viral  

Menyimak Nyomak Nyamuk

Menyimak Nyomak Nyamuk
foto: Detak

MATRANEWS.id — Saya menyimak sambil nyomak nyamuk, mengunyah, singkong goreng.

Mendengar dan membaca mereka yang terus membicarakan burkumpulnya jutaan orang di sekitar Monas. Memutih.

Usai zuhur, mereka bubar, tertib. Tak ada rusuh. Sampah dikumpulkan. Bersih kenbali. Selesai.

Lantas, mengapa masih ada yang mempertanyakan?

Tentu saja yang beranggapan miring banyak lontarannya.

Tak apa. Sah-sah saja juga.

Tapi, mereka tak mau tahu, jutaan orang dari berbagai daerah datang dengan berbagai cara itu karena apa?

Tak ada kerusuhan yang diakibatkannya karena apa? Selesai dengan tertib tepat waktu karena apa?

Apakah engkau akan memikirkan semuanya karena soal politik? Politik lima tahunan dan berebut kursi saja?

Jika itu yang engkau yakini, itu mengkerdilkan jutaan mereka yang datang dari lorong-lorong itu, berkumpul hingga sulit menghitung jumlahnya.

Aku terus menyimak sambil nyomak nyamuk singkong goreng. Aku tidak ada di sana.

Tapi, aku bisa menangkap suara hati mereka kebanyakan di sana.

Mereka, yang berkumpul dan pulang dengan damai.

Saya harus mengapresiasi ini.

Karena ini yang saya bisa, tanpa prasangka yang tak perlu. Dan ketakutan yang tak bermutu.

Toh, tak ada kekacauan yang ditimbulkannya. Jika sulit mengapresiasi kejadian itu, tak apa pula. Kesal terus saja jadinya.

Singkong goreng habis. Menyimak selesai. Nyomak nyamuk usai. Sudah.

foto: Detak

Baca juga :  Surat Terbuka Buat Tuan I Wayan Koster

Tinggalkan Balasan