Mengenal Monkey Business

Mengenal Monkey Business

MATRANEWS.id — SEORANG teman grup WhatsApp memposting sebuah cerita tentang bisnis monyet (monkey business). Yang lagi trend daun “janda”. Kemarin booming batu akik.

Intinya,   “bisnis monyet” ini: lambat- laun sepi, merugikan banyak orang, dan hanya menguntungkan segelintir orang (pemodal besar).

Ada periode “demam batu akik” atau ikan dan bisnis Anthurium. 

Apa itu Monkey Business?

Monkey business, sekalipun memiliki arti bisnis monyet, bukanlah bisnis yang berhubungan dengan monyet seperti jual beli monyet atau bisnis topeng monyet.

IstilahMonkey business atau bisnis monyet adalah sebutan untuk sebuah perumpamaan strategi bisnis untuk merugikan orang lain dan menguntungkan diri sendiri.

Ilustrasinya semacam ini: 

Suatu hari di sebuah desa, seorang yang kaya raya mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp. 50,000,- per ekor.

Padahal monyet disana sama sekali tak ada harganya karena jumlahnya yang banyak dan kerap dianggap sebagai hama pemakan tanaman buah-buahan.

Para penduduk desa yang menyadari bahwa banyak monyet disekitar desa  pun kemudian mulai masuk hutan dan menangkapinya satu persatu.

Kemudian si Orang Kaya membeli ribuan ekor monyet dengan harga Rp 50,000,- .

Karena penangkapan secara besar-besaran akhirnya monyet-monyet semakin sulit dicari, penduduk desa pun menghentikan usahanya untuk menangkapi monyet-monyet tersebut.

Maka si Orang Kaya pun sekali lagi kembali untuk mengumumkan akan  membeli monyet dengan harga Rp 100,000 per ekor.

Baca juga :  Sri Mulyani: Perkembangan Dunia Sangat Bergejolak, Kita Tetap Optimis Namun Waspada

Tentu saja hal ini  memberi semangat dan “angin segar” bagi penduduk desa untuk kemudian mulai untuk menangkapi monyet lagi.

Tak berapa lama, jumlah monyet pun semakin sedikit dari hari ke hari dan semakin sulit dicari, kemudian penduduk pun kembali ke aktifitas seperti biasanya, yaitu bertani.

Karena monyet kini telah langka, harga monyet pun meroket naik hingga  Rp 150,000,- / ekornya. Tapi tetap saja monyet sudah sangat sulit  dicari.

Sekali lagi si Orang Kaya mengumumkan kepada penduduk desa bahwa ia  akan membeli monyet dengan harga Rp 500,000,- per ekor!

Namun, karena si Orang Kaya harus pergi ke kota karena urusan bisnis,  Asisten pribadinya akan menggantikan sementara atas namanya.

Dengan tiada kehadiran si Orang Kaya, si Asisten pun berkata pada penduduk desa:

“Lihatlah monyet-monyet yang ada di kurungan besar yang dikumpulkan oleh si orang kaya itu. Saya akan menjual monyet-monyet   itu kepada kalian dengan harga Rp 350,000,- / ekor dan saat si Orang

Kaya kembali, kalian bisa menjualnya kembali ke si Orang Kaya dengan  harga Rp 500,000,-

Bagaimana…?”

Akhirnya, penduduk desa pun mengumpulkan uang simpanan mereka, menjual aset bahkan kredit ke bank dan membeli semua monyet yang ada di kurungan.

Namun kemudian.  Mereka tak pernah lagi melihat si Orang Kaya maupun si Asisten di desa itu!

Baca juga :  Ketua MA: Yang Bisa Kita Bina, Kita Bina. Yang Tidak Bisa Kita Bina, Kita Binasakan Saja

Itulah yang dikatakan orang sebagai “Monkey Bussiness”

Hati-hati.

“Monkey Business” ragam strateginya. Namun,  biasanya dilengkapi juga dengan propaganda bisnis yang luar biasa dengan cara pameran pameran, seminar-seminar dan event besar dengan harga harga yang “menggiurkan”.

Ada juga arisan atau investasi bodong yang berakhir kerugian bagi para anggota atau investornya.

Seperti ilustrasi monkey business di atas, awalnya anggota diiming-imingi investasi dengan keuntungan berlipat dengan tanpa atau sedikit usaha.

Di awal waktu keuntungan bisa dirasakan oleh investor dan tersebar ke publik. Pada periode berikutnya makin banyak investor baru dan biasanya investor sebelumnya makin “kalap” meningkatkan jumlah pembeliannya.

Pada suatu waktu setelah penipu telah mendapatkan dana yang menurut perhitungannya sudah lumayan besar, akan meninggalkan investornya dengan bermacam-macam alasan.

Server error, terjadi force mayor yang tidak bisa ditangani, human error, pergerakan market yang luar biasa dan berbeda dengan biasanya, kebijakan pemerintah yang menghambat dan lain-lain. Praktek ini sering dilakukan dalam Monkey Business modern

Monkey Business bisa juga memainkan strategi lain misalkan janji akan diganti tapi harus setor modal lagi. Tukar koin tapi koinnya tidak liquid. Intinya hanya untuk mengulur waktu atau bahkan menarik lagi sejumlah keuntungan.

Masyarakat kini, banyak yang tertarik untuk ikut bermain di dalamnya. Gimana?

Tinggalkan Balasan