MATRANEWS.ID – Asisten Potensi Dirgantara (Aspotdirga) Kasau, Marsda TNI Andi Wijaya, menegaskan bahwa penyelenggaraan Bali International Airshow (BIAS) 2024 bertujuan untuk memperkuat industri aviasi Indonesia dan mempererat hubungan diplomatik, terutama di kalangan militer internasional.
“Tujuan utama acara ini adalah meningkatkan industri penerbangan serta membangun relasi diplomatik antara militer dari berbagai negara yang diundang, sehingga tercipta kerjasama yang baik,” ungkap Andi Wijaya dalam konferensi pers menjelang Bali International Airshow di Badung, Bali, pada Selasa.
Andi menyebutkan bahwa sebanyak 48 negara akan hadir dalam acara yang berlangsung dari tanggal 18 hingga 21 September 2024. Kehadiran para perwakilan pemerintah dan pelaku bisnis dari berbagai negara ini diharapkan dapat mendorong kemajuan aviasi Indonesia.
Menariknya, BIAS 2024 menjadi ajang besar pertama yang digelar kembali setelah terakhir kali berlangsung pada tahun 1996 di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Meski dihadapkan dengan berbagai tantangan, TNI AU berkomitmen memberikan dukungan penuh dengan menampilkan alutsista dan atraksi aerobatik dari Tim Jupiter TNI AU.
CEO PT Inaro Tujuh Belas, Andy Wismarsyah, yang bertindak sebagai penyelenggara, menjelaskan bahwa BIAS 2024 adalah wadah bagi pegiat aviasi untuk berkumpul, berbagi ide, dan memperkenalkan teknologi baru yang relevan bagi industri aviasi.
“Acara ini adalah ajang berkumpulnya pelaku industri aviasi, baik dari Indonesia maupun negara tetangga. Mereka dapat berbagi ide dan inovasi yang mungkin belum pernah ada selama lebih dari 20 tahun. Di sini juga menjadi ruang untuk mendorong proses bisnis di dunia aviasi,” ujarnya.
Selain menjadi ajang pameran, BIAS 2024 juga menghadirkan atraksi aerobatik spektakuler dari Tim Jupiter TNI AU dan Tim Aerobatik Neptunus TNI AL. Tak hanya itu, pesawat tempur F35 milik Australia juga akan melakukan manuver khusus pada tanggal 19-20 September 2024.
Andy menekankan bahwa tujuan utama dari acara ini bukan untuk menunjukkan kekuatan militer atau kehebatan suatu negara, melainkan sebagai platform untuk kolaborasi dan pertukaran gagasan.
“Acara ini bukan soal siapa yang paling kuat atau paling hebat. Ini adalah kesempatan untuk berkolaborasi dan berbicara tentang masa depan industri aviasi,” tutupnya.