MATRANEWS.id — Komjen Polisi Purnawirawan Budi Waseso menjadi tokoh paling berpengaruh di Indonesia 2022 karena perannya sebagai orang nomor satu di Bulog.
Ia menjadi garda terdepan dalam mengamankan ketahanan dan stok pangan nasional. Karena Perum Bulog yang dipimpinnya punya tugas strategis menjaga stok pangan.
Sosok kepemimpinan Budi Waseso sebagai Direktur Utama Perum BULOG memberikan harapan besar bagi masyarakat untuk terwujudnya cita-cita kedaulatan pangan.
Di tangan Buwas, sapaan akrab Budi Waseso, masyarakat menjadi semakin yakin bahwa kedaulatan pangan yang selama ini diidam-idamkan seakan semakin menjadi kenyataan.
Track record Buwas dalam memimpin Bulog sangat tegas dan transparan. Ia mampu memberangus mafia pangan yang sudah mengakar di republik tercinta ini.
Banyak pihak berharap terjadi perubahan signifikan terhadap dunia pangan tanah air. Buwas diharapkan menjadi angin segar untuk membawa iklim perubahan. Selain diharapkan membawa perubahan, juga diharapkan dapat menciptakan kedaulatan pangan.
Namun Buwas sebagai sosok pemimpin yang selalu sukses tidak mudah memimpin BULOG. Karena lembaga ini sekarang sudah jauh berbeda dengan BULOG era Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND).
Dengan berbentuk BUMN seperti sekarang, kewenangan lembaga menjadi terbatas. Semuanya harus dilaporkan kepada Menteri BUMN.
Oleh karena itu, inilah titik akar permasalahan yang terjadi. Rantai koordinasi yang panjang dan kewenangan BULOG yang terbatas menjadikan tugas utama selama ini menjadi sedikit terkendala.
Terkadang, keputusan semacam operasi pasar yang bersifat harus diputuskan segera seharusnya, terlambat diputuskan. Hal ini, tentu akibat rantai koordinasi yang terlalu panjang.
Contoh konkret terhadap permasalahan diatas seperti penugasan stabilisasi ditingkat petani dan konsumen.
BULOG dalam penugasan stabilisasi di tingkat produsen, ditugaskan untuk membeli gabah dan beras petani. Sedangkan ditingkat konsumen BULOG ditugaskan untuk menyalurkan beras kepada masyarakat tak mampu.
Cuma masalahnya sekarang, terjadi perbedaan persepsi di antara kementerian. Seharusnya mereka menyadari dan memahami secara utuh filosofi beras bagi rakyat Indonesia. Beras merupakan makanan pokok 95 persen bangsa ini.
Oleh karena itu komoditas ini sangat strategis terkadang menjurus ke politis, karena ketiadaan beras akan membuat rakyat marah hingga berujung dengan jatuhnya pemerintahan.
Pengalaman Buwas dalam mengurusi dua lembaga ternama yaitu Bareskrim Polri dan BNN, sudah menunjukkan betapa pengalamannya, tidak perlu diragukan lagi.
Apalagi soal ingar-bingar polemik impor beras yang sempat membuat opini publik terbelah. Semoga ego sektoral yang selama ini terjadi di Kementerian dapat dikurangi dengan sosok seorang Buwas.
Dengan berkurangnya ego sektoral di Kementerian, maka transparansi sedikit demi sedikit akan terjadi. Ini bukan isapan jempol, Buwas sudah membuktikannya dengan track record selama ini.
Namun tidak hanya itu saja yang diharapkan dari sosok Buwas. Peningkatan kelembagaan pangan, seperti amanah Undang undang pangan untuk membentuk sebuah lembaga pangan yang langsung dibawah Presiden semakin menjadi kenyataan.
Jika sudah begitu, apa yang dicita-citakan pemerintah untuk menggapai kedaulatan pangan di negeri ini dapat segera terwujud secepatnya.
Dalam sebuah kesempatan Budi Waseso memastikan bahwa ketahanan pangan Indonesia masih baik, namun tetap harus mendorong produksi sebagai antisipasi dari ancaman krisis pangan dunia dengan memanfaatkan lahan produktif yang ada.
Menurut Buwas untuk memperkuat ketahanan pangan Indonesia, diperlukan pengembangan pangan unggulan di masing-masing daerah, bahkan dimulai dari tingkat desa. Suatu desa misalnya, apabila sesuai dengan karakter alamnya hanya bisa memproduksi jagung atau ubi, maka tidak perlu dipaksakan untuk memproduksi tanaman pangan lainnya
Misalnya, di Papua alamnya cocok untuk tanaman sagu dan dulunya masyarakat setempat mengkonsumsi sagu sebagai sumber pangan utama. Tetapi pria yang sering disapa Buwas ini heran, kini masyarakat Papua justru mengkonsumsi beras dari gabah padi sebagai sumber pangan utama.
“Padahal mereka tidak memproduksi beras di sana. Kalau didatangkan beras dari Jawa, dari daerah-daerah lainnya yang memproduksi, itu cost-nya tinggi, mahal,” ujar purnawirawan polisi dengan pangkat Komjen ini.
Menurutnya, pengembangan dan pengolahan pangan di Indonesia harus dilakukan sesuai dengan kondisi alam masing-masing daerah. “Karena kalau saya berbicara ketahanan pangan, pangan itu kita tidak bicara soal beras saja. Pangan kan ada ubi, ada jagung, ada singkong, ada kentang, dll. Itu semua adalah pangan,” ujarnya.
Menurut Buwas diperlukan kreatifitas dalam mengelola pangan selain gabah padi untuk menjadi beras. Tanaman jagung, singkong, gabah, dan lainnya bisa diolah menjadi beras.
Tak sekedar berbicara, selama empat tahun memimpin Perum Bulog, Buwas pun sudah mulai mengembangkan beberapa jenis beras dengan bahan dasarnya dari jagung, ubi, dan sagu. Bulog juga mengembangkan mie berbahan dasar singkong.
“Itu sebenarnya cara-cara kita berpikir praktis untuk ketahanan pangan,” ujarnya.
Buwas Dan Food Estate
Buwas juga punya pengaruh besar karena di kepemimpinannya, Perum BULOG siap mendukung terwujudnya swasembada pangan nasional melalui pembangunan proyek food estate oleh pemerintah seluas 165 ribu hektare di Kalimantan Tengah.
Untuk mendukung hal tersebut BULOG kini telah bergegas melakukan pembebasan lahan guna membangun gudang penyimpanan beras. Selain gudang, rencananya BULOG juga akan membangun rice milling plan di sekitar lokasi tersebut. Apalagi Bulog selama ini diberi penugasan sebagai off taker dengan menyerap hasil panen petani.
Prestasi dan Penghargaan Pimpin Bulog
Selama memimpin Bulog, Buwas beberapa kali meraih prestasi dan penghargaan sebagai apresiasi atas kinerjanya selama ini. Budi Waseso pernah meraih penghargaan sebagai apresiasi Penjaga Ketahanan Pangan dalam ajang ‘Indonesian Awards 2019’.
Pada tahun ketiga yang mengusung tema ‘Kita Indonesia’, Indonesia Awards memberikan apresiasi kepada tokoh dan individu non pemerintahan yang dinilai memberikan sumbangsih besar, untuk kesejahteraan dan kemajuan Indonesia.
Dibawah kepemimpinan Buwas, Perum BULOG menerima award sebagai Finalist Best of the Best Top of 5 Company, Second Winner CMO of The Year 2020, The Most Promising Company In Tactical Marketing dan The Most Promising Company In Strategic Marketing.
Sosok Budi Waseso
Sebelum menjabat sebagai orang nomor satu di Perum Bulog, Komjen. Pol. (Purn.) Drs. Budi Waseso berpengalaman dalam bidang reserse.
Jabatan puncaknya adalah ketika dipercaya sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (KABARESKRIM) Polri dan kemudian Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).
Nama Buwas sangat popular dan menggemparkan publik tanah air ketika ia berani menangkap pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Seperti nama panggilannya Buwas, empat hari pengangkatannya sebagai Kabareskrim Polri, ia langsung bergerak cepat dengan menangkap Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto di Depok, Senin, 23 Januari 2015.
Penangkapan ini akibat pengumuman KPK menetapkan calon Kapolri Budi Gunawan sebagai tersangka kasus grafitikasi. Sikap berani kelahiran 19 Februari 1960 makin memanaskan hubungan lembaga KPK dan Polri.
Pihak kepolisian membantah penangkapan Bambang Widjojanto alias BW sebagai aksi balas dendam. Menurutnya, BW ditangkap karena tersangka kasus saksi palsu Pilkada. “Semua orang sama di mata hukum,” tegas Budi Waseso di Jakarta.
Pria kelahiran Pati, Jawa Tengah, 19 Februari 1961 ini adalah lulusan Akademi Polisi (Akpol) pada tahun 1985. Usai lulus dari Akpol, Budi ditugaskan di berbagai tempat kepolisian di wilayah Indonesia. Kehidupan Buwas penuh warna.
Selama menjalani tugas sebagai polisi, ia mengalami kehidupan yang kurang menguntungkan. Gaji dari kepolisian yang diterimanya tidak mencukupinya. Ia sempat menjadi tukang ojek dengan menggunakan Vespa tahun 70-an.
Meski saat itu menyandang pangkat perwira, ia terpaksa mengojek untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya, karena saat itu gaji Polri masih sangat minim.
Budi mengojek setelah bertugas di Direktorat Pendidikan Polri. Walaupun tak banyak yang didapat, namun cukup untuk menopang kebutuhan hidup. Dua ribu rupiah ia peroleh dalam sehari dari hasil mengojeknya.
Uang tersebut hanya cukup untuk makan siang dan membeli bahan bakar untuk kebutuhan dinas, sementara uang gaji polisinya untuk biaya keluarganya. Selain mengojek, ia juga sempat menjadi sopir taksi tembak. Ia tidak malu melakukan itu karena halal.
Perjuangan dan dedikasinya di kepolisian berbuah manis. Dia memulai karier besarnya pada tahun 2009 sebagai Kepala Bidang Propam Polda Jawa Tengah. Setahun kemudian, dirinya ditarik ke Mabes Polri untuk menempati posisi Kepala Pusat Pengamanan Internal Mabes Polri. Pada tahun 2012, Budi Waseso menjadi Kapolda Gorontalo dengan pangkat Brigjen polisi.
Belum sempat naik menjadi Irjen sudah ditarik ke Mabes Polri dan mengisi posisi Widyaiswara Utama Sespim Polri. Tak lama kemudian, kariernya mulai melesat dengan menduduki jabatan sebagai Kepala Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi Polri pada tahun 2014.
Kariernya makin melesat, pada tahun 2015, saat terjadi pergantian petinggi di tubuh Polri, Budi dipilih menjadi Kabareskrim. Namanya semakin terkenal karena keberaniannya menyentuh lembaga Komisi Pemberantas Korupsi (KPK).
Saat itu, Budi Gunawan ditetapkan tersangka oleh KPK, Kabareskrim Budi melakukan hal sama menetapkan kepada komisioner Bambang Widjojanto sebagai tersangka.
Sikap-sikapnya yang tegas dan berani mengundang aksi demo untuk meminta Budi diberhentikan dari jabatan Kabareskrim. Belum setahun menduduki kursi Kabareskrim, Budi Waseso mendapatkan jabatan baru. Ia resmi menjadi kepala BNN pada Selasa, 8 Septermber 2015. Ia menggantikan posisi Komjen Anang Iskandar yang ditukar menjadi Kabareskrim Polri.
Budi Wasesa merupakan menantu mantan Kapolda Bali dan Kapolda Jatim Letnan Jenderal Polisi (Purn.) Pamudji yang terakhir menjabat Deputi Kapolri tahun 1980-an (setara Wakapolri).
PENDIDIKAN
Akademi Kepolisian tahun 1985
KARIER
Kepala Bidang Propam Jateng, 2009
Kepala Pusat Pengamanan Internal Mabes Polri, 2010
Kapolda Gorontalo, 2012
Widyaiswara Utama Sespim Polri, 2013
Kepala Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi Polri, 2014
Kabareskrim Polri, 2015
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), 2015Direktur Utama Bulog Budi Waseso