Aroma Klenik di Pentas Politik Kita

Aroma Klenik di Pentas Politik Kita

MATRANEWS.id — Aroma Klenik di Pentas Politik Kita

Bergaul dengan hal mistik dan spiritual, sebenarnya bukan fenomena baru di kancah perpolitikan nasional.

Cara para politisi, calon anggota legislatif, maupun birokrat pemerintahan mencari jalan pintas untuk menjawab aneka soal yang tak bisa lagi diselesaikan oleh rasio sudah lama dilakukan oleh sebagian di antara mereka.

Lalu, di manakah rasionalitas kini berada?

BACA JUGA:  Investigasi Majalah MATRA Masuk DPR RI Perlu Rp 4,5 Miliar

Tempat praktik dukun politik di kawasan, Bambu Apus, Jakarta Timur, terlihat sepi. Namun demikian, jalan-jalan sekitaran kawasan tersebut sudah banyak terlihat pamflet yang terang-terangan mempromosikan diri untuk meladeni para calon anggota legislatif, kepala daerah, dan presiden agar mereka yang kurang percaya diri, bisa menarik para pemilih saat Pemilu 2024.

Tarif yang ditawarkan mulai dari Rp 100 juta hingga Rp 1 triliun.  Dukun politik ini menawarkan jasa bagi para caleg dan calon kepala daerah hingga calon presiden.

“Insya Allah pasti jadi, asal sebelum 10-6 bulan pemilihan,” janji pria ini.

“Kalau ada orang yang bisa bawa ke sini (calon klien) akan saya kasih 20 persen dari tarif yang ada,” ujar dia, menjanjikan fee marketing.

Ia menjelaskan, untuk caleg tingkat kabupaten/kota tarifnya berkisar Rp 100 juta, tingkat provinsi Rp 200 juta. Untuk DPR pusat Rp 300 juta. Tarif lebih tinggi dipatok untuk calon kepala daerah.

Untuk bupati atau wali kota, ‘mahar’ yang harus disediakan Rp 2 miliar, sedangkan untuk calon gubernur, minimal Rp 5 miliar, tergantung wilayahnya.

“Kalau bisa bawa caleg tingkat kabupaten berarti dapet Rp 20 juta sampai Rp 40 juta dari saya, berarti kalau bawa calon bupati atau Gubernur Anda pahamlah berapa, apalagi bawa lebih dari satu,” katanya.

Begitulah, iklan jasa politik alternatif mulai bermunculan di berbagai media. Uniknya, iklan tersebut rata-rata berani menjamin hingga 99 persen bagi para calon klien yang ingin duduk menjadi anggota legislatif maupun presiden.

Orang pintar, itulah istilah kerennya.

Bak gayung bersambut, cerita tentang calon legislatif (caleg) dan paranormal atau ‘orang pintar’ dalam perpolitikan di Indonesia bukan cerita baru dan rekayasa fiksi belaka.

Banyak caleg mendatangi paranormal untuk meramal nasibnya. Apakah punya peluang untuk lolos ke parlemen atau tidak. Mereka sedang galau mempersiapkan pertarungan yang tinggal menghitung hari.

Beragam cara kreatif dan inovatif, bahkan terukur abnormal sudah menjadi langkah strategis yang memang ‘dihalalkan’ dalam dunia yang penuh intrik ini.

Di samping kesibukan caleg mengadakan pendekatan pada rakyat, para caleg ataupun asisten yang berkepentingan lainnya tengah mengadakan pendekatan pada paranormal. Menyerahkan kedaulatan pada tangan bedebah kesesatan.

Meminta wangsit, meminta petunjuk, restu, dan doa agar tercapai yang dicitakan untuk menjadi wakil rakyat.

Para caleg berlomba mendapatkan keberkahan pemenangan Pemilu 2024 ini. Mereka mendatangi obyek wisata spiritual seperti sendang, makam maupun petilasan. Mereka bisa datang pagi, siang, atau malam.

Ritual yang dilakukan seperti tirakat, doa bersama, wiridan, hingga kumkum (berendam) dan mandi kembang. Berendam biasanya dilakukan pada tengah malam, juga di lokasi tempuran atau tempat bertemunya hilir berbagai sungai.

Tujuannya untuk meminta berkah, melancarkan peruntungan, rezeki, dan karier. Itu versi mereka.

Fenomena ini bisa ditemui di kalangan caleg pusat maupun daerah. Mereka ramai-ramai mencari jurus ampuh untuk memenangkan banyak suara pemilih. Mulai dari menyebar baliho, hingga menemui rakyat secara langsung. Namun, tak jarang para caleg yang mendatangi dukun, sebagai jalan pintas untuk menarik simpati rakyat.

Baca juga :  Shio-Shio Berlimpah Kekayaan di Penghujung Tahun Naga Kayu 2024

Hal tersebut banyak terjadi di wilayah Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu), Jawa Timur. Berdasarkan penelusuran, banyak paranormal yang sudah didatangi para caleg, baik dari wilayah Malang maupun di luar Malang. Namun, juga banyak paranormal yang menawarkan jasanya kepada para caleg.

“Sejak saya resmi jadi caleg, langsung mendapat tawaran dari seorang paranormal. Siap menjamin menang, asal ada uang jaminan senilai Rp 40 juta. Uang itu katanya untuk biaya peralatan atau sesajen dalam proses ritual,” cerita salah satu caleg DPRD Kabupaten Malang.

Dana senilai Rp 40 juta itu, kata si caleg tidak dibayar secara penuh. Awalnya hanya membayar 50 persen. Jika sudah terpilih dan meraih suara sesuai dengan harga kursi, caleg bersangkutan baru membayar penuh.

“Kalau tidak terpilih, suara tak sesuai dengan permintaan, maka uang muka itu dikembalikan,” katanya.

Jelang Pileg bahkan Pilpres, paranormal “laris manis”

“Sudah ramai para caleg mendatangi para normal atau dukun. Tidak hanya datang ke kiai untuk minta doa, tapi juga minta bantuan paranormal. Itu sudah biasa terjadi dan dilakukan para caleg. Terutama calon bupati atau wali kota. Pasti juga menempuh jalur itu,” katanya

Bagaimana dengan kalangan caleg dari selebritis di ibukota?

Tak jauh beda rupanya. Kalangan artis yang menjadi caleg ternyata juga memakai ‘dukun’. Mereka rela membayar jasa dukun agar bisa menang saat bertarung di daerah pemilihan (dapil). Hal ini mereka lakukan mengingat perebutan kursi DPR RI di Pemilu 2024 bakal berlangsung ketat.

Sejumlah artis yang namanya masuk dalam daftar caleg disebut-sebut rela melakukan sejumlah cara demi berkantor di Gedung Parlemen, Senayan.

Seorang paranormal mengaku, satu tahun menjelang pemilihan legislatif, dirinya banyak didatangi caleg. “Mereka meminta jasa pengawalan. Yang datang ada dari artis, politisi terkenal, hingga caleg biasa-biasa saja,” ungkapnya.

Kalangan artis yang datang ke dirinya, kata dia, biasanya minta jasa kawalan agar tidak diguna-guna (santet) oleh lawannya.

“Selain itu artis juga minta diterawang apakah dia akan terpilih atau tidak. Kalau kira-kira kansnya kecil biasanya artis minta didoakan agar terpilih. Wajar saja caleg ke dukun, karena biayanya lebih murah dari survei. Kalau total sampai jadi hanya Rp 20-30 juta,” tukasnya.

Menjelang pemilu, bisnis paranormal semakin menggeliat. Pemicunya ya itu tadi, tak sedikit caleg yang memercayai kekuatan gaib bisa melanggengkan jalannya.

Seperti dikatakan paranormal, sudah menjadi tradisi ketika menjelang pemilu, para caleg hingga calon presiden mendatanginya. Tujuan apalagi kalau bukan mencari jalan pintas mencari kemenangan. “Sudah biasa kalau caleg pada datang ke rumah minta pengawalan,” tukasnya.

Bahkan, paranormal berambut  ini membuka sedikit kerja para dukun-dukun politik yang bertugas menggolkan kliennya.

“Terkadang antarparanormal juga bertarung dalam menjaga kliennya agar tidak pindah. Bertarung dalam udara, misalnya. Yang datang ke saya banyak dari artis hingga politisi,” tukasnya sambil tertawa.

Paranormal ini menyatakan, hingga saat ini kliennya banyak artis. “Ada 60 persen artis yang datang ke saya. Kalau teman ya gratis, tapi kalau bukan teman tarifnya bisa mencapai puluhan dan ratusan juta,” bebernya yang tidak mau menyebut angka pasti.

Baca juga :  Nasib Daun Kratom di Prabowo-Gibran, Apakah Jadi Legal atau Ilegal?

Di sisi lain, paranormal yang juga politisi mengungkapkan, penggunaan jasa “orang pintar” yang dapat menggunakan “ilmunya” kerap terjadi menjelang pelaksanaan pemilu.

Biasanya, penggunaan ilmu itu, termasuk santet, digunakan untuk menjatuhkan lawan-lawan politik. “Banyak kalau sudah mau pemilu sekarang ini. Orang-orang pada datang ke dukun untuk dibantu biar bisa menang pemilu,” katanya.

Sementara itu pengamat politik Universitas Indonesia, Iberamsjah menyatakan, maraknya caleg ke dukun sudah menjadi rahasia umum. “Dukun diyakini menjadi solusi alternatif,” terangnya. Kendati, di Pemilu 2024, dirinya ragu kalau memakai jasa dukun akan maknyus dan bisa terpilih.

“Ya, kalau calegnya tidak turun ke masyarakat saat kampanye, jangan mengkhayal lah akan dipilih oleh masyarakat,” ungkapnya.

Menurutnya, persoalan keterpilihan caleg akan ikut juga dipengaruhi oleh partai pengusung. Kecenderungannya, dengan era informasi yang semakin modern, rakyat mengetahui secara pasti caleg yang amanah dan khianat.

Hal senada diucapkan pengamat politik Adilsyah Lubis. “Wajar memang jika caleg ke dukun, karena harga dukun jauh lebih murah dari lembaga survei yang terkenal. Saya dengar ada juga yang mahal bayar dukun dengan jaminan garansi jadi, tapi kalau hanya sekedar mengawal harganya murah,” bebernya.

Dengan alasan untuk menambah rasa percaya diri, orang pintar pun dijadikan penasihat politik untuk menghitung peluang di Pemilu. Harusnya, terang Iber, kalangan caleg tidak usah percaya dengan dukun dan jangan takut bertarung di dengan politisi di dapil.

“Caleg, apalagi artis, itu sebenarnya sudah ada modal yakni sudah dikenal oleh masyarakat. Jadi kenapa harus takut?” harapnya.

Dukun atau paranormal juga semakin laris setiap ajang pemilihan kepala daerah berlangsung. Gejala lari ke dukun, paranormal atau “orang pintar” kini semakin mengakar kuat di setiap lini masyarakat.

Fungsi dan peran mereka yang dulu ditutup-tutupi kini sengaja dibuka lebar-lebar. Entah berapa banyak pejabat, pengusaha, kalangan profesional, intelektual, dan rakyat biasa telah menjadi konsumen atau pelanggan jasa perdukunan.

Kondisi inilah yang mempersubur dunia perdukunan dan paranormal. Bahkan, praktik paranormal atau dukun kini menjadi profesi.

Kini mereka berani tampil di muka umum dan memasang iklan di media cetak atau elektronik sembari memamerkan kemampuan dan kesaktiannya yang disertai gelar atau nama yang aneh, berbau magis, dan terkadang nyeleneh.

Naudzubillahi mindzaalik.. (*)

 

Fenomemena dukun politik atau politisi merdukun dinilai masih kental mewarnai di setiap kali hajatan pemilu

Selamat Datang Dukun Digital

Ada banyak gaya baru para dukun di era modern untuk menjajakan aksi perdukunannya. Walhasil, manusia modern yang dikenal memiliki ilmu, wawasan, logika yang tercerahkan dan bahkan mengaku religius pun terpikat untuk menggandrunginya.

Gelar mereka sebagai dukun yang terkesan menyeramkan dan berbau magis kini telah tergantikan dengan istilah yang lebih modern, sehingga dapat diterima berbagai pihak, seperti gelar paranormal, orang pintar, ahli spiritual, penasehat spiritual, dan lain sebagainya

Begitu pula dengan penampilan mereka, dulu dikenal angker dan menakutkan, namun kini mereka berbusana layaknya para eksekutif dan pegawai kantoran, berdasi, berjas, bahkan menggunakan mobil elit nan canggih.

Aksi mereka pun kini telah dibungkus dengan modernisasi.

Dulu aksi mereka dilakukan di tempat-tempat terpencil dan terkesan ditutup-tutupi, kini mereka beraksi di hotel, gedung-gedung mewah dan tempat-tempat umum, bahkan memasang iklan baik di media cetak maupun elektronik.

Baca juga :  Bengkel Isuzu Berjalan: Layanan Servis Cepat dan Praktis di Lokasi Anda!

Oleh sebagian orang, praktik perdukunan modern semacam ini, sangat diminati sebagai profesi yang menggiurkan untuk mendulang materi.

Terlebih lagi, setelah di-back up oleh dunia maya (internet), membuat aksi mereka semakin populer saja dan diminati oleh berbagai lapisan masyarakat.

Berbagai sinetron yang menampilkan dunia mistik baik secara vulgar maupun dengan kemasan religiusitas maupun singkritisme agama dengan berbagai kesyirikan, semakin mengiklankan dan “menyadarkan” masyarakat bahwa aktivitas ritual para dukun tersebut benar-benar mujarab.

Tak pelak, era teknologi modern membuat doa dan aji-aji bisa pula diluncurkan melalui jalur telepon seluler. Mereka bisa dikontak setiap saat melalui telepon genggam. Sang paranormal lantas memberikan sejumlah instruksi melalui telepon genggamnya, lalu mengirimkan doa jarak jauh.

Bukti Hilangnya Akal Sehat

Praktik perdukunan tampaknya menjadi tradisi yang terus menguat di era reformasi dan globalisasi dewasa ini. Inilah yang dirisaukan banyak pihak.

Kenyataannya, banyak orang dengan gelar akademis tinggi, kalangan pejabat, politisi, pengusaha, dan yang lainnya datang ke dukun kalau kepepet.

Diam-diam, seorang pejabat yang biasanya naik sedan mewah, rela berjalan kaki, berbecek-becek ria, bahkan mendaki perbukitan menembus belantara tanpa merasa lelah atau takut terkena stroke atau serangan jantung.

Sosok ini rela bersusah payah melakukan perjalanan itu demi mendatangi dukun yang dianggap sakti mandraguna di pelosok daerah yang alamatnya terpencil sekalipun.

Orang mendatangi tempat praktek paranormal, dukun klenik ataupun mereka yang lazim disebut ‘orang pintar’ itu dengan berbagai tujuan. Agar tujuan tercapai, apapun dilakukan. Karena itulah kejadian penumbalan sering terjadi sebagai persyaratan guna memenuhi keinginan tertentu.

“Manusia mendatangi dukun-dukun atau paranormal yang dianggap sakti memang dalam rangka menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kesulitan yang melilit hidupnya membuat mereka tak mampu berpikir logis. Jalan menuju dunia lain pun ditempuh,” kata kriminolog Ronny Nitibaskara.

Sudah hilangkah rasionalitas, berpikir sehat dengan berencana tentang masa depan secara akal sehat?

Apakah masyarakat kita telah kehilangan pegangan? Ataukah jangan-jangan keyakinan akan kemahakuasaan Tuhan mulai dipinggirkan, sampai-sampai kepada paranormal dan peramal kita menaruh harapan tentang masa depan?

Tiba-tiba kita dihadapkan dengan segerombolan masyarakat yang cemas dengan masa depannya. Mereka berlomba memastikan masa depan dengan cara paling mudah.

Secara serentak mereka menggantungkan harapan dan obsesi kehidupan pada pihak yang sebetulnya tak memiliki basis pengetahuan yang cukup untuk mengubah hidup manusia.

Seorang penulis asal Amerika, John Naisbith pernah mensinyalir, salah satu penyakit kronis yang menjangkiti manusia modern adalah penyakit gaibisme.

Salah satu dimensi dari penyakit ini adalah; manusia percaya kepada Tuhan, namun mereka tidak mau terikat dengan aturan-aturan agama. Karenanya, mereka menempuh hidup menurut selera mereka dan mencari perlindungan dengan cara-cara yang menyimpang dari aturan agama seperti perdukunan dan lainnya.

Apa yang dikemukakan oleh John Naisbith tersebut kini terbukti nyata. Fenomena kehidupan sebagian masyarakat modern saat ini adalah contohnya.

Meskipun mereka hidup di tengah kemajuan teknologi dan rasionalitas dunia modern, banyak juga orang yang masih cenderung kepada “keajaiban-keajaiban” mistik sehingga terjebak dalam perdukunan dan sihir. (*)

Tinggalkan Balasan