Pesawat Airbus A400M Pertama Tiba, Armada Udara TNI Masuki Era Baru Multirole

MATRANEWS.idPesawat Airbus A400M Pertama Tiba, Armada Udara TNI Masuki Era Baru Multirole

Satu babak panjang yang dimulai empat tahun lalu akhirnya mendarat di Halim. Pesawat Airbus A400M/MRTT Alpha 4001 yang dipesan Prabowo Subianto pada 2021—ketika ia masih Menteri Pertahanan—resmi tiba dan diserahkan kepada TNI pada Senin, 3 November 2025.

Halim Perdanakusuma siang itu menjadi panggung simbolik: Prabowo, kini sebagai Presiden Republik Indonesia, menyerahkan sendiri pesawat pertama tersebut. Sementara pesawat kedua dijadwalkan tiba pada Februari tahun depan.

A400M/MRTT Alpha 4001 bukan sekadar pesawat angkut. Ia sekaligus deklarasi bahwa Indonesia mulai masuk kelas lain — kelas negara yang mengoperasikan platform multirole bersertifikasi militer yang juga dipakai negara-negara NATO, dengan kemampuan yang fleksibel untuk perang maupun operasi kemanusiaan.

Pesawat ini mampu melakukan pengisian bahan bakar udara ke udara (air-to-air refuelling), membawa hingga 160 personel, dan mengangkut muatan sampai 37 ton—dua kali lipat kapasitas Hercules yang selama ini menjadi tulang punggung.

Pesawat ini bisa terbang hingga 11 jam tanpa isi ulang bahan bakar, dengan jarak tempuh 3.300 km pada beban maksimum, dan 8.900 km jika tanpa muatan.

Selain kemampuan militer, A400M ini dirancang memiliki fungsi penanganan bencana: dilengkapi fasilitas pemadam kebakaran, dan sanggup membawa 66 tandu medis plus peralatan kesehatan. Sistem avioniknya menggunakan sistem terintegrasi canggih untuk meningkatkan kesadaran situasional selama penerbangan.

Di balik pengadaannya, A400M ini juga menjadi simbol agenda Prabowo sejak periode menteri: modernisasi pertahanan dengan lompatan kelas.

Namun konteks 2025 sudah berbeda. Ketegangan di kawasan Indo-Pasifik berlapis dengan intensitas yang tak menurun, dan bencana alam tetap menjadi risiko tahunan yang menunggu di dalam negeri. Karena itu, kedatangan A400M di Halim bukan sekadar acara seremonial militer.

A400M ini memperluas radius peran Indonesia — dari deterensi strategis, evakuasi cepat antar pulau, mobilisasi personel berskala besar, hingga diplomasi kemanusiaan lintas kawasan.

Sebagaimana gaya pemerintahan Prabowo dalam diplomasi pertahanan: keras dalam postur, empatik dalam misi kemanusiaan.

Dan mungkin justru keduanya akan semakin sering saling menumpangi pesawat yang sama.