Dialog Pelaksanaan Pilkada Serentak di Tengah COVID-19 & Haruskah Pilkada Serentak?
MATRANEWS.id — “Pilkada Serentak 2020 merupakan ujian kepemipinan bagi para kontestan, terutama untuk petahana, untuk dapat membuktikan mereka mampu memimpin dalam situasi tidak normal,” kata Kastorius, Staf Khusus Menteri Dalam Negeri.
Pria yang pada tahun 1999 menjadi salah satu dari Tim 11, yang mempersiapkan Pemilu demokratis pertama kali setelah jatuhnya rezim Orde Baru itu meluruskan anggapan keliru yang beredar.
Kastorius memaparkan, anggapan bahwa Pilkada Serentak 9 Desember akan menguntungkan pasangan petahana adalah keliru dan tidak didasarkan pada dinamika persoalan masyarakat di masa pandemi COVID-19.
Pasangan petahana di daerah justru menghadapi ujian kepemimpinan yang lebih berat dalam Pilkada 2020. Pasalnya, masyarakat secara nyata dapat menilai kemampuan mereka dalam menangani krisis yang terjadi saat ini.
Kastorius mengatakan justru pada Pilkada kali ini pemilih akan sangat kritis menilai kepemimpinan para petahana dalam mengatasi krisis yang terjadi karena COVID-19 di daerahnya.
“Pilkada ini kita harapkan menghasilkan kualitas pemimpin yang genuine, bukan karbitan, bukan hanya bisa memimpin di masa enak tetapi di masa sulit. Sehingga watak yang sejati muncul. Apakah dia memimpin untuk orang banyak atau hanya untuk dirinya sendiri,” kata Kastorius.
Hal ini dikatakan oleh Kastorius Sinaga, dalam dua kesempatan sebagai pembicara pada webinar yang berbeda pada hari ini.
Webinar pertama, yakni webinar bertema Dialog Pelaksanaan Pilkada Serentak di Tengah COVID-19 yang diselenggarakan oleh Kemendagri dan PBHI Jakarta.
Kemudian webinar kedua adalah bertema: Haruskah Pilkada Serentak, dilaksanakan 9 Desember 2020 yang diselenggarakan Perkumpulan Gerakan Kebangsaan Provinsi Sumatera Selatan.
Kastorius mengutip pemikiran Futurolog AS berdarah Jepang, Francis Fukuyama, tentang ciri-ciri negara yang berhasil mengatasi Pandemi COVID-19.
Menurut Kastorius, Fukuyama mengatakan ada tiga unsur penting, yaitu pertama, kemampuan negara menyediakan sistem dan faslilitas kesehatan.
Kedua, adanya social trust atau kepercayaan sosial yang menyebabkan masyarakat percaya dan menaati arahan pemerintahnya. Ketiga, faktor kepemimpinan (leadership) yang menggerakkan upaya menanggulangi pandemi COVID-19.
“Faktor leadership ini-lah nantinya yang akan dinilai oleh pemilih dalam Pilkada, Pemilih akan melihat bagaimana dalam menghadapi COVID- 19. Apakah akan memiliki terobosan inovatif, atau hanya mengambil keuntungan dari keadaan,” kata Kastorius.
“Apa program kandidat tersebut terhadap pemulihan ekonomi di daerahnya. Karena bila terjadi pemulihan di daerah, akan berkontribusi bagi pemulihan ekonomi nasional,” Kastorius menegaskan.
— “Pemilih akan sangat kritis menilai kepemimpinan para petahana dalam mengatasi krisis yang terjadi karena COVID-19 di daerahnya” — Kastorius Sinaga, Staf Khusus Menteri Dalam Negeri.