Refleksi Diri Kita Apakah Taker, Giver, dan Matcher

silahkan klik ini

Refleksi Diri Kita Apakah Taker, Giver, dan Matcher

MATRANEWS.id — Adam Grant dalam buku Give and Take https://www.amazon.com/Give-and-Take-Adam-M-Grant-PhD-audiobook/dp/B00BMBANYY dinobatkan sebagai buku terbaik 2013.

Oleh siapa?

Amazon, Financial Times, Wall Street Journal, Fortune, dan Washington Post ini, Grant menyodorkan sebuah alternatif pendekatan baru kepada kita dalam meniti tangga-tangga kesuksesan.

Pendekatan baru ini menggeser paradigma dari self-centered ke other-centered, dari mindset kelangkaan (scarcity) ke keberlimpahan (abundance), dan dari pandangan banyak menuntut (taking-focused) ke banyak memberi (giving-focused).

Taker, Giver, dan Matcher

Dengan menyajikan riset akademis yang ekstensif, profesor termuda sekolah bisnis Wharton ini (kini 31 tahun) meyakinkan kita semua bahwa memberi (uang, waktu, tenaga, ilmu, atau pengalaman) dan membantu orang lain bisa menjadi faktor penentu kesuksesan yang luar biasa.

Dalam hal apa?

Dalam karier, bisnis, maupun politik.

Untuk membuktikan tesisnya, Grant membagi tiga tipe orang berdasarkan reciprocity style mereka dalam berelasi sosial, yaitu Taker, Giver, dan Matcher.

Taker adalah sosok selfish yang selalu menempatkan kepentingan diri sendiri di atas kepentingan orang lain.

“Kepentingan diri sendiri adalah panglima,” begitu kira-kira semboyan hidup tipe ini.

Mereka cenderung tak peduli pada orang lain, atau peduli sejauh itu menguntungkan bagi dirinya.

Dalam setiap relasi dengan pihak lain, mereka selalu berpikir harus mendapatkan lebih banyak dari orang lain, dibanding yang diberikan, “get more than they give.”

Sosok Taker meyakini dunia ini penuh persaingan kejam yang satu sama lain harus saling memakan (“dog-eat-dog” world).

Untuk sukses, mereka harus lebih unggul dan bisa mengalahkan orang lain.

Untuk sukses dalam karier, bisnis, atau politik, mereka harus mampu melemahkan, bahkan membinasakan orang lain sehingga berhasil menjadi stand-out bertabur kepongahan dan decak kagum.

Baca juga :  Ini 6 Kebutuhan Keluarga yang Perlu Dibeli, repost Beritasenator.com

Dunia Taker adalah dunia sikut-sikutan yang destruktif dan melelahkan. Sebagian besar dari kita memiliki mindset Taker ini.

Giver memiliki mindset yang bertolak belakang dibanding Taker. Giver selalu menginginkan memberi lebih banyak ke orang lain dibanding yang mereka dapat, “give more than they get”.

Kalau Taker selalu self-focused, Giver justru other-focused. Mereka lebih fokus memberikan kontribusi dan manfaat kepada orang lain ketimbang mendapatkan sesuatu dari orang lain.

Kenikmatan hidup seorang Giver didapat ketika mereka bisa memberikan waktu, tenaga, uang, atau ilmu kepada orang lain tanpa berharap mendapat imbalan.

Lalu apa itu Matcher?

Matcher ada di tengah-tengah antara Taker dan Giver. Mereka memiliki mindset, ketika memberikan sesuatu kepada orang lain, mereka harus mendapatkan imbalan yang sepadan.

Kalau Giver ikhlas memberikan kemanfaatan kepada orang lain, Matcher selalu berhitung dengan jeli antara apa yang diberikan dan apa yang didapat.

Pola pikir Matcher selalu dilandasi prinsip keadilan dan pertukaran kemanfaatan yang ditelisik betul cost benefit-nya.

Pertanyaannya, mana di antara Taker, Giver, dan Matcher yang paling sukses dalam karier, bisnis, dan politik?

Secara common sense, Anda pasti sependapat dengan saya bahwa Taker berkecenderungan paling sukses dan Giver paling tidak sukses.

Ya, hal ini karena Anda pasti menduga bahwa Taker adalah sosok yang high achiever dan ambisius; sementara Giver adalah sosok yang nrimo, tak punya ambisi, rela berkorban untuk kebaikan orang lain, dan bahkan ikhlas mengorbankan kesuksesannya demi kesuksesan orang lain.

Baca juga :  Hari Anti Narkoba Internasional (HANI 2021) #warondrugs

Kalau digambarkan dalam “tangga kesuksesan” (success ladder) dengan dasar tangga menunjukkan orang-orang yang paling tidak sukses (“bottom performers”), sementara puncak tangga mewakili orang-orang yang paling sukses (“top performers”).

Survei Grant di berbagai lapangan pekerjaan, dari dokter, insinyur, salesman, pengusaha, hingga politisi menemukan bahwa posisi bottom performers banyak didominasi sosok Giver.

Pertanyaannya kemudian, mana dari Taker, Giver, dan Matcher yang menduduki posisi top performer?

Sekali lagi dengan common sense, Anda pasti menduga top performers akan banyak diisi oleh para Taker yang ambisius bahkan sering kali menghalalkan segala cara untuk memenangkan persaingan dan meraih kesuksesan.

Anda salah besar.

Survei Grant menghasilkan temuan yang mencengangkan, karena rupanya posisi top performers banyak didominasi oleh para Giver juga.

Menariknya, Taker dan Matcher justru memiliki capaian medioker alias mencapai kesuksesan yang setengah-setengah.

Melalui karya masterpiece ini, Grant memberi insight luar biasa yaitu untuk sukses, Anda tak harus menjadi “predator” bagi orang lain.

Anda tak harus menjadi Taker.

Anda bisa mencapai puncak tangga kesuksesan dengan keutamaan karakter mulia, spirit of giving, mental keberlimpahan, keikhlasan untuk menjadi rahmat bagi orang lain, membantu dan memberi kemanfaatan bagi sesama, serta menjadi “kendaraan” bagi kesuksesan orang lain.

Menarik mencari tahu kenapa kesuksesan sosok Giver lebih hebat dan bermakna dibandingkan Taker.

Hal ini kental terlihat dalam konteks kepemimpinan bisnis. Seperti diuraikan buku ini, kesuksesan seorang Giving Leader (pemimpin dengan karakter seorang Giver) memiliki fondasi yang kokoh dan bersifat langgeng dibanding Taking Leader.

Baca juga :  Kasal Laksamana Yudo Margono: Purnawira Bukan Batas Akhir Pengabdian

Kenapa? Buku ini memberikan jawaban meyakinkan.

“Sukses Lari Maraton”

Salah satu argumentasi yang ditawarkan adalah bahwa kesuksesan Giving Leader menciptakan apa yang disebut Grant “ripple effect”, yaitu sukses mereka menghasilkan keberhasilan bagi orang-orang di sekitarnya.

Orang-orang sekitar yang telah “berutang kesuksesan” kepada si Giving Leader itulah yang kemudian bahu-membahu membantu balik kesuksesannya.

Ripple effect ini terus berulang membentuk sebuah lingkaran malaikat (virtuous circle) sehingga kedua belah pihak menuai kesuksesan secara bersama-sama melalui mekanisme win-win game, bukan zero-sum game.

Grant menyebut sukses sosok Giving Leader sebagai “sukses lari maraton”, bukan “sukses lari 100 meter”.

Sukses Giving Leader adalah sukses yang terbentuk dalam kurun waktu lama dengan cara menebar benih-benih kebaikan dan kemanfaatan kepada pihak lain.

Benih kebaikan dan kemanfaatan ini berkembang pelan-pelan sehingga kemudian membentuk goodwill berupa kepercayaan (trust), reputasi, empati, koneksi emosional, atau pengertian di kalangan orang-orang yang telah dibantu dan mendapatkan manfaat darinya.

Itu semua menjadi “modal sosial” kunci bagi kesuksesan jangka panjang si Giving Leader.

Di kalangan Giving Leader, hukum “mestakung” (semesta mendukung) bekerja dengan sangat massif. Dalam bahasa awam, hal ini sering disampaikan dengan ungkapan, “the more you give, the more you get”.

Karena itu, sosok Giving Leader adalah tipe pemimpin yang merintis kesuksesan dalam kurun waktu lama, bukan kesuksesan instan. Kata Grant, “Being a giver is not good for a 100-yard dash, but it’s valuable in a marathon.” #SEMANGATGIVER

BACA JUGA: majalah EKSEKUTIF edisi Mei 2022, klik ini

Tinggalkan Balasan