MATRANEWS.id — Chaerul Tanjung yang dikenal sebagai pengusaha ritel, media dan perbankan mengibaratkan, negara kita sebagai pesawat terbang.
Bahwa sebagai ‘kapal kecil’, Indonesia harus menjalin hubungan baik dengan semua negara di dunia serta tidak condong mendekat ke ‘kapal besar’ tertentu yang berpotensi menghempas perekonomian nasional.
“Kita sedang mengalami turbulence atau guncangan,” ujar Chaerul Tanjung.
Turbulensi kerap dipahami sebagai “momen menakutkan” yang terjadi mendadak dan tak siap dihadapi. Saat penumpang pesawat tidak memasang sabuk pengaman, maka ia dapat ikut terempas atau “loncat” dan mengantarkan kepalanya pada dasar bagasi kabin atau keluar kursi.
Turbulensi, menurut Chaerul Tanjung, sebenarnya merupakan hal yang normal dan biasa terjadi saat pesawat sedang terbang. Meskipun demikian, turbulensi dapat pula dianggap sebagai sesuatu yang membahayakan dan bisa menimbulkan cedera penumpang, terutama turbulensi dengan intensitas goncangan yang cukup besar.
Pada dasarnya turbulensi terjadi karena adanya perubahan tiba-tiba dari kecepatan aliran udara yang ada disekitar pesawat udara yang dapat terjadi dalam skala kecil atau sedang dan dalam jangka waktu tertentu ketika pesawat sedang terbang di angkasa
Turbulensi terjadi manakala pesawat yang bergerak di udara, memasuki ruang udara yang memiliki tekanan yang berbeda-beda.
“Ketika pemerintahan SBY, pesawat terbang itu melaju mulus dan cepat,” kata Chaerul Tanjung. Pasalnya, pesawat terbang itu, mendapat dorongan angin dari belakang. Selama 10 tahun masa kepemimpinan suami dari Ani Yudhoyono, pertumbuhan ekonomi melaju di kisaran lima hingga enam persen.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), cukup baik dalam menjaga pertumbuhan ekonomi. Terendah terjadi pada 2009 dengan pertumbuhan ekonomi 4,63 persen.
“Masyarakat Indonesia beruntung, naik pesawat dengan cepat dan aman di era SBY,” jelas CT membanding era Jokowi sekarang yang dalam kondisi tekanan ekonomi global yang berdampak pada pelemahan rupiah. Stabilitas moneter dan sistem keuangan mengalami tekanan berat.
***
Mantan Menteri Kehutanan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Koordinator bidang Perekonomian pada 2014 ini bicara panjang lebar kepada majalah MATRA.
Chaerul Tanjung, pria berbisnis sejak kuliah Kedokteran Gigi di Univeristas Indonesia. Dia pernah menjual buku kuliah stensilan, kaos, dan fotocopy di kampus. Pernah juga dia menjual toko peralatan dokter dan laboratorium di Senen, namun bangkut.
Lepas kuliah dokter gigi, dia tak buka praktek. Dia mendirikan PT Pariati Shindutama bersama kawan-kawannya. Mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk diekspor.
Kongsi usaha itu bubar karena beda visi. Dia mendirikan usaha sendiri. Usaha Chaerul Tanjung berkembang di beberapa sektor seperti: ritel, keuangan, properti dan multimedia.
“Si Anak Singkong” tetap ramah dan bersahaja. Pria yang dikenal dengan panggilan CT ini think Big, think ahead of time.
***
Ketika bicara stabilisasi makroekonomi dan politik, Chaerul Tanjung hanya mau bicara antar kawan saja, dalam konteks pembicaraan angkringan, obrolan warung kopi saja.
“Pesawat terbang itu, jika negara ibarat pesawat terbang. Kita perlu pilot yang jago dalam menerbangkan pesawat,” jelas Chaerul Tanjung memaparkan.