda, selanjutnya mereka akan mengajak rebut Anda, dan akhirnya Anda akan menang.)
Tentang Tragedi
“Tragedy is when I cut my finger. Comedy is when you walk into an open sewer and die.”
- Mel Brooks
(Sebuah tragedy itu kalau jari saya teriris. Komedi adalah kalau Anda tercebur ke dalam sumur dan mati.)
Tentang Menjadi Filsuf
“My advice to you is: get married. If you find a good wife you’ll be happy; if not, you’ll become a philosopher.”
- Socrates (470-399 B.C.)
(Nasehat saya kepada Anda adalah: segera saja menikah. Kalau Anda mendapat istri yang baik, Anda akan bahagia. Tetapi kalau tidak, Anda akan menjadi filsuf.)
9 Jurus Menang Debat
Perdebatan tidak sepenuhnya logis atau rasional. Aspek emosi juga berperan. Nah, untuk “memenangkan” perdebatan, fahami dulu cara berpikir lawan debat. Berikut 9 jurus agar “menang” (menguasai) perdebatan.
1. Harus Selalu Sopan
Perdebatan tak selalu rasional-logis. Untuk itu, hormati cara berpikir lawan debat Anda – walau itu tak logis sama sekali. Jika lawan sudah merasa dihargai, artinya terjalin koneksi emosional, barulah Anda bisa mengikis argumen lawan dengan logika sebagai alat.
2. Jangan Berusaha “Menang”
Tak perlu Anda “membantai” lawan bicara Anda. Jika gagasannya absurd atau aneh, coba setuju saja dengan dia lalu kembangkan idenya hingga sampai pada kesimpulan aneh atau absurd. Mati sendiri kan dia.
- Tanya Bagaimana, Bukan Mengapa
Pertanyaan mengapa (why) mengacu kepada keyakinan ideologis sementara bagaimana (how) menyangkut teknis impelementasi keyakinan tadi. Why memicu rasa paling benar, how bersifat pragmatis sehingga lebih bisa bergeser pandangannya.
4. Tindak Lanjut Terus
Jika argumen Anda ditolak mentah-mentah, jangan menyerah. Tunggu kesempatan lain. Jika muncul peluang, ajukan lagi argumentasi Anda dengan jurus sedikit beda. Terus saja lakukan itu sampai lawan debat tak mendebat lagi. Diamnya dia berarti Anda menang.
5. Gunakan Pertanyaan Terbuka
Pertanyaan terbuka membantu mengubah perdebatan tajam (kompetitif) menjadi diskusi mencari solusi (kooperatif). Pertanyaan terbuka hadirkan titik temu. Pertanyaan tertutup mencari-cari salah.
6. Bersikap Yakin (Confident)
Orang tidak reseptif pada orang (argumen) paling pintar. Kebanyakan orang berrespons pada orang (argument) yang dianggapnya benar. Itu mengapa kadang suara pakar tidak didengar, karena ada suara kiai yang diyakini lebih benar.
7. Gunakan Grafik & Ilustrasi
Kebanyakan orang percaya pada ilmuwan. Menggunakan grafik-grafik dalam argumen Anda akan terkesan lebih ilmiah. Jadi itu suatu advantage.
8. Yang Lain Setuju Anda
Untuk yakinkan lawan debat, tunjukkan banyak pihak lain yang setuju dengan argumen Anda. Ini namanya social proof, yakni semacam endorsement dari pihak yang kredibel.
9. Jangan Hanya Anekdot; Pakai Konsensus
Berargumen dengan memakai kisah atau cerita sebagai analogi sudah tidak laku. Zaman sekarang orang butuh bukti. Kalau tidak (ada), dicap hoax. Itu sebabnya “konsensus para saintis” amat ampuh dalam menunjang argumen Anda. Cari sisi yang ada konsensusnya.
5 Tips Perusahaan Start-Up
Berikut lima ajaran Steve Jobs (pendiri Apple) terkait perusahaan baru berdiri (start ups):
1. People can’t tell you what they need.
Wirausahawan sukses menyajikan produk yang belum tentu bisa dibayangkan oleh pasar sebelumnya. Pasalnya, pasar (konsumen) belum tentu bisa menceritakan secara baik, apa yang mereka butuhkan atau apa yang mereka inginkan.
2. Experts can’t tell you what to do.
Pakar paling jago menguraikan apa yang kurang dari sesuatu. Mereka jagonya ngeritik, tetapi tak bisa kasih tahu cara membenahi kekurangan atau membetulkan kerusakan.
3. The action is on the next curve.
Inovasi dan kewirausahaan (entrepreneurship) dua sisi dari sekeping uang logam. Inovasi dan semangat wirausaha akan optimal bila dipakai guna menghadirkan perubahan terbaru – bukan yang sekadar baru.
4. Design counts.
Desain itu penting bagi keberhasilan suatu produk. Tak cukup produk itu fungsional atau murah harganya. Tampilannya juga harus menggugah emosi (menyenangkan).
5. Value is not the same thing as price.
Jangan terpusat perhatiannya pada harga. Penentuan harga jangan asal murah atau mahal. Pertimbangkan aspek nilai dari produk atau jasa yang ditawarkan. Kalau nilainya (value) besar, konsumen pasti rela bayar harga tinggi. Aspek kegunaan, manfaat, prestise, elegan, dan penghormatan pada nilai-nilai lebih luas turut membentuk harga.