“Tidak ada yang lebih membahagiakan ketika memberikan pembekalan pada Soedirman Soedirman Muda” — Cucu Panglima Soedirman Tahun lalu di markas gerilya pacitan.
MATRANEWS.id –– Suatu sore yang hangat, di The Telkom Tower 2 Lantai 3, Ganang Priyambodo Soedirman yang merupakan cucu Pahlawan Jenderal Soedirman duduk bersama S.S Budi Raharjo (Ketua) dan Asri Hadi (Bendahara) Asosiasi Media Digital Indonesia (AMDI).
“Tidak ada yang lebih membahagiakan ketika memberikan pembekalan pada Soedirman-Soedirman Muda,” ujar Ganang menjelaskan makna dibalik foto, saat Tahun lalu di markas gerilya pacitan.
Saat dipancing, apakah artinya keluarga Besar Panglima Besar Soedirman mendukung sosok pemimpin muda. Karena sejatinya Gibran putera Jokowi kini diibaratkan tim sukses “Prabowo-Gibran” sebagai sosok Sutan Syahrir. Bahkan Prabowo Subianto mengibaratkan sosok Gibran layaknya Jenderal Soedirman.
“Panglima TNI Jenderal Soedirman usia 29 tahun pimpin perang, anak muda 29 tahun mampu. Bukan usia muda atau tua. Melainkan jiwa, apakah jiwa itu jiwa yang tulus, ikhlas mau berbakti atau tidak,” ujar Prabowo.
Ganang Priyambodo Soedirman, yang merupakan Ketua Umum Yayasan Panglima Soedirman tak mengaitkan dukungan keluarga besar Panglima Soedirman di Pilpres 2024. Ia lebih memilih menyoroti peran Yayasan Panglima Soedirman dan nilai-nilai yang diwariskan oleh sang kakek.
“Pemilihan pemimpin bukan sekadar tentang kekuasaan, melainkan tentang dedikasi, integritas, dan cinta pada tanah air,” ujar Ganang juga membagikan cerita tentang kelembutan Jenderal Soedirman dan bagaimana beliau selalu menempatkan rakyat di hati setiap keputusan.
“Kepemimpinan yang tidak hanya didasarkan pada kekuatan fisik, melainkan juga kekuatan hati,” masih kata Ganang tentang pemimpin sejati adalah yang mampu merangkul perbedaan, mendengarkan suara rakyat, dan menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab.
“Itu yang kami yakini sebagai warisan berharga dari kakek kami,” ujar Ganang, sambil matanya bersemangat.
Namun, ketika ditanya tentang jimat yang menjadi kunci dalam pemilihan presiden, Ganang hanya tersenyum misterius.
Ganang tidak ingin membuka selubung rahasia terlalu jauh, menyisakan misteri yang membuat orang penasaran. Apakah jimat tersebut hanya simbolis atau memang memiliki makna mendalam, itu menjadi pertanyaan yang menggantung di udara.
Ganang malah mengundang S.S Budi Raharjo alias Budi Jojo dan Asri Hadi untuk bersama-sama membantu program Yayasan Panglima Soedirman.
“Bersama-sama, mari kita bahu membahu membangun bangsa ini,” seru Ganang menyiratkan bahwa pilihan pemimpin bukan hanya hak prerogatif keluarga besar Soedirman, melainkan tanggung jawab bersama untuk menjaga dan memajukan Indonesia.
Sebagai cucu Pahlawan, Ganang tersenyum saat ditanya lebih lanjut. Ia mengaku, tak ingin terjebak dalam politik praktis tapi lebih ke esensi.
Jimat di sini, bukan berarti klenik atau terkait mistis, tapi lebih pada esensi kehidupan. Melalui cerita nenek moyangnya, Ganang mengungkapkan bahwa Jenderal Soedirman memiliki tiga ‘jimat’ kunci: menjalani agama dengan benar, tidak menzalimi siapapun, dan melakukan segala sesuatu dengan tulus dan ikhlas.
“Pilihan keluarga Pahlawan Jenderal Soedirman akan jatuh pada yang terbaik di antara para kontestan,” ujar Ganang, membuka sedikit rahasia, bahwa yang akan menjadi Presiden di 2024 adalah yang memegang jimat.
Sebuah pesan kebijaksanaan dan keikhlasan yang terus hidup dalam warisan sang Pahlawan, Jenderal Soedirman.
Sebagai cucu Pahlawan, Ganang malah tersenyum saat ditanya lebih lanjut. Ia mengaku, tak ingin terjebak dalam politik praktis tapi lebih ke esensi. Jimat di sini, juga bukan berarti klenik atau terkait mistis, tapi lebih esensi kehidupan.
Bahwa Jenderal Soedirman yang lahir pada 24 Januari 1916 adalah seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Sebagai panglima besar Tentara Nasional Indonesia pertama, ia adalah sosok yang dihormati di Indonesia.
Di balik kisah heroiknya selama Agresi Militer I dan Agresi Militer II, Soedirman menyimpan banyak cerita yang hanya diceritakan pada anak cucunya. Salah satunya kepada Ganang Priyambodo Soedirman. Di luar sikap keras dan garangnya saat melawan Belanda, Soedirman memiliki kelembutan dan kerendahan hati yang ditunjukkan ke rakyat Indonesia.
Soedirman berhasil menaklukkan penjajah dengan kondisi fisik yang tidak prima. Bahkan saat perang gerilya, Soedirman terus dibopong dengan menggunakan tandu di sepanjang perjalanan.
Melihat hal tersebut, banyak yang menduga jika Soedirman memiliki ‘aji-ajian’ tertentu. Ganang menuturkan bahwa sang kakek ternyata punya tiga ‘jimat’ yang membuatnya bisa bertahan hingga akhir.
“Beliau berkata bahwa dalam perjalanannya jimat yang selalu ia pegang ada tiga,” ujar Ganang.
Jimat pertama, sebagai orang beragama yakni menjalani agama dengan benar. Jimat kedua, tidak menzalimi siapapun juga. “Sementara jimat ketiga dan pamungkasnya adalah melakukan segala sesuatu dengan tulus dan ikhlas,” urai Ganang, dalam mimik serius.
- Cucu Pahlawan Jenderal Soedirman saat berdiskusi di Sambas Synergi