Setujukah Anda Dengan Survei Seks Ini?

Setujukah Anda Dengan Survei Seks Ini?

Pernah Ada Survei seks majalah Matra menyimpulkan, dua dari tiga pria di Jakarta melakukan hubungan seks di luar nikah.

MATRANEWS.id — DARI 1.000 peserta angket, tak kurang dari 940 orang yang bersedia mengemukakan pendapat dan pandangan mereka tentang seks.

Para peserta yang terhormat ini, yang 90% berada pada usia produktif dan teoretis aktif secara seksual, bahkan tidak keberatan mengemukakan perilaku seks mereka yang paling pribadi dengan syarat, nama mereka dirahasiakan.

Responden yang tersebar di 14 kota besar mewakili anggota masyarakat kita yang tak pernah mendapat kesempatan berbicara di berbagai seminar seks.

Kini mereka, di masa pandemi disuruh menyampaikan pandangan tentang perilaku seksual yang umum dikenal dengan sebutan seks bebas.

Pandangan para responden dengan sendirinya sangat bervariasi. Sebagian malah bertentangan secara diametral.

Separuh lebih (510 responden) menggunakan kesempatan untuk menuliskan pandangan mereka pada kolom komentar yang disediakan.

Dan 30 komentar di antaranya berpendapat, kebebasan seks adalah gejala yang tidak aneh.

Dengan kalimat yang berbeda, intisari ke-30 pandangan ini kurang lebih begini, “Perilaku seks bebas itu digerakkan oleh tuntutan psikologis dan kebutuhan biologis.”

Berbagai pendapat lainnya bertentangan dengan pandangan ini.

“Kebebasan seks, tepatnya kebiasaan mengganti-ganti pasangan, adalah berbahaya karena meluaskan penyakit kelamin,” demikian bunyi 38 komentar.

Di samping itu, ada 21 komentar yang bernada agresif dan cukup kritis. “Mengapa harus mencari-cari perilaku seks yang aneh, yang wajar dengan hanya satu mitra juga menyenangkan,” begitulah tantangnya.

Lalu ada 28 pendapat, yang paling bertolak belakang dengan 30 sikap pro kebebasan seks tersebut. Kelompok 28 pendapat itu pada prinsipnya anti seks bebas.

“Kebebasan seks adalah paham yang tidak bermoral, dan bertentangan dengan adat-istiadat.”

Nah, ini benar-benar mewakili suara moral yang militan, yang di mana pun tidak atau sedikit sekali memberi tempat untuk toleransi.

Baca juga :  Vaksin Tidak Sama Dengan Obat

Sikap reaktif yang dilantunkannya juga merupakan gema sikap yang ada dan nyata di masyarakat.

Reaksi dan amarah yang sama muncul ketika survei seks majalah Matra menyimpulkan, dua dari tiga pria di Jakarta melakukan hubungan seks di luar nikah.

Karena adanya letupan-letupan, tidaklah terlalu sulit membaca sikap masyarakat kita. Dan sikap itu pula yang tecermin pada kebanyakan pengisi angket ini.

Mereka (79%) berpendapat bahwa tujuan utama hubungan seks adalah untuk mendapat keturunan.

Tentang kaitan antara seks dan perkawinan, 57% responden menyatakan, sanggama adalah bagian dari perkawinan.

Mereka tidak setuju pada pernyataan, “Hubungan seks tidak selalu perlu ikatan perkawinan.”

Jumlah responden yang percaya bahwa hubungan seks ekstramarital (di luar nikah) merusakkan kehidupan perkawinan juga dominan (65%).

Yang tidak percaya hubungan itu bisa mengganggu kehidupan keluarga hanya 8%, sementara 26% responden ragu-ragu.

Terpecahnya suara dalam berbagai pendapat biasanya dijadikan indikasi untuk menyimpulkan warna-warna tertentu, apakah konservatif, liberal, moderat.

Padahal, bisa saja pendapat itu tidak didukung oleh perilaku seksual mereka secara nyata. Misalnya, pendapat boleh konservatif, tapi perilaku mungkin lain sama sekali.

Perubahan perilaku seks kemudian terjadi juga.

Di kalangan responden yang melakukan hubungan seks hanya dengan satu mitra, jumlah mereka yang tidak pernah melakukan hubungan seks pranikah lebih banyak (59%).

Sementara responden yang mengaku pernah berhubungan dengan lebih dari 20 mitra seks, jumlah yang pernah melakukan hubungan seks pranikah dominan (76%).

Ternyata, mengenal seks lebih dini juga mendorong orang untuk melakukan hubungan seks dengan banyak mitra.

Dari 137 responden yang mengenal seks di bawah usia 17 tahun, hanya 20% yang kemudian mempunyai hubungan seks dengan satu mitra. Selebihnya menjalin hubungan dengan lebih dari satu mitra, 30% dengan lebih dari 20 mitra.

Seberapa besar pelaku gonta-ganti mitra seks di kalangan responden? Hanya 9% yang mengaku terbiasa melakukan hubungan seks dengan lebih dari 20 mitra, 2% melakukannya dengan 11-20 mitra.

Baca juga :  Skandal 'Pelihara Kambing': Rahasia Gelap di Balik Hubungan Pria Beristri yang Bikin Heboh!

Dari hasil terpapar ada 7% pernah kencan seks dengan 6-10 mitra, 25% melakukannya dengan 2-5 mitra seks. Sisanya (34%) mengenal hanya satu mitra seks sepanjang hidup mereka.

Kita boleh menyangka, mereka yang terpikat hanya dengan satu mitra itu tentu semuanya wanita. Ternyata tidak. Hanya 45% yang wanita, selebihnya (55%) pria.

Survei tidak merinci bagaimana hubungan seks lebih dari satu mitra itu dilakukan. Adakah berganti tiap hari, tiap beberapa hari sekali, atau tiap minggu sama sekali tak jelas.

Lagi pula, pengamatan melalui angket tidak memungkinkan pelacakan rinci yang menuntut observasi jarak dekat.

Juga tidak ada alasan untuk menyangka, kebanyakan responden adalah pelaku promiscuity. Kecenderungan promiscuity bukan cuma berarti kebiasaan gonta-ganti mitra seks, tapi mencakup makna bahwa pergantian itu dilakukan dalam waktu pendek.

Hari ini kencan dengan A, besok dengan B, lusa dengan C. Pelakunya tidak sedikit pun rikuh untuk melakukan hubungan seks dengan siapa saja.

Bahkan dengan lawan jenis yang baru saja dikenal. Dasar kecenderungan ini, dalam seksologi, disebutkan sebagai dorongan untuk memburu kesenangan seksual.

Faktor cinta, keakraban, dan rasa rikuh dengan sadar dihilangkan. Inilah manifestasi kebebasan seks yang paling nyata.

Di masa kini, ketika tujuan mempunyai anak semakin luntur, perburuan pada kesenangan seks dikhawatirkan semakin menjadi-jadi.

Sadarkah responden kita, tentang adanya faktor kesenangan dalam hubungan seks?

Jawabnya, “ya”. Tapi, pada saat yang sama, mereka juga melihat hubungan seks sebagai sarana untuk memperoleh keturunan.

Senada dengan laporan Masters dan Johnson, hampir separuh responden (47%) menyetujui, hubungan seksual itu harus menyenangkan kedua pelakunya.

Sikap ragu-ragu, yang menjawab “mungkin”, ada 29%. Angka ini melebihi pendapat yang merasa hubungan seks tidak perlu membangkitkan rasa senang (21%).

Baca juga :  Virus Punya Tabiatnya Sendiri, Sudahkan Anda Tahu?

Ketika diminta pendapatnya tentang permainan cinta yang membangkitkan kesenangan, 80% responden menyatakan perlu, hanya 8% yang menyatakan tidak.

Lalu apa sebenarnya kesenangan seksual yang dimaksudkan para responden?

Pengetahuan mereka tentang berbagai praktek seksual, merupakan indikasi bahwa kesenangan bagi responden kurang lebih sama dengan kesenangan seks yang dikenal dalam teori.

Misalnya, hanya 20% responden yang tidak tahu apa oral sex.

Lalu apa pula yang dimaksudkan dengan pengalaman seks?

Sebagian besar (67%) responden berpendapat, pengalaman seks itu sebaiknya dibangun bersama pasangan tetap.

Alasan yang mereka pilih, “penjelajahan seks bisa didapat karena hubungan yang makin lama makin terbuka dengan pasangan tetap.”

Sebagian besar responden percaya, upaya meningkatkan kesenangan dalam hubungan seksual bertumpu pada permainan cinta.

Hasil tabulasi silang menunjukkan, 77% dari mereka percaya bahwa permainan cinta untuk membangkitkan berahi itu mengandung kesenangan.

Sikap-sikap ini menunjukkan ada kekhasan pada kesenangan seks yang dimaksud para responden.

Lebih dari separuh (65) responden menyatakan, terganggu melakukan hubungan seks dengan mitra berpengalaman tapi tidak akrab.

Dengan kata lain, kesenangan seksual buat responden berbeda dengan kesenangan seksual yang diperoleh dalam hubungan promiscuity yang tidak butuh rasa akrab.

Perasaan-perasaan, menurut sebagian besar responden, justru berperan. Hubungan seks, menurut 73% reponden, harus diikuti rasa akrab.

Dan 84% responden sepakat bahwa hubungan seks digerakkan oleh rasa saling mencintai. Kecenderungan mengutamakn perasaan ini bahkan terlihat pada responden yang mengaku mempunyai pengalaman seks dengan lebih dari 20 mitra.

Tapi simaklah, hanya separuh (53%) dari mereka yang gonta-ganti mitra seks bisa berhubungan seks pada kencan pertama.

Hanya separuh pula (55%) yang menyatakan, bisa terpesona secara seksual pada pandangan pertama.

Ketika ditanya apakah hubungan seks dengan banyak mitra meningkatkan kesenangan seksual, hanya 40% yang menjawab, “ya”.

Apakah Anda setuju dengan survei ini? Kami sedang mensurvei juga.

Tinggalkan Balasan