Budaya  

Dugderan Semarang Digelar di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan

“Tujuan didirikan Pawon Semar, adalah mempersatukan masyarakat perantauan asal Kota Semarang yang berdomisili di Jabodetabek.”

MATRANEWS.id — Arak-arakan Warak Ngendog, menjadi acara pembuka Festival yang rencana dimulai pukul 08:30. Meskipun mengusung semangat dugderan, acara Festival Warak Ngendog ini tidak ada acara menyalakan mercon.

“Semangat menyelenggarakan tradisi dan memperkenalkan Warak, Festival ini membawa semangat kumpul guyub dan memamerkan potensi bisnis anggota Pawon Semar,”jelas Nur Cahyo, Ketua Panitia Festival Warak Ngendog.

“Festival Warak Ngendog ini mengusung semangat dugderan yang kita selalu rindukan di Semarang. Tapi di acara ini kami tidak ada menyalakan petasan,” demikian penjelasan Suryokoco Suryoputro, Humas Pawon Semar.

Pemilik TV Desa menyebar rilis yang menjelaskan, latar belakang apa itu Dugderan.

Dugderan merupakan festival khas Kota Semarang yang menandai dimulainya ibadah puasa di bulan suci Ramadan. Perayaan dibuka oleh wali kota dan dimeriahkan oleh sejumlah mercon dan kembang api.

“Dug” yang berarti bunyi yang berasal dari bedug yang dibunyikan saat ingin shalat Maghrib.

Tradisi dugderan ini telah diadakan sejak tahun 1882 pada masa Kebupatian Semarang di bawah kepemimpinan Bupati R.M. Tumenggung Ario Purbaningrat.

Adalah Pawon Semar yang memboyong tradisi Dugderan juga diselenggarakan di luar Semarang. Pawon Semar adalah Paguyuban Wong Semarang, organisasi perkumpulan orang-orang yang pernah tinggal di Semarang yang sekarang berdomilisi di Jabodetabek.

Salah satu komitmen Pawon Semar adalah mendukung Promosi Wisata Semarang.

“Tujuan didirikan Pawon Semar, adalah mempersatukan masyarakat perantauan asal Kota Semarang yang berdomisili di Jabodetabek,” kata Hendardji Soepandji, Ketua Pawon Semar.

“Supaya mereka peduli untuk membantu mempromosikan obyek wisata dan menarik wisatawan berkunjung ke Kota Semarang dan menghimpun aspirasi dan potensi untuk kemajuan Kota Semarang serta kesejahteraan anggota,” masih menurut Hendardji Soepandji.

Gusti Putu Lestari wakil ketua panitia memaparkan, kenapa teman-teman Semarang dan warga masyarakat perlu datang di acara festival ini.

Setidaknya, Gusti menjelaskan, ada tiga alasan. Pertama, merasakan kuliner Semarang yang ngangenin dan jarang dijual di Jakarta.

Untuk kedua, mengenali warak ngendog sebagai budaya khas Semarang menjelang puasa. “Ketiga, mengabadikan moment dengan artwork yang instagramable berupa warak ngendog,” jelas Gusti panjang lebar.

Warak Ngendog-nya sendiri di BSD, dibuat oleh sosok yang bukan dari Semarang.

“Salah satu bukti keberhasilan memperkenalkan warak ngendog kepada khalayak, adalah kesediaan seorang penyuka seni dari Bali berprofesi engineer telekomunikasi,” jelas Joko Dewo.

Aktor dari Semarang yang dalam acara nanti memandu jalannya prosesi pembukaan dan pentas seni itu menjelaskan, bahwa pria yang bernama Made Asnaya, itulah mempersiapkan warak ngendog setinggi 2,5 meter.

Tak hanya itu, dalam arak-arakan Warak Ngendog pukul 08.30, dengan tarian Goyang Semarang itu. “Ada anak-anak saya,” kata Hanny Mustofa seniman daerah Perbalan Semarang, teman sepemainan Joko Dewo, Tukul Arwana dan Tony Qiu Rastafara.


baca juga: majalah MATRA edisi cetak — klik ini —

“Festival Warak Ngendog ini mengusung semangat dugderan yang kita selalu rindukan di Semarang. Tapi di acara ini kami tidak ada menyalakan petasan,” demikian penjelasan Suryokoco Suryoputro, Humas Pawon Semar.

Tinggalkan Balasan