Kuburan Kereta Terbakar di Purwakarta

Kuburan Kereta Terbakar di Purwakarta

BREAKING NEWS! Kuburan Bangkai Kereta di Purwakarta Terbakar

MATRANEWS.id — Saat merentasi perjalanan dengan naik kereta api Argo Parahyangan, jurusan Jakarta-Bandung, kita akan menjumpai Stasiun Purwakarta sebagai titik berhenti di tengah perjalanan.

Suasana yang sejuk dan hening menyambut para penumpang yang singgah sesaat untuk menatap keluar dari jendela gerbong kereta, mengamati Stasiun Purwakarta dari sudut pandang yang terbuka.

Stasiun Purwakarta, dengan letaknya yang mencapai ketinggian +84 m di wilayah Daerah Operasi II Bandung, memiliki daya tarik tersendiri.

Di pintu masuk stasiun, terdapat patung Gatotkaca yang berdiri kokoh, bersanding dengan patung Prabu Siliwangi serta empat harimau setianya.

Namun, dibalik ketenangan dan kesejukan yang ditawarkan oleh Stasiun Purwakarta, terhampar pemandangan yang menarik di sisi kiri stasiun, arah Jakarta.

Di sana, di area gudang Stasiun Purwakarta, berjejer gerbong-gerbong tua yang telah usang. Gerbong-gerbong ini hadir dalam beragam warna, jenis, dan ukuran, tersusun dengan rapi hingga membentuk tumpukan tiga lapis.

Gerbong-grebong yang disebut sebagai ‘kuburan kereta’ ini, pernah menjadi bagian penting dari berbagai jenis kereta seperti KRL Rheostatik, BN-Holec, dan Hitachi. Di antara mereka, tampak juga jejak-jejak gerbong KRL AC seri Toyo Rapid 1000 dan Tokyo Metro 5000. Gudang kereta bekas yang oleh warga setempat dijuluki ‘kuburan kereta’, menyimpan pula balok-balok kayu dan besi bekas rel yang telah tak lagi berguna.

Baca juga :   Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) 2023 Telah Sukses

Kereta jenis Rheostatik, BN-Holec, dan Hitachi, begitu pula Toyo Rapid 1000 dan Tokyo Metro 5000, pernah berperan penting sebagai sarana transportasi penumpang, terutama di wilayah Jabodetabek.

Salah satunya, KRL Rheostatik keluaran tahun 1976 dari Jepang, yang memasuki layanan di Indonesia pada tahun yang sama. KRL ini menjadi pengganti bagi kereta dan lokomotif listrik, termasuk ESS 3201, yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

KRL Rheostatik, yang dibangun secara kompleks dengan melibatkan Nippon Sharyo, Kawasaki Heavy Industries, dan Hitachi, Ltd., dapat dianggap sebagai generasi awal KRL. Membawa ciri khas dua pintu geser dan tangga, serta menggunakan jenis baja (mild steel), KRL ini memiliki mesin yang handal, menjadikannya jarang mengalami kendala.

Selanjutnya, hadir KRL Hitachi 1997, yang lahir dari kolaborasi PT INKA dengan Hitachi pada tahun yang sama. Dengan teknologi VVVF, 64 unit (8 set) KRL ini dibuat, menawarkan pergerakan yang halus dan tanpa goncangan saat bergerak. KRL BN-Holec 1994, hasil kerjasama PT INKA dengan perusahaan Belgia-Belanda, hadir dengan jumlah 120 unit pertama kali pada tahun yang sama.

Namun, KRL jenis Holec diakui sebagai yang paling sulit untuk dirawat. Terkendala oleh ketersediaan suku cadang dan sering mengalami masalah kelebihan beban, banyak KRL eks Holec yang akhirnya diubah menjadi Kereta Rel Diesel Elektrik (KRDE) di kota-kota di luar Jakarta.

Baca juga :  Jenderal Andika Perkasa: Saya Tidak Ingin Jadi Apa-Apa, Berjalan Seperti Ini Saja

Meski demikian, beberapa KRL Holec direkondisi menjadi KRDE yang beroperasi di rute Yogyakarta-Solo (Prameks) dan Padalarang-Cicalengka (Rencang Geulis). Saat ini, hanya tersisa 4 set KRL Holec di Jabodetabek, setiap rangkaian terdiri dari 2 set.

Pernah tercetus wacana menjadikan ‘kuburan kereta’ sebagai destinasi kuliner, namun harapan ini sirna oleh kobaran api yang melanda. Bangkai gerbong kereta akibat kebakaran di Stasiun Purwakarta telah mengubah suasana.

Kejadian tragis ini terjadi pada Kamis, 31 Agustus 2023, meresapkan Stasiun Kereta Api (KA) Purwakarta, berlokasi di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, dengan nyala api yang menghanguskan sejumlah bangkai gerbong kereta.

Peristiwa ini menyala sekitar pukul 11.30 WIB, ketika sekelompok pekerja tengah melakukan pemotongan gerbong dengan menggunakan alat las.

Menurut keterangan dari Yanto, seorang pengawas pekerjaan yang berasal dari PT Barata Indonesia, perusahaan kontraktor yang bertanggung jawab atas pemotongan bangkai kereta, api pertama kali muncul sebagai bunga api yang jatuh dan mengenai bagian bawah salah satu gerbong.

Dalam waktu singkat, sekitar lima menit saja, api dengan cepat berkobar dan merambat ke gerbong-gerbong lain yang berdekatan.

Dalam waktu singkat, tim Pemadam Kebakaran Purwakarta tiba di lokasi dan berjuang untuk memadamkan kobaran api yang terus membesar. Namun, upaya tersebut menghadapi kesulitan mengendalikan api yang akhirnya merembet ke sembilan gerbong kereta, dan mengakibatkan kerusakan yang tak terelakkan.

Baca juga :  Misa Kudus Bersama Paus Fransiskus di GBK

Beruntung, dalam insiden ini tidak ada laporan tentang korban luka di antara para pekerja yang berada di area pemotongan. Semua pekerja berhasil dievakuasi dengan selamat dan cepat. Pihak yang berwenang segera menghubungi tim pemadam kebakaran untuk menangani situasi ini.

Kebakaran yang menghanguskan bangkai gerbong kereta ini mengingatkan kita akan potensi bahaya dan tantangan dalam proses pemotongan dan penanganan bangkai kereta.

Peristiwa ini juga menjadi pengingat tentang pentingnya mengikuti protokol keselamatan yang ketat dalam lingkungan kerja semacam ini, serta perlunya persiapan yang matang untuk menghadapi situasi darurat, seperti kebakaran.

Tim pemadam kebakaran terus berjuang untuk mengatasi api dan memastikan Stasiun KA Purwakarta pulih dari dampak kebakaran ini. Investigasi lebih lanjut akan dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab pasti kebakaran ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terjadinya peristiwa serupa di masa mendatang.

 

Tinggalkan Balasan