MATRANEWS.id — Petualangan seks dan segala penyimpangan tentangnya sudah berlangsung sejak zaman dahulu kala dan akan berlangsung hingga akhir zaman.
Candi candi dan patung sejak zaman Yunani, Romawi, abad pertengahan dipenuhi sosok telanjang sebagai luapan rasa keindahan dan gairah seks. Karena gairah seks otomatis melekat pada setiap orang dan mencoba coba yang baru merupakan aksi yang mengasyikkan juga.
Kalau enggak dicoba mana bisa tahu?
Oleh karena itu, apa yang terjadi pada ibu penyanyi cantik itu – yang lagi jadi viral dua hari ini – saya maklumi belaka.
Memaklumi bukan berarti tidak menyalahkan. Saya menyalahkan karena si Mama selebgram cantik itu ceroboh menyimpan file video intim 19 detiknya sehingga jadi santapan umum.
SELAMA bertahun tahun saya dekat dengan mereka – artis artis di industri hiburan itu.
Para seniman film, musik, teater dan model itu. Seniman perupa dan seni tradisi juga. Saya dekat dengan seniman pada umumnya. Dan petualangan seks itu akrab dengan seniman. Wartawan juga, sih.
Saya pernah ikut misi kesenian tradisional di Eropa, mengawal seniman daerah. Juga seniman wayang purwa ke Honolulu – Hawaii.
Singkatnya petualangan seks sesama seniman tanpa ikatan, asyik asyik saja dan nyaman saja. Baik yang laki laki maupun perempuan.
Jadi dialog, “rekam ya?” “rekam yuk” “video’in ya…” itu akrab di telinga saya. Saya bahkan ada di ruangan itu, di kamar itu. Bukan dengan dia yang lagi jadi viral itu – melainkan dengan artis lainnya. Pada zaman jahiliyah era 1990-2000an.
Gagasan itu tidak datang dari photograper dan videographer. Karena sudah keluar dari studio. Di luar studio. Gagasan itu dari si artis sendiri. Karena gairah seni. Dan keisengan. Atau petualangan.
Di kantor redaksi dan studio, sebagai juru foto saya punya “mantra” ampuh yang susah ditolak artis wajah baru.
“Kamu tuh lagi cantik cantiknya. Badan kamu lagi bagus bagusnya. Masa depan kamu cerah di industri ini !”
Saya pun langsung menyaksikan bola mata berbinar dan pipi merah merona. Atau sok cuek – tapi saya tahu “mantra” itu sudah menghujam jantung dan masuk ke syaraf tulang sungsumnya.
Sehingga tak sulit untuk membujuknya agar dia difoto seutuhnya. “Aman gak?” biasanya itu yang ditanyakan. Tentulah aman.
Kepada yang punya ukuran besar saya ada “sentuhan” tambahan. “Hukum grafitasi berlaku. Cepat atau lambat akan turun. Mumpung masih tegak difoto seutuhnya sekarang”.
Maka tak perlu waktu lama untuknya menikung tangannya ke belakang dan membuka kaitan branya sendiri. Biasanya 34 B, 36 A atau 36B. Ada yang kaitannya di depan juga, sih.
Jemaah Mamah Dedeh dan Ustadz Somad tidak paham ideologi ini. Segala macam sumpah serapah akan dilontarkan. Minimal frasa haram hukumnya, dosa besar, masuk neraka. Naudzubillah. Kita senyumin saja.
“Mas kalau ngantuk, nggak usah pulang. Kost di sini bebas, kok, ” seorang model majalah dan pesintron wajah baru menawarkan diri saat mengantar pulang dari dugem bareng di Hard Rock Cafe , sehabis suting. Saya manut.
Lalu dia sengaja buka baju di depan mata. Seluruhnya. “Mas mandi juga, dong” ajaknya. Selanjutnya segalanya terjadi.
Pada termin ke dua dia keisengan.
“Rekam ya…” tanyanya sambil cekikian sambil taruh hape di meja dan merekam. Persis yang di video 19 detik itu.
Esok paginya nampaknya dia menimbang. Mabuknya hilang, sudah waras. “Mas hapus, ya”. Saya penuhi permintaannya. Berlanjut di termin ke tiga di pagi hari. Tanpa direkam. Dan kami selamat.
DI DUNIA film urusan seks sangat longgar. Bukan hanya dalam adegan di depan kamera, tapi juga di belakangnya. Bahkan sering yang di kamera tampak baik baik saja, tapi di belakangnya “wow”.
Cerita di sinetron yang tayang di layar teve kita tidak menampilkan adegan intim. Ciuman pun tidak. Adegan kemesraan, ciuman dan seks berlangsung sebelum dan sesudah suting. Di tempat lain.
Di dunia musik juga. Pada 1980-90an ada cerita bahwa tes penyanyi baru bukan di studio melainkan di kamar hotel. Cerita itu sudah jadi rahasia umum di Glodok, pusat industri musik kaset. Dan di TVRI, satu satunya teve yang mengorbitkan banyak bintang.
Saya kenal produser kaset yang wajahnya culun, ndeso, norak. Ngomongnya ngasal. Tidak intelek sama sekali. Katrok. Tapi yang nempel dan menggelendoti bahunya penyanyi cantik jelita pada masanya. Sialan!
Seorang sutradara film layar lebar dengan nada menggerutu – tapi juga bangga – menuturkan kelakuan artis sexy yang populer pada masanya. “Dia ngajak ‘chek in’ mulu, ” katanya sembari terkekeh.
Artis sexy itu sekarang sudah jadi anggota DPR RI. Dan sutradara itu memang kondang karena konsisten membuat film film bagus, film seni (art) dan punya reputasi internasional. Sejak 1990an.
Saya baca buku dari Nadirsyah Hosen, “Islam Yes, Khilafah No” tentang kehidupan para khalifah yang juga diwarnai pertualangan seks.
Tak hanya dengan lawan jenis melainkan dengan sesama jenis. Tidak hanya dengan satu orang melainkan dengan banyak orang. Tidak hanya dengan warga satu negara melainkan khusus mendatangkan pemuas nafsu dari manca negara.
JADI saya sudah melihat video itu. Video intim berdurasi 19 detik itu. Saya kasihan dengannya karena dia susah payah membangun citra sebagai “single mother” yang tangguh. Jadi selegram laris juga. Setelah pernikahannya dengan aktor itu gagal.
Tapi saya juga senyum senyum sendiri. Teringat masa masa Jahiiliyah. Ingin saya menelpon model jangkung sexy yang dulu kost dan kini jadi nyonya penggede itu. Sudah jadi sosialita kini. Sekujur tubuhnya bertabur merk branded. Sering tampil di majalah “Indonesia Tatler”.
“Untung rekaman video kita dihapus ya..?” ingin saya bilang begitu.
Sayangnya saya lupa nomornya.***
klik juga: Nude Fotografi