“Jika Idham mengambil dari Akpol yang lebih muda, dikhawatirkan akan muncul kecemburuan yang berpotensi konflik,” Neta mengingatkan.
MATRANEWS.id — Dengan naiknya Kabareskrim Idham Azis menjadi Kapolri, otomatis gerbong mutasi di tubuh Polri akan bergerak. Posisi Kabareskrim yang ditinggalkan Idham, akan diisi pejabat baru.
Dari pendataan yang dilakukan Ind Police Watch (IPW), ada empat nama yang menjadi calon kuat Kabareskrim.
Keempatnya merupakan Jenderal Bintang Dua (Irjen). Mereka adalah Kadiv Propam Irjen Sigit, Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Edi, Deputi Operasi Polri Irjen Sormin, dan Kapolda Sumut Irjen Agus.
Keempatnya merupakan figur-figur jenderal yang memiliki prestasi masing masing di tempat tugasnya.
Meskipun memilih Kabareskrim adalah hak proregatif Kapolri. Namun, dalam memilih Kabareskrim yang baru, IPW berharap, Kapolri melihat beberapa aspek.
Setidaknya, ada empat aspek yang perlu diperhatikan dalam memilih Kabareskrim yang baru. “Pertama, aspek senioritas,” ujar Neta.
Ia pun menyebut poin kedua adalah dengan mencermati dinamika internal.
Untuk poin ketiga, figur calon harus mempunyai pengalaman yang mumpuni di bidang reserse. Keempat, “Faktor kedekatan dengan ulama.”
Kenapa faktor kedekatan dengan ulama menjadi penting?
Sebab, ulama masih dipandang sebagai panutan oleh masyarakat di negeri ini.
Situasi ini, masih menurut Neta S Pane, tentunya bisa bersinerji dalam menjaga stabilitas Kamtibmas. Selain itu adanya isu radikalisme dan dampak ketegangan di era Pilpres 2019 bisa diminimalisasi.
Neta mengamati, setidaknya, adanya isu kriminalisasi terhadap ulama di sepanjang Pilpres 2019 bisa dinetralisir dan dituntaskan dengan pendekatan pendekatan kemitraan.
IPW berharap figur senior yang menjadi Kabareskrim bisa menyelesaikan dan menuntaskan perkara yang ditinggalkan Idham Azis.
Dengan demikian, Kabareskrim tersebut bisa membantu tugas tugas Kapolri yang baru dalam menjaga stabilitas keamanan maupun dalam melakukan penegakan hukum.
Yang terpenting, tugas Kabareskrim yang baru harus bisa menuntaskan kasus Novel Baswedan. Sehingga, Polri maupun Kapolri yang baru, tidak terus menerus tersandera kasus penyiraman air keras tersebut.
“Yang menarik untuk diperhatikan dan dicermati di tubuh Polri adalah di awal Desember 2019,” ujar Neta Pane menyebut ada dua Komjen yang pensiun, yakni Kabaharkam dan Wakapolri.
Hal Ini Menarik Untuk Dicermati
Sebab pergeseran di bulan Desember ini, akan semakin memperjelas siapa yang akan berpeluang menggantikan Idham Azis sebagai Kapolri. Idham Azis akan pensiun di awal Januari 2021.
Neta memberi catatan, antara lain, yang akan menjadi Wakapolri, menggantikan Aridono.
IPW menilai, Wakapolri Idham pasca Aridono, sebaiknya dari Akpol 86, 87 atau 88.
“Agar soliditas tetap terbangun. Jika Idham mengambil dari Akpol yang lebih muda, dikhawatirkan akan muncul kecemburuan yang berpotensi konflik,” Neta mengingatkan.
Masih menurut Neta, jabatan-jabatan di luar Wakapolri diperkirakan akan diisi jenderal-jenderal muda. Pasalnya, di 2020 nanti, cukup banyak jenderal senior yang akan pensiun.
Proses mutasi berjalan cepat di tubuh Polri, tapi reformasi Kepolisian hanya berjalan standar dan tidak ada yang signifikan.
Begitu juga reformasi mental di tubuh Polri tetap berat untuk berjalan cepat, apalagi berlari. Ini karena polri sudah terjebak dalam kultur yang tidak menguntungkan.
Masukan untuk Kapolri baru, IPW hanya menyarankan Idham cukup melanjutkan apa yang sudah dikonsep atau dikerjakan oleh Tito Karnavian.
Sebab dalam masa dinasnya yang tinggal 14 bulan kurang. “Tentu akan sulit bagi Idham untuk membuat konsep baru dan mengerjakan konsep tersebut,” tutur Neta S Pane, Ketua Presidium Ind Police Watch.
baca juga: majalah MATRA edisi cetak — klik ini