Rilis  

Pernyataan & Seruan Organisasi Bersama Mengenai Gugus Tugas Pengendalian Narkoba

“Indonesia harus punya Gugus Tugas Terpadu,” papar Putera Astaman (Ketua Umum BERSAMA) dalam momen webinar yang dilaksanakan dari Sekretariat Bersama, kawasan Radio, Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

MATRANEWS.id — “Harusnya, penanganan masalah narkoba seperti kita menangani virus covid-19,” ujar Mayjen Pol (P) Putera Astaman, Ketua Umum BERSAMA, kordinator LSM yang berdiri sejak 1978 lalu. Pasalnya, “Tidak ada satu desa pun yang steril dari narkoba.”

LSM BERSAMA yang pada 26 Juni lalu, merayakan ulang tahun ke 42, membuat seruan serta himbauan kepada seluruh komponen bangsa, Pemerintah (GO) dan Non Pemerintah (NGO). Dalam konteks, semangat hidup 100% dan semangat merah putih pantang menyerah.

Jika untuk mekanisme penanganan Virus Covid, dilakukan melalui pemutusan penularan dengan mengedukasi masyarakat, menjaga jarak fisik saat berkomunikasi, tetap tinggal di rumah, memakai masker, isolasi mandiri, dan melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Narkoba juga begitu, yang belum jangan kena. Yang sudah kena harus sembuh dan jangan sampai mereka relaps lagi,” ujar Putera Astaman dengan usulan, bahwa kita harus melaksanakan Penanganan Darurat Narkoba (PDN) dengan Kelola Sosial Berskala Besar (KSBB).

“Indonesia Harus punya Gugus Tugas Terpadu,” papar Putera Astaman dalam momen webinar yang dilaksanakan dari Sekretariat Bersama, kawasan Radio, Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

Organisasi BERSAMA yang merupakan pendiri dari IFNGO (International Federation of Non-Government Organisations for the Prevention of Drug and Substance Abuse) mendorong pengelolaan secara terpadu mengatasi masalah narkoba.

“Perlu diwujudkan dengan pembentukan Gugus Tugas Terpadu ditingkat Nasional dan Daerah berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia,” tutur Putera Astaman, yang menegaskan BNN (Badan Narkotika Nasional) yang sekarang ada, belum bisa melakukan hal ini.

Putera Astaman memberi contoh, untuk masalah rehabilitasi saja, dari 363 yayasan yang ada di Indonesia, BNN belum punya data detil berapa daya tampung rawat inapnya. Belum juga bisa mewajibkan Aparat Sipil Negara untuk test urine narkoba, serta kordinasi dengan Kementerian Sosial dengan yang relaps belum jalan.

“Jangan hanya jargon. Mengatasi masalah narkoba di tanah air, harus dengan tindakan nyata,” ujar Try Sutrisno, mantan Wapres mengkritisi peran BNN.

Bukan mau membandingkan antara BNN dan organisasi BERSAMA. Try Sutrisno memuji aktivis BERSAMA bekerja ikhlas dan tanpa pamrih tapi semangatnya terus membara untuk perang melawan narkoba.

Tampak hadir di acara potong tumpeng HUT BERSAMA ke 42, dr Hadiman, Dr Victor, dr Ricardo dan Budiharjo (Sekjen Bersama). Serta puluhan aktivis relawan seperti Helena, Hani dan jurnalis yang peduli bahaya narkoba.

Asri Hadi, salah aktivis dan juga pengurus BERSAMA menyebut pencegahan penyalahgunaan narkoba seharusnya dimulai dalam keluarga. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan wadah utama dalam proses sosialisasi anak menuju kepribadian yang lebih dewasa.

Keluarga adalah benteng utama yang dapat mencegah anak–anak dari masalah narkoba. Keluarga yang sejahtera yang diliputi suasana yang serasi, selaras dan seimbang dimana anak-anak dapat tumbuh dan berkembang baik secara fisik, mental dan sosialnya secara optimal serta dipenuhi rasa penuh kasih sayang di dalam keluarga.

Salah satu hal yang penting dalam pencegahan narkoba adalah adanya pendidikan tentang narkoba di dalam lingkungan keluarga.

Pendidikan narkoba dalam hal ini, maksudnya adalah para orang tua diharuskan mempunyai informasi dan pengetahuan yang luas tentang apa itu narkoba, jenis-jenis narkoba, dampak buruk narkoba bagi segala aspek kehidupan.

Informasi yang tepat dapat diperoleh dari berbagai sumber misalnya dari media cetak, elektronik, buku-buku tentang narkoba ataupun dari situs resmi. Edukasi ini terus dilakukan BERSAMA mulai dari tingkat keluarga, RT, RW hingga semua lini.

“Kami terus komit mengedukasi masyarakat cegah narkoba hingga ke desa,” ujar Asri Hadi yang sudah menjadi relawan BERSAMA sejak 1982.

Tampak hadir di acara potong tumpeng HUT BERSAMA ke 42, dr Hadiman, Dr Victor, dr Ricardo dan Budiharjo (Sekjen Bersama). Serta puluhan aktivis relawan seperti Helena, Hani dan jurnalis yang peduli bahaya narkoba.

 

 

Tinggalkan Balasan