Prabowo Tak Hadir di HPN 2025 di Kalsel dan PekanBaru Riau?

Oleh: S.S Budi Raharjo (Wartawan Non Blok)

Prabowo Tak Hadir di HPN 2025 di Kalsel dan PekanBaru Riau?

MATRANEWS.idHPN 2025: Ketika Hari Pers Berubah Menjadi Panggung Dualisme

Hari Pers Nasional (HPN) 2025 bukan lagi sekadar perayaan. Ia menjelma menjadi panggung ketidakpastian, tempat di mana dualisme bertarung dalam bayang-bayang kepentingan.

Dua kubu panitia, dua lokasi perayaan, dan dua klaim kebenaran bersinggungan di antara gegap gempita seremoni tahunan.

Riau dan Kalimantan Selatan kini bukan hanya menjadi titik koordinat di peta, tetapi juga medan pertempuran legitimasi.

Namun, yang paling mencengangkan bukanlah perbedaan lokasi atau kepanitiaan, melainkan sikap Dewan Pers (DP) yang secara terang-terangan menolak menghadiri acara ini.

“Kami tidak akan hadir di peringatan HPN yang diselenggarakan oleh PWI,” tegas mereka.

Bukan tanpa alasan, DP menilai Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) masih terjebak dalam dualisme kepengurusan yang tak kunjung usai.

HPN 2025 Tanpa Restu Dewan Pers?

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) pernah mengajukan usulan perubahan tanggal Hari Pers Nasional (HPN) yang selama ini diperingati setiap 9 Februari.

Meski kehilangan satu simbol otoritas, panggung tetap berdiri. Namun, panggung ini bukanlah panggung kemenangan, melainkan panggung pertunjukan kepentingan.

Di balik gemerlapnya, bayangan gelap membentang. Anggaran kembali tersedot, baik dari kas daerah maupun dari kantong para pengusaha.

Bukan rahasia lagi bahwa HPN kerap menjadi ladang proposal, ajang surat-menyurat yang mengetuk pintu pejabat dan perusahaan demi dana perjalanan.

Baca juga :  BULOG Penjaga Buffer Stock Pangan Nasional

Di tengah kebingungan ini, nama Presiden Prabowo Subianto ikut terseret dalam pusaran.

Kedua kubu menyebut-nyebut namanya, mengklaim bahwa istana telah memberi sinyal kehadiran. Namun, sinyal itu kabur. Ada info di ring satu, Prabowo akan hadir lewat zoom.

Prabowo netral hadir di HPN 2025 lewat zoom di Kalsel dan PekanBaru Riau.

Seperti menonton pertunjukan tanpa naskah, publik pun bertanya: “Hayo, Prabowo hadir di mana? Atau malah tidak hadir sama sekali?”

Bukan hanya soal lokasi, bukan hanya soal dana. Ini adalah soal integritas. Dua kubu yang bertikai tak kunjung islah, meski Menteri Hukum dan HAM, Supratman Andi Agtas, telah berusaha menjadi mediator.

Bahkan, intervensi Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, belum mampu menjembatani retakan yang semakin melebar.

Satu kehadiran di satu lokasi akan dianggap sebagai keberpihakan. Maka, apa langkah terbaik bagi Presiden? Apakah beliau harus hadir di salah satu perhelatan atau tidak hadir sama sekali demi menjaga netralitas?

HPN 2025 yang seharusnya menjadi ajang refleksi dan penghormatan terhadap kebebasan pers, kini justru menjadi potret buram dunia jurnalistik Indonesia.

Hari Pers Nasional bukan lagi hanya seremoni tahunan, melainkan simbol perpecahan yang memperlihatkan wajah asli dinamika pers nasional.

Dan di tengah semua itu, publik hanya bisa bertanya: “Ke mana Presiden akan hadir?” atau lebih tragisnya, “Apakah HPN 2025 hanya akan menjadi sejarah pers dalam konflik?”

Baca juga :  Nita Gunawan Dengan Cheongsam Biru Muda, repost Beritasenator.com

BACA JUGA:  Saling Klaim Panitia Hari Pers Nasional 2025 di Riau dan di Banjarmasin, Wartawan Non Blok Bingung Apalagi Prabowo