Beredar di media sosial bagaimana Budi Waseso sebagai Dirut Badan Usaha Logistik (Bulog) menolak keluarkan beras di Gudang Dolog, yang sudah tidak layak makan (beras jelek). Kemudian, Buwas disebut-sebut juga tolak impor beras, dengan serenteng alasannya.
Yang pasti, “Untuk memotong mata rantai, masyarakat kecil bisa membeli beras murah. Sudah disiapkan kemasan sachet, berat lima sampai sepuluh kilo,” ujar Budi Waseso, ketika dikonfirmasi.
Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) juga berjanji akan bekerjasama dengan Polri, memberantas mafia beras. Bekas Kabareskrim ini mengaku, tidak main-main dalam membuat beras di masyarakat stabil dan murah.
Sewaktu di BNN, dalam awal jabatannya, komitmennya adalah tidak main-main dengan Bandar narkoba. “Bandar, ditembak ditembak saja,” ujarnya saat itu. Walau langkahnya dinilai kontroversi.
Kali ini, sebagai Dirut Bulog idenya untuk memasarkan beras dalam bentuk sachet, kemasan kecil yang akan dijual langsung di gerai BUMN dan supermarket. Akan dibuat, beras renceng sachetan beras yang isinya 200 gram dimana-mana, menjadikan masyarakat kecil pasti bisa beli beras murah.
Satu sachet berat 200 gram menjadikan masyarakat kecil dapat membeli beras sekali porsi makan. “Dengan harga yang terjangkau dipastikan masyarakat tidak perlu pusing lagi mengenai harga beras,” tutur Buwas yang mengaku, tidak akan mengeluarkan beras curah karena dianggap tidak tepat sasaran.
“Dengan harga yang terjangkau dipastikan masyarakat tidak perlu pusing lagi mengenai harga beras.
Pria kelahiran 19 Februari 1960 dari Pati, Jawa Tengah ini mengatakan, pendistribusian beras melalui Bulog tidak lagi akan mengeluarkan beras curah. “Masyarakat ingin mendapatkan harga yang stabil dan murah, tentu tidak melupakan kualitasnya,” demikian Buwas menyebut konsep penyaluran beras yang sedang dimatangkan.
Buwas mengatakan, segera berkoordinasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian untuk bersama-sama menjalankan program ini. “Bulog selalu siapkan stok seandainya beras ditimbun atau dihambat peredarannya,” katanya.
Mengumpamakan beras sebagai produk seperti kopi. Buwas berharap beras dapat dibeli dengan mudah, semudah masyarakat membeli kopi di warung kelontong.
Buwas tolak keluarkan beras di gudang Dolog yang sudah tidak layak dimakan (beras jelek)
Intinya Buwas ingin mendekatkan dan memberikan keterjangkauan masyarakat terhadap beras. Memberantas mafia beras juga perlu bersinergi dengan kementerian, seperti [Kementerian] Perdagangan dan [Kementerian] Pertanian dan pihak terkait lain, termasuk Kepolisian.
Pensiunan polisi berpangkat komisaris jenderal itu menjadi orang yang pas dalam konteks memperkuat satgas pangan dan fokus ke masalah distribusi. Karena harga beras memang tidak bisa lepas dari stok maupun produksi bahan pangan. “Kalau kita berbuat benar, pasti orang yang ingin berbuat tidak benar juga akan mikir, bahkan mungkin takut,” ujarnya.
Sebagai pimpinan Bulog, Buwas menegaskan dan menyuruh tim Bulog untuk selalu waspada menjaga ketersediaan pangan dan stabilisasi harga pangan pada tingkat konsumen dan produsen dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional. “Berkomitmen menjaga ketersediaan pangan dan stabilisasi harga pangan pada tingkat konsumen dan produsen,” ujarnya.
Buwas juga mengatakan, selain beras Bulog juga menjamin ketersediaan atas jenis pangan pokok seperti jagung, kedelai, gula, minyak goreng, hingga tepung terigu juga bawang berah dan cabe. Termasuk daging sapi juga daging ayam ras serta telur ayam. “Stabilisasi harga pada tingkat konsumen,” ujar Buwas kepada Majalah MATRA.
Buwas menegaskan, bahwa pengadaan pangan oleh Perum BULOG diutamakan melalui pengadaan pangan dalam negeri. Dalam hal pengadaan pangan dalam negeri. “Komitmen saya, dengan tetap menjaga kepentingan produsen dan konsumen dalam negeri,” jelas Buwas yang disebut-sebut menolak impor beras yang terjadi sekarang ini dengan tegas.
baca juga: majalah MATRA edisi terbaru – klik ini